webnovel

Bab 61

Sementara para anggota OSIS sedang berusaha membuat penghalang untuk melindungi kota dari terkena dampak serangan, Akeno sedang menghampiri Rias untuk memutuskan apakah mereka memanggil Maou atau tidak.

"Rias, bagaimana kalau kita memanggil Sirzechs-sama? Jika situasinya menjadi tidak terkendali dan menyebabkan kamu terluka bagaimana nanti?"

Rias menggelengkan kepalanya sambil menyilangkan tangannya hingga membuat payudaranya menonjol, "Tidak, kita tidak usah meminta bantuan kepada kakakku hanya untuk urusan ini."

"Rias, aku tahu kalau kamu itu tidak ingin menyusahkan kakakmu, tapi ingatlah, lawan kita adalah setingkat dengan Pemimpin Malaikat Jatuh. Tingkat levelnya berbeda dengan kamu," kata Akeno.

Rias cemberut pada Akeno tapi tidak mengatakan apa-apa dan memutuskan untuk mendengarkannya sebentar.

Akeno melengkungkan sudut mulutnya dan melanjutkan, "Kita harus percaya kepada Maou-sama."

Rias menatap Akeno sebentar dan menghela nafas, dia tidak bisa berdebat dengannya lagi.

Akeno menganggap itu sebagai jawaban dan berkata, "Terima kasih sudah menyetujui saranku, Buchou. Kira-kira Sirzechs-sama akan datang 1jam lagi."

"Ya ampun, sepertinya aku tidak bisa melawanmu ya..." Rias kemudian berbalik ke Cerberus itu dan bergumam, "Satu jam ya..."

"Yah, 1jam sudah lebih dari cukup bagi kalian untuk melawannya," kata Alex yang berada disampingnya.

"Eh, Aniki, kamu juga akan ikut melawannya kan?" Issei bertanya kepada Alex dengan berharap.

Alex menoleh dan menatap Issei sebentar sebelum berkata, "Kenapa aku harus melawan musuh yang sangat mudah seperti dia? Lagipula, ini juga situasi yang bagus untuk pertumbuhan kalian bukan?"

Issei ingin menangis sekarang. Lawan yang mudah? Itu hanya mudah bagi Anda, sialan.

Rias menatap Alex dan mengangguk, "Benar, seperti yang dikatakan Alex, ini lawan yang pas untuk pertumbuhan kita."

Issei akan menangis jika dia bisa mengeluarkan air matanya sekarang. Tadi Anikinya yang menyuruhnya melawan Kokabiel, sekarang bahkan Buchou-nya pun ikutan menyuruhnya.

Saji yang sedang membuat penghalang dari atas tidak bisa menahan rasa kasihannya kepada Issei ketika melihat ini, 'Berjuanglah, temanku!'

"Apa yang kau lamunkan Saji!"

Saji langsung merinding ketika mendengar suara Sona dari sampingnya. Dia kemudian langsung menegakkan badannya dan berkata dengan tegas, "Iya, Buchou!"

Kokabiel disisi lain marah ketika mendengar mereka mengabaikan Cerberus-nya. Anda menganggap saya sebagai batu loncatan untuk lebih kuat? Sialan Anda!

Dia kemudian mengeluarkan lingkaran sihir lagi dan memunculkan dua ekor tambahan Carberus besar seperti tadi. "Cerberus! Cepat serang mereka semua hingga tidak ada yanb tersisa!"

"ROARRRRRR!!!"

Rias menoleh ke Akeno dan berkata, "Akeno."

Akeno mengerti maksud Rias dan menganggukan kepalanya. Dia kemudian terbang menggunakan sayap Iblisnya dan berubah menjadi pakaian Gadis Kuil. "Rias!"

Rias mengangguk, dia membentangkan sayap Iblisnya juga dan terbang disampingnya. Dia merentangkan tangannya dan mengalirkan energi sihirnya membentuk Destruction Ball.

Akeno juga mengeluarkan sihirnya, dia merentangkan salah satu lengannya dan memanggil lingkaran sihir petir berwarna kuning.

Setelah menyiapkan semuanya. Keduanya kemudian melemparkan serangan mereka secara bersamaan menuju salah satu Cerberus yang mereka lawan.

""HA!""

"ROARRRRR!!!"

Rias dan Akeno melihat serangannya sedikit melukai salah satu kepala Cerberus dan tidak kecewa atau apapun, mereka sudah mengharapkan seperti itu karena serangan yang tidak berbasis cahaya tidak akan melukai secara parah kepada Cerberus Sang Penjaga Neraka.

Keduanya kemudian mulai menyerangnya lagi secara bersamaan serta menggunakan keuntungan mereka saat bisa terbang diatas.

"ROARRRRRR!!!"

***

'Sial!' Issei mengutuk dibenaknya ketika tidak bisa berbuat apa-apa. Dia kemudian menoleh kedepan dan melihat Cerberus kedua ingin menyerangnya serta Asia yang ada dibelakangnya.

"ROARRRRR!!!"

Issei tahu dia tidak bisa melawannya sekarang, jadi dia memutuskan untuk mundur. Dia mengambil Asia dengan gendongan putri dan melompat keatas menggunakan sayap Iblisnya menghindari serangan Cerberus itu.

"Issei-san..." Asia merasa hatinya manis ketika Issei menyelamatkannya, tapi ada jejak kekhawatiran dimatanya ketika melihat Issei tidak bisa menggunakan Sacred Gear-nya.

Issei tidak tahu apa yang Asia rasakan karena dia orangnya bebal. Dia kemudian memanggil Gaulent-nya dan berkata kepada Ddraig, "Ddraig, berapa lama lagi aku bisa menggunakan Sacred Gear?"

"02:57, 02:56, 02:55 ...." Ddraig menjawabnya dengan timer yang ada di kristal Gaulet-nya.

"Tiga menit lagi kah... Aku tidak tahu apakah ini cukup atau tidak," Issei bergumam. Dia mengalihkan perhatiannya ke Cerberus yang mencoba mencabik-cabiknya dari bawah dan tidak bisa membantu, tapi terbang lebih sedikit keatas sambil memancing Cerberus menjauh dari penghalang Akademi Kuoh untuk mengulur waktu.

"ROARRRRR!!"

Setelah beberapa menit, Issei sedikit berkeringat setelah menghindari serangan Cerberus berkali-kali. Dia belum terbiasa menggunakan sayap Iblis dengan sepenuhnya dan itu cukup melelahkan.

Dia menoleh ke tempat Anikinya berada dan melihat Ankinya sudah menghilang, dia bertanya-tanya bagaimana Anikinya bisa hilang dengan begitu cepat tanpa ada yang menyadari.

"ROARRRRR!!"

Issei melihat Cerberus melompat padanya lagi dan menghindarinya dengan tergesa-gesa. Dia menggelengkan kepalanya dan lebih baik tidak terlalu memikirkan bagaimana Anikinya menghilang karena situasinya sangat mengerikan sekarang.

[BOOST] !

Suara mekanik terdengar dari Gaulent-nya yang membuat Issei bahagia. "Ddraig! Apakah sudah bisa digunakan?"

"Iya, Patner!"

Issei menyeringai, dia kemudian menurunkan Asia kebawah dan langsung menghadapi Cerberus yang ada didepannya tanpa ada rasa takut.

"I - Issei-san..." Asia khawatir padanya.

"Jangan khawatir, Asia! Aku tidak bisa terus menghindar dan inilah saatnya aku menunjukan kekuatanku!" Issei berkata sambil mengeluarkan Sacred Gear-nya.

"[Balance Breaker] !"

***

Alex disisi lain menguap ketika melihat ini dari atas menggunakan sayap listriknya.

Dia bisa saja menghancurkan Kokabiel dan sekutunya dengan jentikan jari, tapi, dia menahan diri untuk itu, karena pertarungan ini penting untuk pertumbuhan mereka. Selain itu, dia juga ingin Irina, Xenovia, dan Asia dengan cepat mengetahui kebenaran tentang Tuhan sudah mati.

Baik. Semakin cepat mereka mengetahui kebenaran, semakin baik juga untuk mereka. Jika semakin lambat untuk mengetahuinya, mereka mungkin akan kesulitan untuk menerima kenyataan, walaupun itu tidak akan terjadi sih, karena Alex mungkin akan memberitahu mereka dengan cepat.

Alex juga sudah menyuruh Koneko untuk mengawasi pertarungan dari jarak dekat jika terjadi sesuatu, dia juga ingin agar Koneko tidak terlalu malas jika dibiarkan menganggur.

Alex tidak ingin membiarkan Koneko ketularan sifat malasnya!

Yah, walaupun itu sudah terlambat ketika Alex melihat Koneko yang mengeluarkan mode Nekomata-nya sambil duduk menggunakan bangku yang entah dari mana dia dapat dan memakan camilannya dengan wajah bosan.

Alex berkeringat ketika melihat ini. Dia bertanya-tanya apakah tubuhnya akan cepat tumbuh seperti Kuroka jika terus bermalas-malasan.

Koneko sepertinya menyadari seseorang sedang memikirkannya ketika telinga dan ekor kucingnya berkedut beberapa kali. Dia mendongak keatas dan menatap Alex yang sedah memalingkan mukannya.

Koneko menyipitkan matanya sebentar dan tidak bisa menemukan apapun dari Alex. Dia hanya mengangkat bahu dan terus memakan camilannya sambil menggoyang-goyangkan ekornya.

Alex menghela nafas lega. Dia bertanya-tanya bagaimana Koneko bisa menyadari bahwa dia sedang memikirkannya.

Bagaimanapun, wanita itu makhluk misterius dan mengerikan....

Bab berikutnya