webnovel

Pengintai

Suara beberapa orang bercakap – cakap mulai ramai ditempat ini, karena mereka saat ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu kembali kekediaman mereka masing – masing. Mereka mulai berpamitan dengan teman mereka satu sama lainnya, sebelum mereka berpisah pada gerbang sekolah dimana mereka menuntut ilmu.

Hal ini juga dirasakan oleh Zen, yang mulai berpamitan kepada beberapa teman baru yang dia dapatkan saat memulai harinya untuk bersekolah ditempat ini. Zen sudah mengenal beberapa karakter yang berada dikelasnya.

Seperti Yuigahama Yui, Hayato, Ebina, Yumiko bahkan si Totsuka Saika si cowok cantik. Zen sempat terkejut melihatnya pertama kali, karena jika Zen mempunyai kelainan atau menyukai sesama jenis, dipastikan Saika merupakan pilihan pertamanya untuk diperebutkan.

"Baiklah sampai jumpa besok Zen" kata Hayato yang mulai akrab dengan Zen.

Walaupun Zen sedikit membenci karakternya, tetapi dia sebisa mungkin untuk ramah kepadanya. Dan begitulah hari pertama sekolahnya berakhir, setelah dia berpamitan dengan teman baru yang dimilikinya.

"Lelahnya... kuharap didunia berikutnya tidak ada lagi hal tentang persekolahan" kata Zen.

Zen mulai berjalan dengan santai, hingga dia menemukan sebuah gang yang sepi. Tentu saja Zen langsung memasukinya, namun bukan seperti biasanya dia akan mencari tempat sepi untuk berpindah tempat, tetapi saat ini dia mempunyai rencana lain.

Dia memasuki gang tersebut semakin dalam, dan perlahan dia sudah mengubah matanya menjadi sharingan, lalu dia mulai berbalik kearah belakangnya dan melihat seseorang yang sedari tadi mengikutinya ketempat ini.

"Jadi... apa yang kamu inginkan setelah kedokmu sudah ketahuan" kata Zen yang langsung menggunakan skill matanya untuk mempengaruhi orang didepannya.

.

.

Diomedes, itulah nama Demi-God yang sangat membenci para dewa. Dia merupakan keturunan langsung salah satu dewa utama, namun karena sifatnya yang bertolak belakang dengan sifat para dewa, dia tidak dianggap oleh ayahnya.

Dia selalu menuntut haknya untuk berada bersama mereka, namun karena perbuatannya yang menyimpang dari jalur kebenaran, dia mulai diburu oleh beberapa dewa kecil untuk memusnahkannya.

Tentu saja dia melawan, namun akibatnya Ibu kandungnya harus menerima akibat atas perbuatannya dan menyebabkan dirinya meninggal. Kemarahan terus merasuki Diomedes setelah itu dan akhirnya memutuskan untuk memusnahkan semua dewa dari muka semesta ini.

"Tunggulah aku para dewa sialan, anak kalian, keturunan kalian, keluarga kalian akan aku bunuh dan darah mereka akan kujadikan persembahan untuk mendiang ibuku" kata Diomedes.

Namun yang dia tidak ketahui, terdapat jenjang kekuatan yang amat besar antara dirinya dengan beberapa dewa utama termasuk ayahnya, dan dia tidak mengetahui masih banyak tingkatan dewa diatas Ayahnya yang bahkan saat mereka berkedip, mereka bisa membunuhnya dengan instan.

"Lalu mengapa para dewa tersebut tidak langsung membunuhnya?" kata Zen kepada Irene yang saat ini menjelaskan tentang para dewa.

[Karena para dewa yang memiliki tingkat yang sangat tinggi, tidak boleh menggunakan kekuatan mutlaknya untuk menciptakan atau menghapus sesuatu penyeimbang didalam semesta yang luas ini.] kata Irene.

"Tetapi, apakah mereka hanya duduk diam saja, setelah melihat beberapa dunia sudah dihancurkan oleh Simedes atau siapapun itu" kata Zen.

[Maka dari itu ada beberapa dewa kecil dan beberapa Demi-God yang bertugas untuk mengalahkannya] kata Irene kembali.

"Tunggu, jangan bilang jika Kakekku sengaja membuatku menjadi Demi-God untuk mengalahkannya?" kata Zen.

[Tentu saja tidak, walaupun kekuatan Kakak termasuk 10 besar Demi-God terkuat disemesta ini, Irene pastikan Kakek Kakak tidak akan melakukan hal seperti itu kepada Kakak] kata Irene.

"K-Kekuatanku setingkat 10 besar?" kata Zen terkejut mendengar tentang kekuatannya.

[Tentu saja, untuk Demi-God yang lain membutuhkan kekuatan mulai dari 20% sampai 50% kekuatan dewa untuk menjadikan mereka kuat, Kakak hanya memerlukan 1% saja sudah seperti ini. Apalagi jika Kakek Kakak memberikan beberapa persen lagi kekuatannya kepada Kakak] kata Irene.

Tentu saja perkataan Irene membuat Zen bingung dengan tingkat kekuatan dari Kakeknya. Yang dia tahu, Kakeknya merupakan raja dari segala raja, pemimpin dari segala pemimpin dan penguasa dari segala penguasa dari semesta yang luas ini, karena Irene memberitahukannya seperti itu.

"Tunggu.. apakah statusku masih bisa ditingkatkan? Bukankah mereka sudah mencapai Maximum?" kata Zen.

[Oh masih ada beberapa tingkatan lagi Kak, dan untuk mendapatkannya Kakak harus terbiasa dengan kekuatan dewa Kakak] kata Irene.

"Cih... padahal aku hanya ingin hidup damai dan membuat kehidupanku yang lebih baik." gumam Zen sambil menatap monster yang berada didepannya yang sebelumnya berbentuk manusia.

"Lalu apa yang harus kita lakukan dengan mahluk menjijikan ini" kata Zen sambil mencabut katananya dari dada sebuah monster yang mengikutinya tadi.

Mormo, begitulah namanya. Mereka merupakan prajurit paling rendah dari pasukan Diomedes. Mormo yang mengikuti Zen saat ini, memang ditugaskan untuk mengintai dirinya oleh seseorang bernama Ubel.

Ubel merupakan salah satu bawahan Diomedes, dimana saat Diomedes merasakan sebuah ruang aneh terbentuk, dia menyuruh Ubel untuk menyelidikinya. Dan disinilah dia, disemesta fiksi milik Zen dan mencari penguasa dunia ini yang merupakan Zen.

"Jadi berapa banyak pasukan Mormo yang dibawanya Irene?" tanya Zen.

[Untuk itu Kakak bisa tenang, mungkin Ubel hanya membawa pasukan Mormo sebanyak tidak lebih dari 1000 pasukan, karena ruang yang tercipta karena anomali Kakak sebelumnya sangat kecil] kata Irene.

"Itu masih termasuk banyak Irene... lalu mereka tidak akan mencelakai dunia yang lainnya bukan?" tanya Zen yang mulai khawatir jika mereka berada didunia yang dimana para wanitanya masih tinggal disana.

[Untuk hal tersebut, Kakak tidak usah khawatir. Dikarenakan portal ruang yang membawa mereka, mengarah kedunia ini. Dan juga kekuatan Ubel tidak sebanding dengan Kakak jika memang terjadi sebuah pertarungan] kata Irene.

"Walaupun tidak sebanding, kekuatannya bisa menghancurkan dunia ini bukan?" kata Zen kemudian.

Memang Zen baru menyadari, beberapa dewa atau Demi-God mempunyai semestanya sendiri, termasuk semesta fiksi Zen yang berisi dunia – dunia fiksi yang akan menjadi tanggung jawab Zen untuk melindunginya.

"Baiklah, kalau begitu mari kita pulang" kata Zen yang langsung membakar mayat monster didepannya hingga menjadi abu dan menteleportkan dirinya menuju kediamannya.

Ditempat lain, pada sebuah wilayah yang sengaja diciptakan menggunakan alat dari Masternya, seseorang mulai melaporkan sebuah kejadian kepada pemimpin mereka saat ini, yang sedang duduk pada singgasananya karena sedang ditugasi masternya untuk menyelidiki sesuatu.

"Salah satu Mormo sudah meninggal Tuan Ubel" kata seorang mosnter saat ini.

"Sepertinya dia sudah melakukan kontak dengan seseuatu yang ditugaskan Master untuk menyelidikinya" kata pria yang bernama Ubel tersebut.

Namun, Ubel dibuat terkejut setelah kabar bahwa Mormo yang dikirimkannya tersebut, tidak bisa dilacak keberadaanya setelah dia meninggal. Hal ini membuatnya waspada, karena dipastikan sesuatu yang dicarinya itu pasti sangat berbahaya.

"Terus selidiki, dan pastikan wilayah ini tetap tersembunyi"

Bab berikutnya