webnovel

Akhirnya Dimulai

Seorang pria saat ini sedang mengawasi perdebatan yang dilakukan oleh seorang Uskup dengan seorang putri kerajaan yang berjalan sangat alot. Zen yang sudah mengawasi mereka sedari tadi, sebenarnya ingin langsung memusnahkan mereka, namun dia urungkan.

Sangat amat tidak bijak langsung memusnahkan pihak gereja, terutama seorang putri kerajaan saat ini berada ditempat ini, yang belum sepenuhnya paham dengan apa yang sedang terjadi. Jadi Zen membiarkan saja mereka berdebat, agar Liliana dapat paham dengan apa yang akan terjadi.

Dan akhirnya perdebatan tersebut berakhir dengan Uskup tersebut menyuruh anak buahnya menangkap Putri Liliana, yang sangat terkejut dengan tindakan mereka saat ini.

"Baiklah... show time" gumam Zen sebelum dia keluar dari persembunyiannya.

"Aku baru tahu, jika kamu kalah argumen dengan seorang anak kecil, kamu bisa menangkapanya" kata Zen kepada Uskup tersebut dengan nada mengejek setelah keluar dari tempat persembunyiannya.

"Anak kecil?" gumam Liliana yang mendengarkan perkataan Zen tersebut.

Mendengar suara penghinaan yang mengarah kepadanya, Uskup Forbin langsung mencari asal suara tersebut, dan melihat seroang pria dengan jubah putih khasnya yang pernah dulu membuangnya pada tempat antah berantah.

Beberapa prajurit yang akan menangkap Liliana juga mulai mengurungkan niat mereka, setelah melihat kemunculan Zen. Uskup Forbin sendiri saat ini mulai sangat emosi dengan penampakan dirinya ditempat ini karena kejadian sebelumnya.

"Zen" kata Liliana setelah melihat pria tersebut langsung berjalan menuju dirinya dan mencoba melindunginya.

"Halo Tuan Putri, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Zen ramah.

Namun sebelum Liliana menjawab pertanyaan Zen, beberapa pasukan sudah mulai mendekatinya, karena menerima gesture dari Uskup Forbin untuk menyerang Zen saat ini. Zen mencoba menghindari mereka. Namun serangan tersebut juga mengarah kearah Liliana.

Zen dengan sigap memasang badannya untuk menghalau serangan tersebut, dan hasilnya semua pasukan yang menyerangnya terpental akibat kerasnya tubuh Zen saat ini, dan Zen mengelurkan sediki kekuatannya untuk menghempaskan mereka dari dirinya.

"Kalian menyerangku, tetapi bertujuan untuk melenyapkan Tuan Putri Kerajaan ini? aku tidak tahu apa yang akan dikatakan Raja jika mengetahui apa yang terjadi disini" kata Zen, walaupun Zen yakin Raja tersebut tidak akan peduli.

"Diamlah, kalian berdua merupakan orang kafir, dan kami berhak untuk memusnahkan kalian. Lagipula Raja akan mengerti dengan apa yang akan kami lakukan saat ini" kata Forbin yang menyuruh beberapa pasukannya menyerang Zen.

"Tuan Putri, bisakah anda untuk berlindung sebentar, akan sangat sulit bertarung sambil melindungi anda" kata Zen.

"B-Bailah" kata Liliana. Walaupun dirinya diperlakukan sangat sopan oleh Zen, tetapi dia merasa sedikit kesal, karena dia sudah menyuruh Zen untuk menganggapnya sebagai teman, namun nyatanya Zen masih memperlakukannya seperti seorang putri.

Zen yang melihat Liliana sudah mulai mundur, mulai mengeluarkan Katananya dan bersiap melawan semua pasukan gereja yang datang menuju tempat ini, dengan tujuan untuk memuluskan langkahnya menerima skill kuno pada Divine Mountain.

"HYAAAAA"

Suara pasukan mulai menyerang Zen, namun Zen dengan sigap menghindari serangan mereka satu persatu dan langsung menebas mereka. Tehnik pedang Zen sangat mulus dalam membunuh prajurit yang menyerangnya.

Walaupun kualitas armor yang digunakan para prajurit yang menyerang Zen sangatlah bagus, tetapi tidak membuat mereka aman, karena tebasan Zen memotong mereka seperti sedang memotong sebuah tahu.

Disisi lain, Uskup Forbin yang melihat beberapa pasukannya sudah mulai terkalahkan, mulai menyanyikan sebuah bait lagu seperti nyanyian pada gereja, namun berfungsi untuk melemahkan kekuatan musuh.

"Cepatlah serang dia, Uskup Forbin sudah menggunakan Hymn Of Ruin" kata salah satu prajurit.

Memang para prajurit gereja sangat hafal dengan skill tersebut yang dapat membuat musuh melemah, dan bersiap untuk menyerang Zen berkat bantuan dari skill tersebut. Tetapi yang mereka tidak tahu, Zen mempunyai skill pasive yang menolak reaksi negatif yang mengarah kepadanya.

"Dasar bodoh" gumam Zen dan terus memubunuh satu persatu pasukan yang datang kearahnya.

Zen yang sangat mendominasi, dengan cepat mengalahkan setiap ksatria gereja yang menyerangnya, hingga tersisa beberapa prajurit saja yang sudah kehilangan niat untuk bertarung. Namun tindakan mereka, tetap membuat Zen membunuh mereka, karena Zen tidak mau kelak mereka akan menjadi duri yang akan menghalangi dirinya.

"T-Tunggu.... j-jika kamu tidak membunuhku, a-aku akan menimbangkan untuk membuat nama kelompokmu menjadi bersih kembali" kata Uskup Forbin yang perlahan mulai mundur selangkah demi selangkah karena Zen mulai mendekatinya.

Namun Zen tidak menghiraukan perkataan Uskup tersebut dan mendekat kearahnya dengan cepat dan hendak langsung menebasnya, namun tindakannya berhenti setelah putri Liliana mencoba menahannya.

"Zen, jangan membunuhnya. Apakah kamu tahu pihak gereja akan terus memburumu?" kata Liliana yang sudah berlari dan mendekat kearah Zen.

Zen mulai menurunkan katananya sejenak dan menatap Uskup yang akan dibunuhnya yang mulai bernafas lega, karena nyawanya masih selamat. Namun tiba – tiba warna mata Zen mulai berubah dan menatapnya intens saat ini.

Liliana yang akhirnya tiba disamping Zen, akhirnya mulai bingung dengan apa yang dilakukan Zen, hingga membuat Uskup tersebut seperti linglung saat ini.

"Jelaskan semua yang kamu tahu, tentang apa yang terjadi pada kerajaan kepada kami" kata Zen.

Forbin dengan sigap menjawab pertanyaan Zen, walaupun plot yang dia tahu hanya sedikit, tetapi informasi tersebut membuat Liliana melebarkan matanya dan kedua tangannya sedang menutup mulutnya karena sangat terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Apakah kamu yakin, aku tidak boleh membunuhnya?" tanya Zen kemudian.

Liliana tidak tahu harus menjawab apa, dia tidak menyangka pihak gereja akan melakukan hal sekeji itu kepada keluarganya saat ini, terutama Ayahnya yang digunakan sebagai boneka. Tidak mendapatkan jawaban dari Liliana, Zen langsung memutuskan leher dari Uskup tersebut dengan cepat.

"Zen, bisakah kamu menolong pihak kerajaan?" tanya Liliana yang sudah tidak memperdulikan kondisi dari Uskup yang sudah terpisah tubuh dan kepalanya.

"Aku pasti membantu, karena aku juga mendeteksi beberapa iblis mencoba menyerang kerajaan saat ini" kata Zen.

Sekali lagi, informasi tersebut membuat Liliana sangat terpukul dan langsung terduduk pada tempatnya karena tidak kuat menerima informasi yang baru saja dia dapatkan tersebut.

.

.

Hari sudah mulai malam, saat ini seroang wanita dengan sabar menunggu seseorang yang akan datang menjemputnya. Dia mendapatkan kabar bahwa pria itu akan menjemputnya sudah beberapa hari yang lalu dan menyuruhnya untuk bersabar.

"Apakah benar kamu akan menjemputku Zen?" gumam wanita tersebut yang saat ini berada disebuah jeruji besi, dengan seluruh tubuhnya dirantai dan dia tidak bisa menggunakan kekuatannya.

Namun perlahan, sesuatu bercahaya menerangi tempat yang gelap tersebut, yang ternyata berasal dari pundaknya saat ini. Wanita itu sangat terkejut, dan melihat sebuah siluet yang muncul setelah cahaya itu menghilang.

"Z-Zen"

Bab berikutnya