webnovel

10. Pagi di Negeri Ion (III)

Sarapan tidak berlangsung lama. Bagaimanapun, mereka hanya memakan salad dan segelas susu hangat. Setelahnya, Leo dengan penuh semangat berjalan keluar dari kastil. Berjalan di jalan beton selebar 5 meter yang diapit oleh taman pada sisi kanan dan kirinya.

Matahari cukup terik, tetapi tidak membuat kedua sosok merasa panas. Udara sejuk pagi hari menetralkan panas yang menyentuh permukaan kulit. Yah … tempat berdirinya Academy Royal Ion adalah daerah tropis. Tidak akan ada musim dingin dan gugur. Bila di belahan daerah lain, seharusnya ini sudah masuk musim gugur dengan suhu mencapai 5 derajat.

Berlari dengan konstan, Leo menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Penyihir perak itu jelas menikmati olahraganya. Fokus untuk melangkah tanpa takut untuk tersesat. Udara sejuk meraba kulit, dingin yang berpadu dengan panas matahari yang nyaman. Terlebih, tidak ada siapa pun sejauh kakinya melangkah, membuat sosok perak semakin lega dan bebas.

Akan lebih baik bila ia bisa melepaskan sayapnya atau menemukan sebuah danau untuk berenang. Well, remaja perak cukup olahraga selama di Academy Ruby. Dengan mudah ia bisa terbang berkeliaran tanpa harus ada yang menyadari atau berenang dengan ekor Mernya di danau dingin yang berada di Hutan Terlarang. Bagaimanapun, wilayah Academy Ruby cukup luas hingga membuat banyak tempat terlarang tidak mampu dimasuki siapa pun.

Namun di sini, remaja perak tidak bisa melakukan kedua hal menyenangkan itu.

"Leo," memanggil Penyihirnya, Merci menyadari perubahan lingkungan di sekitar mereka. "Ini sudah terlalu jauh, tidak mau kembali?"

Si perak tidak memperlambat langkah. Paru-paru penuh dengan udara segar pagi hari, ditambah tidak adanya siapa pun di sekitar. Beberapa bangunan yang berbeda terlihat di kejauhan, mengintip di antara pepohonan yang menjulang.

Oh, sepertinya … mereka memang sudah melangkah terlalu jauh. Keberadaan Kastil benar-benar tidak terlihat lagi.

"Kau tahu jalan kembali?"

"Mereka memberikanku peta."

"Bagus kalau begitu, kita tidak akan tersesat."

Artinya jelas, Leo tidak perlu memperlambat atau berhenti sama sekali.

"Leo," tahu pasti pikiran Penyihirnya, Merci mengerutkan alis. "Kau tidak mau beristirahat?" bila Naga Biru ini tidak salah menghitung, mereka sudah berlari selama lebih dari setengah jam. Bila hanya berjalan santai, Merci tidak akan mempermasalahkannya, tetapi sosok ini terus berlari. Meski napas yang terdengar masih sangat konstan, remaja Diandra tidak mau mengambil risiko.

Ia tahu fisik remaja ini cukup kuat. Terlihat dari pertemuan pertama mereka di mana si perak tidak memerlukan Kursi Apung untuk berpindah ke kelas yang berbeda. Namun tetap saja, daya tahan tubuh seorang Penyihir tidak boleh dipaksa terlalu berlebih.

Kali ini, remaja perak mendengarkan. Ia memperlambat langkah sebelum benar-benar berhenti. Sepasang iris emas menatap lawan bicaranya. "Istirahat di mana?"

Merci ikut berhenti. Mendengar pertanyaan sang remaja, Naga Biru langsung membuka Asistennya. "Kita berada di dekat Gedung Administrasi … ," sepasang netra emas berkedip. Ia terdiam selama beberapa detik, tidak menyangka akan berjalan sejauh ini. "Ada Kafetaria dan Taman, tempat mana yang ingin kau kunjungi?"

Mendengar kata Administrasi, sudah cukup untuk menarik minat sang remaja.

"Gedung administrasi adalah tempat Penyihir menjual kan?"

Selalu mendengarkan kelima Penyihir bergosip, Leo mengambil kesimpulan dari fungsi lain dari gedung Administrasi yang disebutkan Merci.

"Entahlah," Naga Biru menjawab jujur. "Mau ke sana dan memeriksa? Kurasa, sekarang gedung itu sudah buka."

"Oke," setujunya seraya mempersilahkan si biru memimpin jalan.

Gedung Administrasi benar-benar tidak jauh.

Bangunan tinggi bertingkat yang menyembul di balik pepohonan, ternyata adalah Gedung Administrasi. Jalan-jalan di sekitar gedung sepi, jelas masih terlalu pagi untuk dipenuhi oleh beberapa siswa dan Guardian mereka. Bangunan berbentuk tabung dengan bagian ujung yang menajam selayaknya ujung pena membuat Leo menghentikan langkahnya hanya untuk mendongak.

"Gedung ini memiliki 1.120 Lantai," Merci menjelaskan seraya melihat Asistennya. Remaja itu jelas mencari tahu perihal Gedung Administrasi Academy Royal Ion. "Selain perihal peradministrasian sekolah, gedung ini juga untuk mendaftarkan alat, pil dan Kristal Penenang dari Penyihir. Di sini juga tempat orang-orang mendaftarkan apa saja yang mereka butuhkan dari Penyihir … bisa dibilang, gedung ini juga berguna sebagai tempat transaksi."

Apa yang kelima Penyihir gosipkan ternyata benar.

Dengan sistem pengendalian yang kuat seperti ini, Academy Royal Ion benar-benar memonopoli energi yang paling dibutuhkan semua kalangan. Ketimbang Raja, sepertinya Academy jauh lebih berkuasa.

Keduanya melangkah memasuki gedung. Bagian Hall sangat luas. Terdapat barisan sofa empuk yang tersusun. Jelas sebagai ruang tunggu. Melihat sekeliling, Micro menemukan bagian informasi dan langsung membawa Penyihir ke sana.

Sebuah mesin terpampang melayang di dinding gedung. Layar transparan terlihat, memamerkan beberapa menu yang diperlukan. Leo menatap selama beberapa detik, lalu mengklik beberapa pilihan. Bagaimanapun, ini hanya sebagai pusat informasi, bukan tempat untuknya mengambil tiket dan mengantri.

Ternyata, bukan hanya sebagai tempat penerima dan penjual order, di sini juga menyediakan perihal bahan sihir yang diperlukan Penyihir. Semua yang tersedia adalah bahan-bahan yang memang cenderung mahal. Semuanya di atas 50 koin emas. Beberapa penyihir bahkan juga mencantumkan bahan apa yang mereka perlukan dan membuat permintaan.

Namun yang menarik minat Leo bukanlah keduanya, tetapi sistem Lelang yang juga turut diterapkan.

Hal ini agak … berlawanan dengan otoritas kasta yang diperlakukan.

Lelang jelas membuat semua orang menjadi sederajat. Tanpa melihat siapa pun statusnya dan hanya mempedulikan uang terbanyak.

"Mau ikut lelang?" Merci menebak ketika si Perak membaca peraturan dan detail cara mengikuti lelang. Bagaimanapun, ada situs resmi untuk ikut lelang, tetapi untuk memasukkan barang ke tempat lelang, ternyata jauh lebih rumit. Masih ada proses evaluasi yang bisa memakan waktu sampai 2 hari sampai barang ditempatkan ke dalam daftar lelang.

"Ya," Leo menjawab jujur. Bagaimanapun, mineral di dalam ruangnya menumpuk. Agak disesalkan karena ia membawa banyak mineral dan mendapati bahwa tidak mudah untuk menjualnya.

Bila para Kesatria dan Zero memerlukan Kristal penenang dan Penyihir untuk mencegah Anomali mereka, maka Penyihir memerlukan Mineral Energi untuk menutrisi kekuatan jiwa mereka yang kelelahan. Karena itu, Mineral Energi sangat penting untuk Penyihir. Terutama bagi mereka yang telah mencapai level 4 ke atas.

Mineral Energi sangat langka hingga memerlukan lelang untuk mendapatkannya. Yah … para Penyihir tidak akan kekurangan uang. Mereka rela mengeluarkan berapa pun untuk mendapatkan sebutir kecil Mineral Energi kualitas rendah. Namun sayangnya … Papa Naganya yang konyol, selalu mengambil yang terbaik.

Jadi, selain kristal berwarna abu-abu pucat dan abu-abu tua yang hanya berjumlah sekantung kecil, sisanya, lebih dari 200 kantung, merupakan kristal energi berwarna hitam pekat yang menandakan kualitas baik.

Leo pusing. Ketika menyadari bahwa Mineral Energi kualitas rendah bahkan memerlukan Lelang untuk menjualnya … bagaimana caranya untuk menjual kualitas baik yang jauh lebih banyak? Sebutir Mineral Energi kualitas rendah yang ukurannya hanya sebesar kacang polong bahkan sangat berharga!

Bisa si perak bayangkan kegemparan apa yang terjadi bila ia mengeluarkan Mineral Energi kualitas baik dengan ukuran genggaman pria dewasa ke pasar Lelang.

"Apa yang ingin kau lelang?" jelas, Penyihirnya tidak kekurangan uang. Mengikuti lelang hanya untuk bersenang-senang.

Keduanya berjalan ke bagian lelang. Seorang robot dengan baik melayani, mengirimkan form yang harus diisi lalu menginstruksikan naik ke lantai 20 untuk menyerahkan barang yang akan dilelang.

Merci, tidak bisa melihat apa yang diisi si perak, karena itu, setelah sosok Penyihir mengisi form yang diberikan dan keduanya memasuki lift, Kesatria Naga itu tanpa ragu bertanya. Bagaimana pun, di dalam tabung kaca ini, hanya ada mereka berdua.

"Mineral Energi."

Micro mengerutkan alis. Sungguh, ia sudah tidak kaget lagi dengan kemewahan Penyihir di sampingnya. "Kenapa tidak menggunakannya untuk diri sendiri?"

Remaja perak menghela napas. "Itu tidak berguna untukku."

Mineral Energi adalah vitamin dan juga tambahan nutrisi untuk jiwa. Sementara Leo adalah Penyihir level 10. Ia menekan kekuatannya hingga ke titik terendah dan melepaskannya secara bertahap dan menyesuaikan dengan kemampuan fisiknya dalam menerima energi jiwa.

Apakah Mineral Energi baik untuknya?

Tidak, tidak baik sama sekali. Itu sama seperti racun yang akan membuat energinya bocor. Bila bukan karena kecerobohannya menambang begitu saja, sekarang, Leo masih bisa menekan dan tetap mempertahankan level 3nya, bukan level 4 puncak yang selalu membuatnya berkeringat dingin.

Sungguh, bila ia sampai mencapai level 5, Leo benar-benar tidak akan bisa tumbuh lagi! Bagaimana mungkin ia rela membuat tubuhnya tetap pendek seumur hidup?!

"Tidak untuk sekarang, kau bisa menyimpannya untuk nanti," Merci membujuk. Sang Naga jelas tidak setuju dengan keputusan Penyihirnya. "Bagaimanapun, sulit menemukan Mineral Energi."

Leo terkekeh. "Tidak apa-apa, Papa bisa mendapatkannya lagi bila aku memerlukannya."

Ayahnya memang sangat kaya, tetapi … "Kau yakin?"

"Um," si perak mengangguk pasti, terlihat agak geli mendapati keraguan Guardiannya. "Oh, jangan khawatir. Papa sangat kaya, dia akan membelikan apa pun yang kuinginkan."

Merci masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi pintu lift sudah terbuka. Keduanya diam, lalu sama-sama melangkah keluar dan mendapati gedung sangat sepi. Hanya ada sederet konter yang dilayani oleh robot, tanpa kehidupan sama sekali.

"Ini masih terlalu pagi," Merci menatap sekeliling, bergumam dan menemukan bahwa dua baris kursi jelas digunakan sebagai kursi tunggu. Namun keduanya tidak perlu sama sekali. Dengan mudah, Leo mendatangi salah satu konter.

Sebuah layar terpampang. Meminta si perak mengisi kode dari form yang telah diisinya. Namun ternyata masih akan ada form dan perjanjian yang wajib diisi untuk diserahkan kembali. Jadi, selama beberapa menit, setelah mengisi form dan menandatangani perjanjian, instruksi untuk menyerahkan barang yang akan dilelang akhirnya muncul.

Tanpa ragu, Leo mengeluarkan kristal berwarna abu-abu pucat dan memasukkannya ke dalam konter. Robot yang menjaga, langsung menerima dan melakukan proses pemindaian. Bagaimanapun, perlu waktu 24 jam hingga 48 jam untuk proses penilaian. Karenanya, setelah menyerahkan, Penyihir dan Guardiannya sama-sama meninggalkan lantai.

"Bagaimana bila ke Kafetaria?" Leo mengusulkan tepat ketika menoleh menatap gedung lain yang tidak terlalu jauh. Lift mereka merupakan tabung kaca, membuat suasana di luar gedung terlihat dengan jelas. Bangunan yang berada di bawah sana dengan banyak meja dan kursi berderet mengintip. Mudah menebak bahwa bangunan satu lantai itu adalah Kafetaria.

"Ada dua Kafetaria," Merci dengan baik mengingatkan. Ia ingat tata letak tanpa harus melihat map. "Kafetaria Khusus Penyihir dan Umum, gedung di sana gedung Kafetaria Umum."

Jeda beberapa detik, Merci menoleh. "Kau lapar?"

"Aku mau melihat-lihat," Leo tidak merasa lapar sama sekali. "Kudengar Negara Ion sangat menghargai Penyihir, jadi semua makanan mereka adalah makanan padat, tidak ada Bar Nutrisi atau bahkan Cairan Nutrisi?"

"Entahlah," tidak mungkin untuk Merci memperhatikan sampai sedetail itu. Ia benar-benar tidak tahu. "Setiap Negara menganggap Penyihir sangat berharga."

"Yah … kau benar," Leo mengangkat bahu acuh tak acuh. Saat mereka keluar dari lift, suasana Hall sudah agak ramai. Beberapa orang terlihat duduk di kursi tunggu, beberapa Penyihir berjubah juga turut terlihat.

"Kita ke Kafetaria Umum," Leo memutuskan saat mereka keluar dari Gedung. "Ngomong-ngomong, di sini menerima pembayaran tunai kan?"

"Ada pembayaran tunai dan non-tunai," jeda beberapa detik, Merci mendadak menyadari sesuatu. "Apakah kau hanya punya tunai? Tidak ada uang Perak dan Perunggu?"

Leo mendengus. "Tentu saja ada, tetapi aku sedang ingin menggunakan tunai."

Merci tidak mengatakan apa pun kembali begitu mendengarnya. Keduanya berjalan menuju Kafetaria Umum dan menemukan bahwa tempat ini jauh lebih menarik. Gedung satu lantai itu tidak memiliki dinding. Hanya pilar besar yang beratap, meneduhi kursi dan juga meja-meja di bawahnya. Di sekitar bangunan, terdapat banyak pohon tua yang rimbun.

Namun yang menarik adalah banyaknya stand yang berjajar. Stand-stand kecil didirikan di bawah naungan pohon rimbun, mengelilingi Bangunan yang menjadi ruang makan. Setiap Stand menjual berbagai macam hal. Bukan hanya makanan dan minuman. Namun, ketika sepasang Guardian dan Penyihir datang, tidak semua stand buka.

Menatap sekeliling, sepasang netra emas memandang beberapa stand yang menjual Bar Nutrisi dan Cairan Nutrisi racikan mereka sendiri. Beberapa menjual minuman hangat. Beberapa menjual makanan padat dengan harga selangit …

"Aku belum pernah ke Kafetaria Academy Ruby," Leo menatap beberapa stand seraya berjalan perlahan melewatinya. "Bagaimana bentuknya? Apakah sama dengan yang di sini?"

"Berbeda," Merci terdiam selama beberapa detik, mencoba menggambarkan. "Kafetaria tidak menjual Cairan dan Bar Nutrisi, itu diberikan secara gratis. Semua orang bisa memilih rasa yang mereka suka."

Leo berkedip. Menatap stand yang menjual … telur rebus. Memalingkan wajah, ia kembali berjalan. "Tidak ada makanan padat?"

"Tidak ada," Merci menjawab dengan jujur. "Bila mau makan makanan padat, mereka bisa membelinya di area terluar, atau meminta dari para Guardian Elit milik Penyihir lain. Tetapi … rasa Bar dan Cairan Nutrisi di Academy Ruby berbeda."

"Apa bedanya?"

"Menurutku, rasanya jauh lebih enak. Karena lebih banyak keberadaan Penyihir level 0, rasa dan kadar di dalam Nutrisi disesuaikan, jadi lebih tidak padat energi dan cukup untuk membuat tidak lapar."

Tap.

Leo berhenti. Sepasang netra emas menatap sekeliling dan tidak menemukan makanan yang sesuai dengan seleranya. Bahkan makanan padat yang lumayan dikerumuni banyak orang, tidak membuat remaja ini tertarik untuk mencicipi.

"Istirahat," tahu pasti bahwa si perak akan menyeretnya ke tempat lain, Merci buru-buru menyela. "Aku membawa beberapa cemilan, kau bisa memakannya."

Remaja An tidak keberatan. Tempat ini cukup nyaman, dengan suasana terbuka dan hembusan angin yang menyegarkan. Meski aroma beberapa makanan cukup mengganggu, tetapi tidak masalah sama sekali.

Berjalan ke bagian makan, keduanya duduk di salah satu meja kosong.

Merci langsung mengeluarkan sebotol air untuk Penyihirnya, bersamaan dengan dua bungkus Bar Nutrisi. "Ini dari Academy Ruby, rasanya berbeda. Kau bisa memakannya sebagai cemilan."

Leo mengambil salah satunya, membolak-balik dan memperhatikan pelastik yang mengompres keberadaan Bar Nutrisi. Terdapat keterangan rasa, daftar berat nilai nutrisi dan gizi, juga gambar chibi pohon kecil yang imut.

"Ini dibeli?" Leo menebak seraya membuka bungkus yang berada di tangannya.

Aroma cokelat tercium. Cukup enak.

"Ya," Merci mengangguk. Mengeluarkan Bar Nutrisi yang berbeda lalu membukanya. "Harganya cukup mahal. 5 Koin Perak untuk sebungkus, tetapi ini sesuai dengan rasa yang diberikan."

Untuk Cairan dan Bar Nutrisi yang biasa diberikan secara geratis, 5 Perak memang sangat mahal untuk sebungkus Bar Nutrisi. Namun saat Leo memakannya, si perak merasa seperti memakan brownies bakar. Cukup renyah, rasa cokelat lebih condong ke pahit. Dengan porsi yang kecil, Leo menghabiskannya hanya dengan 3 gigitan.

"Bagaimana?"

Leo mengangguk. "Ini enak."

Merci tersenyum kecil. "Bastian membawa banyak, dia mau menjualnya di sini."

Si perak kehilangan kata-kata mendengarnya .

Oh, Sungguh.

Apakah anak itu ke sini hanya untuk berjualan?!

Leo benar-benar ingat perihal banyak pil dan alat sihir yang dititipkan kepadanya. Nah, sekarang, Pangeran Negeri Yuron bahkan memiliki Bar Energi yang juga akan dijualnya di sini?! Astaga … pemilik nama pena Nirwana ini, apakah … benar-benar miskin atau memiliki hobi mengumpulkan uang?!

"Bastian itu … ," Leo tidak tahu bagaimana menggambarkan sosok raven yang terlampau ceria. "Benar-benar suka berdagang."

Tepat ketika kata itu jatuh, sebuah pesan masuk. Dari Bastian. Oh, benar-benar kebetulan yang aneh.

Bastian: Mungil, kau sudah bangun?

Leo tanpa ragu langsung membalasnya.

Leo: Sudah

Bastian: Oke, tunggu sebentar!

Bastian: Aku akan siap-siap dan membuatkanmu sarapan.

Bastian: ingin sarapan apa?

Tiga pesan masuk begitu saja. Dijawab dalam hitungan detik. Leo menghela napas, melirik dan mendapati bahwa hari masih terlalu pagi untuk sosok itu terbangun. Oh, dedikasi Penyihir aneh ini cukup tinggi untuk membuatkannya sarapan.

Leo: Tidak perlu, aku sudah sarapan

Leo: Sekarang aku sedang di luar bersama Merci.

Sedetik pesan dikirim, panggilan video mendadak muncul. Bingung, remaja perak menjawab panggilan dari Pangeran ke-12 Yuron itu.

"Mungil! Kenapa kau tidak membangunkanku!"

Suara membahana mendadak memekakkan telinga. Hal ini sukses membuat alis si perak terpaut. Sepasang iris emas menatap lawan bicara yang masih berada di atas kasurnya. Berantakan, dengan kaos oblong berwarna hijau.

"Aku juga ingin pergi ke luar dan berjalan-jalan! Oh, kau bersenang-senang sendiri!" Bastian melotot kesal. "Sekarang, katakan! Sarapan apa di luar sana? Makanan di luar tidak higenis sama sekali! Kenapa tidak membangunkanku saja? Aku bisa membuatkanmu sarapan dan kita bisa pergi bersama!"

Sebenarnya, kata terakhir adalah tujuan utamanya.

Leo dengan mudah menebak.

"Yah … kau bisa mandi dan mulai berkeliling," Leo menanggapi acuh tak acuh. "Ngomong-ngomong, apakah kau menjual ini?" si perak memamerkan bungkus Bar Nutrisi yang baru saja dimakan.

"Ah?" menatap bungkus itu, Bastian langsung mengenalinya. "Itu yang kujual--oh! Apakah Mungil menyukainya?"

"Rasanya enak."

"Oke!" Seolah mencapai kesepakatan bersama, dengan seenaknya remaja Arya memutuskan. "Kalau begitu, aku akan menyisihkan satu kotak untukmu! Pembayaran bisa melalui transfer dan karena kita adalah keluarga, aku tidak akan mengambil keuntungan apa pun darimu."

Melihat antusiasmenya untuk pelanggan, Leo semakin yakin bahwa banyak sekali baran jualan yang dibawa Penyihir pedagang ini. "Sebenarnya, berapa Kantung Ruang yang kau bawa?"

"Oh, apakah kau penasaran?" Bastian tertawa. "Coba tebak dan aku akan memberikanmu diskon!"

"Tidak terima kasih, cepat katakan harganya," si perak tidak mau berbasa-basi. Beberapa orang sudah mulai berkumpul di sekitar mereka. Matahari juga sudah mulai terlihat lebih jelas. Ia, tidak mau berdiam diri di sini saja.

"Oh, harganya 45 koin perak sekotak, satu kotak berisi selusin."

Leo tidak keberatan dengan harganya. Bagaimanapun, ia tahu bocah ini tidak akan menipu harga. Walaupun tertipu, selama itu tidak mencapai 1 koin emas, Leo tidak keberatan sama sekali.

Setelah memesan dua kotak dengan dua rasa yang berbeda, tanpa ragu remaja perak langsung mentransfer ke rekening remaja Arya. Transaksi hanya perlu dilakukan dalam hitungan detik.

"Senang bertransaksi dengan anda," ras campuran itu menyeringai, senang melihat notifikasi uang masuk. "Ngomong-ngomong, kalian di mana?"

"Di Kafeteria," Leo menjawab. "Okay, kami mau pergi dulu, sampai jumpa."

"Eeeh?! Tungg--"

Pip.

Panggilan terputus. Tanpa mau mendengar celoteh panjang Bastian dan tertahan lama di Kafeteria, Leo memutuskan panggilan. Bila tidak diperlakukan secara kasar seperti ini, mulut itu sudah pasti tidak akan pernah diam.

"Yah … ," memandang sosok biru yang sejak tadi diam, Leo mengangkat alisnya. "Pergi ke tempat selanjutnya?"

Kata-kata itu sukses membuat Naga Biru tertegun, sebelum akhirnya menghela napas. Oh, Penyihirnya tidak memiliki rasa lelah sama sekali. Begitu antusias untuk menjelajahi tempat baru.

Bab berikutnya