Freya mengusap sisi lengannya, malam yang lumayan dingin hingga rasanya menusuk tulang-tulang sendi. Cewek itu diam di balkon kamarnya, menghirup udara yang baru lagi dia lakukan setelah sekian lama. Freya memandang langit yang tidak ada satu 'pun bintang disana, dia menghela napas panjang.
Jika dulu sang Mama yang selalu mengingatkannya untuk memakai sweeter saat diam di balkon, maka sekarang tidak ada lagi yang menyuruhnya. Freya merindukan sosoknya. Di saat dia bersedih, ibundanya yang akan meraih, merengkuhnya hingga Freya tak bersedih lagi. Namun, Tuhan lebih menyayangi sosok itu, Freya tidak bisa berbuat lebih. Bukan berarti dia belum bisa menerima, walau di awal dia berpikir begitu namun lambat laun akhirnya Freya bisa. Setidaknya dia bisa, soal dia yang masih merindu sosoknya itu sangat wajar. Freya sudah ikhlas, karena dia juga masih bersyukur mempunyai Gibran dan Devan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com