webnovel

Chapter 22

seminggu setelahnya aku memaksa Ayah untuk segera menemui Aisyah yang dirawat bersebelahan kamar dengan ku,walau dokter tak mengizinkan ku untuk banyak bergerak karna jahitan luka yang ada di perutku belum sepenuhnya mengering,namun karna rengekan ku yang terus menerus setiap harinya membuat dokter akhirnya terpaksa memperbolehkan ku untuk berjalan menemui istriku.

dengan bantuan kursi roda aku di bawa oleh Ayah ku menuju ruangan dimana Aisyah dirawat,kerinduan yang mendalam membuat ku tak memperdulikan rasa sakit ketika menaiki kursi roda,saat sampai didepan ruangan dimana tempat Aisyah dirawat ayah pun membuka pintu dengan perlahan,ternyata disana sudah ada Ayah dan Ibu Aisyah yang juga sedang menunggunya duduk disisi kiri tempat tidur Aisyah.

tanpa memperdulikan kedua mertuaku pandanganku hanya tertuju kepada sosok Aisyah yang masih terbaring di ranjang,dengan tangan yang masih terinfus tubuhnya sama sekali tak bergerak, "Aisyah"panggilku lirih

aku berusaha mendorong roda kursiku untuk mendekat kesamping Aisyah,ku genggam jari jemarinya seraya berkata dengan lirih "Maaffin aku sayang,seharusnya dulu kamu endak perlu tau kejadian yang menimpaku hingga kamu akhirnya ndak begini"

"qadarullah wama sya'a fa'ala Nak"ujar Ayah Aisyah sembari menepuk pundak belakangku

aku kemudian menoleh kearah mertuaku sembari sedikit tersenyum dan menganggukan kepala ku lalu ,pandanganku kembali menatap Aisyah yang tak juga menunjukan tanda tanda kesadarannya,lalu ku genggam tangannya kemudian ku tempelkan di pipi ku sembari mencium tangannya aku membathin "cepat sadar Syah,aku sangat merindukan masa masa kita dulu dimana setiap pulang kerja engkau selalu menyambutku dengan senyuman,aku rindu dengan sifat kekanak kanakanmu yang membuatku gemas,aku rindu senyumanmu yang membuat lelah ku hilang setelah bekerja seharian"

ku menangis sembari memeluk tubuhnya,ku berdoa kepada Dzat yang Maha Mendengar doa dari hamba hambaNya,berharap Aisyah cepat pulih dan sadar dari komanya.1jam,2jam,4jam tubuhku tak jua beranjang dari Aisyah,Ayahku pun merayuku agar kembali kekamar ku untuk beristirahat namun aku menolaknya karna aku yakin Aisyah sebentar lagi akan siuman.

"Nak ayo kembali kekamar,kamu juga perlu istirahat begitu juga Aisyah"ujar Ayahku

"enggak Yah,aku mau disini aja sama istriku,kalau Ayah capek istirahat aja"

"tapi Nak,kalau kamu begini terus entar kamu sakit,biarkan Aisyah istirahat Ayah yakin besok dia akan siuman"bujuk Ayahku

"iyah Nak bener kata Ayahmu,kamu juga perlu istirahat,kamu ndak mau kan kalau entar Aisyah pulih tapi melihat kamu malah sakit,tenang aja disini Ayah yang menjaga Aisyah"ujar mertuaku

karna terus dipaksa akhirnya dengan perlahan aku bangkit serta melepas pelukan ku dari tubuh Aisyah yang tak jua bergerak sama sekali,ketika genggaman tanganku hendak kulepas dari tangannya tiba tiba jari jemari Aisyah bergerak,posisiku yang tadi hendak berpaling kembali menghadap Aisyah,ku pandangi wajahnya sembari tanganku membelai wajahnya berharap matanya mau terbuka.

setelah sekian lama ku menunggu akhirnya dengan perlahan mata Aisyah kembali terbuka,dengan perasaan haru aku langsung mencium tangannya sembari berkata "alhamdullah aku tau Syah kamu akan sadar"

"Mas Abe"ucapnya lirih

"iya sayang ini aku"jawabku

bibir Aisyah sedikit tersenyum melihatku kemudian berkata "Mas Abe gimana keadaannya?"dengan terputus putus dirinya berkata

"yang terpenting sekarang keadaan kamu baik sayang,melihatmu sadar membuat ku kembali semangat lagi"

sembari menggenggam tanganku Aisyah menitikkan air matanya seraya berkata "jangan tinggalin aku Mas"

"aku disini sayang,enggak akan sedikit pun langkah kaki ku bergeser untuk ninggalin kamu"ujarku seraya mencium tangannya

"tapi di mimpi aku,kamu ninggalin aku Mas,di panggil panggil bukannya noleh malah pergi gitu aja,jahat kamu Mas"dengan wajah sedih yang terlihat di raut mukanya

"kan cuman mimpi Syah,aku janji setelah kita sembuh nanti,aku akan berhenti dari pekerjaan ku dan aku akan kerja di kampung demi kamu sayang"

dengan senyum yang terpancar dari wajahnya Aisyah menganggukan sedikit kepalanya,senyuman yang aku rindukan akhirnya sekarang kembali menghiasi hari hariku.

3bulan setelahnya aku dan Aisyah akhirnya diperbolehkan untuk pulang,keadaanku sudah sangat pulih hanya mendapat pesan dari dokter untuk jangan bekerja atau angkat angkat barang terlalu berat,sedangkan Aisyah juga baik meskipun masih dibantu tongkat untuk berjalan namun tak menyurutkan kebahagiaan kami karna kami kembali disatukan kembali oleh Allah Azza wa Jalla.

diperjalanan pulang didalam mobil mertua ,Aisyah tak henti hentinya tersenyum kepadaku hingga membuat ku terkadang salah tingkah sendiri di buatnya,pelukannya pun sedari rumah sakit hingga di mobil tak kunjung lepas dari pinggangku.

"istri Mas endak malu apa diliat Ayah sama Ibu tuh"ujar ku sembari mencubit pipinya

"iiihhh biariin,lagian kan kita halal Mas,kalau ibu sama Ayah iri yang ikutin dong"ejek Aisyah

"iyah...iyah...tau Ayah,anak kesangan Ayah yang lagi abis ketemu pangerannya"ujar mertua tertawa

"tapi ada yang kurang nih Yah"potong Ibu mertuaku

"apaan emang yang kurang Buk?"tanya Ayah mertua

"cucuk..."seru Ibu mertua

"wah iyah kok Ayah endak kepikiran kesana yah?kapan nih kasih Ayah cucu?"timpal Beliau

kami berdua saling tatap,wajah Aisyah tersipu malu sedangkan aku sambil garuk garuk kepala diiringi ketawa cengengesan

"Ayah bahasnya entar aja deh,liat tuh Suami Aisyah ketawa mesum!"ujarnya mentatp ku dengan gemas sembari mencubit manja pinggangku

"diih,pede orang ngetawain tuh bulu hidungmu muncul"canda ku

"iiihhhh....!! ENGGAK ADA BULUNYA MASSS"sembari mengeraskan cubitannya