webnovel

Pagi

Pada sisa malam hari itu, akhirnya aku dapat memejamkan mata tiada kejadian-kejadian menyeramkan tersiar di mimpiku. Tanpa merasakan lagi perihnya perut yang tertusuk - tusuk benda tajam, akhirnya aku bisa terbangun di atas kasur dalam kamarku sendiri.

Kulihat jam dinding, kedua jarumnya menunjuk ke celah diantara angka empat dan lima. Ditengah suasana pagi yang sangat sepi nan menenangkan hati, mataku berjalan-jalan menyusuri setiap sudut yang bisa terlihat.

Setelah beberapa menit berdiam diri duduk di kasur tanpa melakukan apapun yang berarti, tenaga seketika terisi kembali saat ada aroma sedap terhirup oleh hidungku. Disaat bersamaan aku baru tersadar kalau Ibu yang semalam tertidur di atas sofa kini sudah tidak ada lagi disana. Aku langsung berpikir bahwa aroma lezat nan tercium itu berasal dari Ibu yang tengah memasak di dapur.

Pelan-pelan aku turun dari kasur lalu perlahan berjalan keluar. Begitu melewati pintu kamar, samar-samar muncul suara gesekan benda metal yang tidak asing lagi di telingaku. Makin dekat aku berjalan mendekati dapur semakin kencang pula suara itu terdengar.

Saat sampai di ruang tamu, dari situ aku dapat melihat Ibu sedang mengaduk isi wajan dengan spatula metal yang dia genggam. Ketika kedua mataku melirik kesana kemari entah mencari apa, perhatianku teralih oleh sebatang remote dan handphone yang tergeletak di atas meja TV.

Tanpa alasan yang jelas, aku mendekat mengambil keduanya bersamaan, lalu perlahan duduk menyandar pada sofa. Ketika TV sudah kuhidupkan, mata serta tangan masih sibuk dengan handphone yang layarnya tetap hitam walau sudah kutekan tombol powernya berulang-ulang kali.

Ckkk ahhhh

Begitulah gerutuan penuh kejengkelan yang sontak keluar dari mulutku, dengan rasa dongkol di hati, aku bangun dan kembali ke kamar untuk mengisi daya handphone. Kuambil charger lalu menghubungkan handphoneku dengan stopkontak. Begitu layarnya menampilkan indikator baterai berwarna merah, aku tinggalkan handphone kemudian kembali duduk di sofa ruang tamu.

Dengan punggung menyandar, kepala mendongak, serta kaki lurus ke bawah, kutonton acara berita pagi yang membosankan di TV. Sayang sekali tidak ada lagi acara kartun pagi yang sering kutonton sewaktu kecil nang tentu saja lebih menghibur dari berita membosankan itu.

Ditengah kebosanan itu ibu tiba-tiba memanggilku.

"Hardi!" panggil Ibu

"Ya Mak?" jawabku sembari menoleh ke arahnya.

"Kamu mau masuk sekolah gak hari ini?"

"Enggak ah Mak, masih rada pusing ini."

"Kalo mau masuk, nanti kamu berangkatnya jangan bawa motor sendiri, nanti biar Mak telpon Anto buat nganterin kamu!"

"Tapi Mak...."

"Itu nasi goreng udah mateng, kalo kamu sarapan atau bawa bekel, Mak mau mandi dulu!"

"Iya Mak!"

Setelah selesai bicara, Ibu langsung masuk ke kamar mandi.

"Yah, nice try nice try!" pujiku sambil kembali memperhatikan jam yang ada di acara berita.

Terus kuperhatikan jam itu sembari mendengar para presenter menyampaikan beberapa berita. Acara ini sangat membosankan, berita yang disampaikan sudah diulang entah berapa ratus kali minggu ini. Saking gusarnya, aku sampai meracau sendiri.

"Ayolah, itu cuma penyakit karena virus kecil! gak mungkinlah bisa bikin orang meninggal!"

Begitu jam di acara itu menunjukkan sekitar pukul setengah enam, aku langsung beranjak dari sofa lalu mengecek handphone yang sedang diisi baterainya. Kulihat indikator dayanya sudah berwarna hijau dengan angka sembilan puluh dua persen di atasnya. Kucabut stekernya dari stop kontak, lalu membawa handphonenya di saku celana.

Dengan dituntun aroma bawang serta cabai yang lumayan kuar, aku berjalan santai ke dapur ingin melihat nasi goreng yang baru saja dibuat Ibu. Kulihat meja makan masih bersih, hanya ada toples kosong dan kotak alat makan di atasnya. Langsung saja kuhampiri kompor gas dengan wajan diatasnya yang masih mengepulkan asap-asap beraroma dari dalamnya.

Ketika tepat di depan wajan, terlihatlah gundukan nasi yang telah digoreng sempurna bertabur pecahan telur dimana-mana. Setelah satu tarikan napas, kuambil sebuah piring lebar dari rak, lalu menyendok nasi goreng di wajan ke atasnya dan kemudian menaruhnya di atas meja makan.

Sehabis itu aku langsung mengambil handuk di teras rumah dan segera ke kamar mandi. Ketika seluruh badan sudah terasa bersih dan segar, kusudahi mandi lalu keluar masih mengenakan pakaian yang sama ketika aku masuk tadi serta memanggul handuk.

Aku kembali ke kamar untuk berganti pakaianku dengan seragam pramuka. Sembari mengenakan seragam, kubuka grup WhatsApp kelas memeriksa bila ada pengumuman penting yang kulewatkan selama di rumah sakit. Namun setelah kuscroll sampai pesan minggu lalu tidak ada pengumuman ataupun pembicaraan penting, semuanya hanya mengobrol tentang topik-topik absurd yang aama sekali tak kumengerti.

Setelah seragam kurasa sudah rapih, kulihat jam dinding ternyata sudah hampir menunjuk pukul enam. Tak lama kemudian terdengar suara mesin sepeda motor yang tak asing , makin lama suaranya semakin kencang lalu tiba-tiba bunyinya mengecil dan berhenti, sepertinya itu Anto, akupun bergegas keluar kamar sambil menenteng tas serta handphone.

Dugaanku ternyata benar, kulihat dari jendela ada Anto yang sedang berkaca pada spion motornya di teras rumah. Kubukakan pintu dan menyapanya.

"Hei To!" sapaku.

"He.... hei Di!" jawab Anto.

"Masuk dulu To, sarapan dulu!" Ajakku

"Ha?.. oh iya iya!" jawab Anto sembari mengusap jidatnya yang terlihat basah.

Kami berdua lalu masuk ke dalam rumah dan menuju meja makan untuk sarapan. Sesampainya disana, kami sudah disambut oleh Ibu yang sudah berpakaian rapih serta dua buah piring berisi nasi goreng di meja makan.

"Pagi tante !" sapa Anto.

"Pagi Anto! ayo sarapan dulu, itu udah tante siapin!"

"Iya, makasih tante!"

Aku dan Anto pun menempati kursi yang tersedia, mengambil piring serta sendok kami masing-masing. Ditengah-tengah bersantap, aku memperhatikan Ibu yang sedari tadi memperhatikan handphonenya, kupikir dia sedang memanggil ojeg online. Baru saja hendak bertanya padanya, tiba-tiba terdengar lagi suara sepeda motor mendekat.

"Di, Mak berangkat ya!" ucap Ibu sambil berjalan perlahan ke pintu keluar.

"Iya Mak!"

"Maaf ya Anto, jadi ngerepotin kamu!" ungkap Ibu

"Ah gak apa-apa Tante, udah biasa saya dibikin susah sama ni mahluk!" balas Anto sembari menoleh ke Ibu namun jarinya menunjuk-nunjuk aku.

"Woy!" protesku

"Yaudah kalian hati hati ya! dah! " pamit Ibu setengah teriak sembari tangannya memegang gagang pintu.

"Dah Tante!" balas Anto.

Kemudain bersamaan dengan ditutupnya pintu kayu itu, sosok Ibu menghilang dari pandangan kami berdua. Walau samar-samar, dari jendela, aku dapat melihat Ibu yang perlahan berjalan mendekati seseorang yang sudah bersiap di atas sebuah motor. Dari pakaiannya sepertinya dia bukanlah ojeg online.

'Siapa dia?'

Untuk sesaat aku terpaku merenung memikirkan siapa sebenarnya orang itu, dan apa hubungannya dengan Ibu. lalu aku berpikir, mungkin saja itu hanya tukang ojeg online tidak berseragam atau hanya teman Ibu, yah tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan kalaupun ternyata orang itu punya hubungan khusus dengan Ibu, aku sama sekali tak mempermasalahkannya.

Tapi tetap saja itu membuatku sangat penasaran. Seusai renungan sesaat itu, aku kembali fokus menghabiskan sarapanku. Setelah merasa cukup dan membereskan meja makan, kamipun bersiap berangkat ke sekolah.

Sebenarnya aku masih ingin bermalas-malasan di rumah memanfaatkan statusku sebagai orang sakit. Tapi seperti biasa Ibu tidak bisa diajak negosiasi kalau perihal sekolah. Yah, kalau dipikir-pikir, sebenarnya sekolah tidak terlalu buruk, suasana kelas disana cukup tenang dan nyaman. Ditambah sekarang aku punya tiga teman baru, aku tidak sabar ingin mengobrol serta bercanda berlima dengan mereka.

Thanks karena sudah mau mampir di mari!

Berikan saya kritik!

Berikan saya saran!

Berikan saya vote!

Add novel ini ke library anda!

CTRIPcreators' thoughts
Bab berikutnya