webnovel

28. Jadilah Milikku!

"Delice?" ucap Naura sedikit tersentak.

"Apa kau ketakutan?" tanya Delice.

"Tentu saja!"

"Naura, kenapa kau menolakku?"

"Bau alkohol? Apa dia sedang mabuk?" batin Naura.

Delice membenamkan wajahnya di punggung Naura sembari tangan mulai melepaskan tali pada dress Naura.

"Delice, tidak boleh!" tolak Naura.

Delice melepaskan Naura lalu berdiri untuk menghidupkan lampu kamar. Cahaya kamar yang terang secara tiba-tiba, membuat Naura memejamkan matanya sekejab karena silau dan membuat matanya berdenyut.

"Kau hanya seorang tawanan, apa hakmu untuk menolak?" bentak Delice.

"Bukankah aku sering mendapat cemooh darinya? Tapi kenapa kali ini rasanya begitu sakit? Dadaku terasa sangat sesak," batin Naura.

Naura diam, Delice diam, hanya detak jam yang menempel pada dinding yang bersuara.

"Sialan! Kenapa aku tidak bisa marah dengannya?" batin Delice.

Delice mendekat ke arah Naura yang terus memegangi dadanya. Ada sebuah penyesalan setelah mengucapkan kata-kata yang sangat menohok hati.

"Naura..."

"Kau benar, Tuan Delice. Aku hanyalah seorang tawanan yang tidak memiliki sebuah nilai!" jawab Naura.

"Maksudku..."

"Aku juga tidak layak untuk berada di kamar ini. Mungkin, gadis kecil yang sudah memuaskanmulah yang layak," ucap Naura sembari membuka pintu.

BRAKKKK...

Kali ini, gantian Delice yang di buat diam oleh ucapan Naura. Bingung dan juga tersentak, menjadi satu di hatinya.

"Gadis kecil? Apa dia salah paham? Aku bahkan tidak bisa menyentuhnya," gumam Delice.

***

"Nyonya!"

"Tuan Ken?" seru Naura sembari menoleh ke sumber suara.

"Aku ingin bicara."

"Lain kali saja!" jawab Naura.

"Aku tidak bisa menundanya lagi," pungkasnya.

"Tolong, pahami kalimat ini. Lain kali saja, Tuan Ken. Aku sedang tidak berniat untuk bicara pada siapapun!" seru Naura lalu masuk ke dalam kamar Hanin.

Ken menoleh setelah mendengar suara langkah kaki di belakangnya.

"Apa yang terjadi pada kalian?" tanya Delice menyelidik.

"Apa? Tidak ada," jawab Ken.

"Kau bukan orang yang pandai berbohong. Aku akan memaafkanmu kalau kau mau jujur padaku," seru Delice sembari melipat tangannya di dada.

"Tidak ada. Ini adalah kesalahanku, bukan kesalahannya," jelas Ken.

"Kesalahan?" Delice mengernyitkan keningnya.

"Iya, kesalahan karena aku menyukainya!"

"HAHAHA... HAHAHA... HAHAHA..."

Gelak tawa Delice, menggelegar di telinga. Ingin rasanya Delice memukul wajah Ken saat itu juga, tapi keinginannya itu di tahannya.

"Tuan!" panggil Ken.

"Apa dia juga menyukaimu? Kalian sekongkol untuk mengkhianatiku? Katakan padaku!" Delice bicara dengan nada suara yang sangat santai seperti tidak memiliki emosi dalam dirinya.

"Tuan, dia hanya menyukaimu!" berulang kali lamarannya di tolak, membuat Delice menganggap ucapan Ken sebagai candaan.

"Hahahaha... Kau dan dia ternyata sudah merencanakan ini untuk mengkhianatimu? Hahahaha..."

Ken menelan ludahnya, merasakan merinding di sekujur tubuhnya. Delice tertawa seperti tidak ada kewarasan lagi dalam dirinya.

"Gawat! Responnya sangat bahaya," batin Ken.

"Kau berencana akan menikah dengannya? Jangan bermimpi!" ekspresi wajah Delice berubah dari tertawa seperti tidak tidak waras, menjadi dingin dan tidak berperasaan.

Tatapan mata Delice pada Ken, seperti sebuah peringatan di ujung kematian.

"Tidak ada yang berencana untuk menikah. Nyonya adalah wanitanya Tuan, jadi aku tidak mungkin lancang melakukannya. Aku menyukainya hanya sebatas kagum," ujar Ken sembari berlutut.

BUKKKK....

Delice memukul wajah Ken, lalu mencengkram kerah kemejanya kuat-kuat dan mendorong Ken hingga tersudut di dinding.

"Kau sedang pamer padaku? Kau sedang menertawakanku karena Naura terus menolakku?" ucap Delice dengan sorotan mata membunuh.

"Pukul, Tuan. Lakukan seperti yang Tuan inginkan. Aku hidup karena Tuan, dan aku juga rela mati kalau Tuan yang membunuhku!" ucap Ken dengan pasrah.

"Kau pikir, aku akan membunuhmu?"

"Sebelum Tuan membunuhku, tolong dengarkan aku! Aku dan Nyonya tidak memiliki hubungan apapun. Nyonya hanya menyukai Tuan," jelas Ken

"Kau masih beranggapan kau bodoh? Karena kau ingin mati, aku akan membunuhmu!" teriak Delice.

BUKKK....

BUKKK...

BUKKK...

Delice menendang Ken bertubi-tubi. Delice menyerang dada, perut dan juga kaki Ken. Gemelut hati membuat Delice gelap mata dan tidak menerima bisikan baik di telinganya.

Delice mengeluarkan pistol dari balik kemeja yang di pakainya dan menodongkannya pada Ken yang tergeletak tanpa perlawanan.

"Dulu, saat aku menemukanmu dan membawamu masuk dalam hidupku, aku berjanji padamu ( IKUTLAH DENGANKU, AKU AKAN MEMBERIKAN SEBUAH KEHIDUPAN SEPERTI DI DALAM SURGA DENGAN SYARAT KAU HARUS SETIA). Aku masih ingat bagaimana ekspresi senangmu pada saat itu," jelas Delice.

Delice menghela nafasnya, menjeda ucapannya.

"Ken, aku memberikan apa yang aku punya untukmu tanpa membedakan. Aku menepati janjiku untuk memberikanmu kehidupan seperti di dalam surga, tapi kenapa kau membalasku dengan neraka?" lanjutnya dengan bentakan.

Di balik pintu kamar, Naura menangis menahan takut.

"Hiks... Hiks... Hiks... Apa yang harus aku katakan? Apa Delice sudah tahu apa yang Ken lakukan padaku pada malam itu?" gumam Naura dengan tubuhnya yang sudah gemetaran.

BUKKKK....

Delice menendang Ken sekali lagi sebelum menarik pelatuk pistol yang sudah siap meluncurkan pelurunya.

"TUAN, JANGAN!" Loid datang bagaikan seorang pahlawan bagi Ken.

Delice menoleh, Loid sudah berlari sangat cepat dan mengambil pistol yang ada di tangan Delice.

"Loid, apa yang kau lakukan? Apa kau juga mengkhianatimu?" bentak Delice.

"Tuan, kita sudah berjanji akan hidup bersama. Anggota utama kita ada 5 orang. Bukankah kita akan menaklukan dunia bersama-sama?" ucap Loid.

"Apa salahnya kalau anggotanya kurang 1 orang?" jawab Delice dengan geram.

"Tuan, tolong ampuni Ken kali ini. Perasaan tidak akan bisa di prediksi akan berlabuh pada siapa. Cinta tidak bisa memilih. Benar apa yang aku ucapkan, Tuan?"

"Diam!" bentak Delice.

"Gracia adalah anggota kita. Dia bersikap terang-terangan kalau menyukai Tuan, tapi apa perasaan Tuan bergerak? Tidak bukan? Tuan..."

"Aku sudah katakan untuk diam! Berhentilah bicara, Loid!" Delice mencekik leher Loid.

Uhuk... Uhuk... Uhuk...

"Aku akan melepaskan kalian sekarang, tapi tidak untuk lain kali."

Delice berbalik lalu berjalan mendekati pintu kamar yang di gunakan Naura untuk bersembunyi.

"Naura! Keluar!" teriak Delice dengan begitu keras.

Naura keluar dengan segera sebelum amarah Delice semakin besar.

PLAKKKKKKKK

"Tuan!" pekik Loid.

Delice menampar Naura dengan tangan kirinya hingga tubuh Naura terpental 3 meter dari tempatnya berdiri.

Naura merasakan kepalanya berdenyut nyeri dan pandanganya mulai kabur hingga semuanya terlihat gelap.

"Itu pelajaran kalau kalian berani menggodanya. Aku akan memukulny sampai mati kalau hal itu terjadi!" ucap Delice.

Setelah memukul Naura, Delice menggendongnya dan membawanya pergi.

"Antarkan Hanin kembali!" ucap Delice, Loid hanya mengangguk.

Delice sengaja mencium bibir Naura yang berdarah di depan mata Ken dan juga Loid untuk membuktikan bahwa Naura hanyalah miliknya.

***

Delice membaringkan Naura, lalu mengoleskan obat pada pipinya yang terkena tamparan keras Delice.

"Aku tidak ingin menyiksamu lagi. Tolong, jangan membuatku murka," gumam Delice.

Delice memanfaatkan ketidaksadaran Naura untuk melepas pakaian Naura. Di bawah sinar lampu kamar yang terang, Delice memandangi tubuh Naura yang sudah tidak berdaya.

"Naura, jadilah milikku!"

Bab berikutnya