webnovel

Bab 63

Alex menggosok hidungnya dengan sedikit malu ketika menerima ucapan terima kasih dari para gadis. Dia juga tidak hanya menerima ucapan terima kasih dari para gadis saja, Saji pun ikut berterimakasih padanya walaupun Alex bisa melihat jejak kecemburuan dari matanya.

Alex menggelengkan kepalanya dan membalikan tubuhnya sambil tersenyum ketika menatap Sona, "Jadi Sona, apakah kamu akan menepati janjimu?"

Sona tersipu ketika mengingat bahwa dia harus mencium pipi Alex, tapi dia tetap serius dan akan menepati janjinya, 'Lagipula, itu hanya mencium pipinya kan?' Pikir Sona saat mencoba menghibur dirinya sendiri.

Sona kemudian menarik nafas dalam-dalam dan berkata dengan suara rendah, "..... Mendekatlah."

"Apa? Aku tidak mendengar apapun?" Alex seharusnya bisa mendengar suaranya tapi dia berpura-pura menjadi tuli disini, untuk menggodanya.

Sona tahu Alex mencoba menggodanya, jadi dia sedikit kesal, tapi dia tetap menahan diri dan mengatakannya lagi, "Mendekatlah.."

"Apa? Coba katakan lagi dengan keras?" Alex ingin tertawa ketika mendengar suara Sona yang imut dan ingin mendengarnya lagi.

Sona sudah tidak tahan lagi, wajahnya benar-benar memerah, dia kemudian dengan cepat menarik kerah Alex dan mendekatkan wajahnya untuk mencium pipinya.

Alex terkejut dengan tindakan tiba-tiba Sona. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan dan menolehkan wajahnya untuk melihat Sona, tapi tiba-tiba dia...

*Cup*

Dia merasakan bibirnya menempel dibibir Sona, itu tidak ciuman secara intim atau sesuatu, itu hanya kecupan ringan antar kedua bibir.

Sona juga tidak menyangka Alex akan menolehkan wajahnya yang membuat bibir mereka bersentuhan. Kejutan ini membuat Sona memerah keras dan Alex bisa melihat kepulan asap keluar dari kepalanya.

Sona dengan cepat mendorong Alex menjauh dan berteriak, "Ke - Kenapa kau menolehkan wajahmu!?" Dia mengatakan itu sambil menunjuk Alex dengan jarinya seolah-olah menyalahkannya.

Alex juga terkejut dengan ini tapi dia tetap tenang dan menyeringai, "Kenapa kau menyalahkanku? Bukankah itu kamu yang terlalu bersemangat dan tidak bisa menahan diri?"

"Kamu - Kamu..." Jari telunjuk Sona bergetar dan dia benar-benar malu hingga tidak bisa mengatakan apa-apa.

Seringai Alex semakin lebar. Dia kemudian mendekat ke telinga Sona dan berbisik, "Jika kamu begitu tidak bisa menahan diri, setelah masalah ini selesai, kau bisa mengunjungi rumahku untuk melakukan hal-hal yang luar biasa nanti."

Tubuh Sona bergidik ketika mendengar suaranya yang dalam dan dia juga bisa merasakan nafas lembut Alex. Matanya berputar-putar dan satu dorongan dari Alex lagi, mungkin dia akan menerima tawaran Alex.

Sona dulunya selalu tampak serius dan serius. Tapi sekarang, saat dia bertemu Alex, dia tidak bisa tetap tenang.

Alex terkekeh ketika melihat reaksi Sona dan memutuskan untuk tidak menggodanya lagi, dia takut Sona akan pingsan dan membuat Peerage-nya marah sehingga bisa membuat dirinya dikeroyok mereka sampai mati nanti.

Alex menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Dia kemudian menoleh ke pertarungan antara Peerage Rias melawan Valper, Freed, dan Kokabiel masih belum selesai yang membuatnya menghela nafas lagi. Untungnya mereka sudah berhasil membunuh ketiga Cerberus itu, jika tidak, Alex akan kecewa dengan mereka.

Lagipula, dia sudah melatih Isse dan Asia sampai lebih kuat dan jika mereka masih kalah dengan para 'sampah' itu, Alex akan kecewa.

Alex menoleh ke Sona dan berkata, "Aku akan pergi dulu, sampai jumpa." Setelah itu Alex langsung pergi masuk kedalam penghalang tanpa menunggu jawaban dari Sona.

Sona juga tidak menjawab Alex karena kata-katanya tadi masih terngiang-ngiang dikepalanya.

Para Peerage Sona menggerakan bibirnya ketika melihat ini. Tsubaki menghela nafas dan memutuskan untuk tidak menganggu Kaichounya yang sedang berhalusinasi.

Saji disisi lain menggertakan giginya sambil menatap Alex dengan bermusuhan, 'Alex, kali ini aku akan memutuskan untuk membuatmu menjadi rival cintaku!'

Alex tidak tahu bahwa dia sudah diakui menjadi saingan oleh Saji.

Setelah Alex masuk kedalam penghalang, dia melihat suasanya cukup aneh, 'Apa yang terjadi?' Dia melihat ekspresi Kokabiel yang menyeringai dan melihat ekspresi Irina, Xenovia, dan Asia yang seperti tersambar guntur. 'Mungkinkah... ?'

"Tidak mungkin! Aku tidak akan percaya bahwa Tuhan mati!" Irina berteriak dengan tidak percaya ketika dia baru saja mendengar informasi bahwa Tuhan telah mati dari Kokabiel.

Xenovia juga terkejut dengan informasi ini, dia juga tidak mempercayai Tuhan telah mati, tapi ... ketika dia mendengar informasi ini dari salah satu Malaikat Jatuh yang pernah mengikuti perang 1000 tahun yang lalu, dia sedikit percaya.

Rias dan Peerage-nya terkejut, tapi itu tidak lama, karena mereka adalah Iblis yang tidak memiliki kepercayaaan kepada Tuhan sehingga mereka dengan cepat menerima infromasi ini dengan lancar.

Asia disisi lain memiliki emosi kompleks, dia tidak tahu harus bahagia atau menangis ketika Tuhan mati. Dia adalah Iblis yang seharusnya senang dengan kematian Tuhan, tapi dia dulunya juga adalah Biarawati Suci yang memiliki kepercayaan penuh pada Tuhan. Mana yang harus dia pilih?

Koneko tidak menunjukan banyak reaksi, lagipula dia sudah mendengar informasi ini dari Alex dulu saat Alex menceritakan sejarah tentang dunia ini kepadanya.

Alex menghela nafas pada mereka. Dia tahu apa yang ada dipikiran mereka semua dan membiarkan mereka mencerna informasi dulu. Dia kemudian menuju kedepan dan berkata kepada meraka semua, "Yah, Tuhan mati atau tidak, siapa yang peduli? Bahkan jika Tuhan mati pun, dunia masih berjalan dengan baik-baik saja bukan?"

Irina menatap Alex dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Seperti kata Alex, bahkan jika Tuhan telah mati, dunia masih baik-baik saja. Tapi ... Irina yang memiliki kepercayan penuh pada Tuhan tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia tidak tahu kepada siapa lagi dia akan menaruh kepercayaannya.

Kokabiel sedikit terkejut dengan kedatangan Alex yang menggunakan sayap listriknya untuk terbang. Dia kemudian menyeringai bahagia ketika melihat ini, "Manusia biasa bisa menggunakan sihir? Ini benar-benar menarik! Sepertinya kedatanganku kesini tidak sia-sia!"

Alex jijik dengan Kokabiel yang memandangnya seperti subjek mainan, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia melihat Kokabiel yang ingin melanjutkan ocehannya.

"Menarik! Sangat menarik! Sepertinya aku bisa bersenang-senang setelah sekian lama tidak bertarung!" Kokabiel menyeringai bahagia, dia kemudian membuat sebuah tombak cahaya dengan kekuatan sihir yang besar dan menembakkannya menuju Alex.

Alex memandang rendah Kokabiel yang menyerangnya, 'Makhluk rendahan ini benar-benar ingin menyerang aku yang Raja Manusia ini?'

Alex menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Dia kemudian mengambil 'Imagine Breaker Sword' dari 'Inventory Gate'-nya dan mengayunkannya dengan lembut ke tombak cahaya itu.

*Sring....*

Tebasan Alex dengan mudah membuat tombak cahaya Kolabiel itu menghilang tanpa jejak dengan mudah.

Semua orang terkejut dengan kekuatan dari pedang Alex, kecuali Koneko, Issei, dan Kiba yang sudah mengetahui tentang pedang itu.

Mereka semua tahu bahwa serangan Kokabiel itu sangat kuat, bahkan bisa dengan mudah menghancurkan seluruh Akademi ini, tapi Alex bisa dengan mudah menghilangkannya seperti angin.

"Ara ara~ Sepertinya Alex-kun semakin membuatku tertarik," Akeno memandang Alex dari kejauhan dengan mata bulan sabitnya yang membuat penampilannya semakin indah. Dia sudah melihat kekuatan Alex saat melawan Riser dan mengira itu sudah kekuatan penuhnya, tapi sepertinya tidak. Dia merasa Alex ini benar-benar misterius dan dia sangat tertarik padanya.

Bab berikutnya