webnovel

Perjalanan Berbahaya

DaHuang yang sudah berlatih sedikit mantra dari AhLei bisa mengusir beberapa monyet terbang yang hendak hinggap di kereta dan menyerang anak buah mereka.

"Akkh"

Walau sempat kewalahan tapi trik yang diberikan AhLei memang sangat berguna.

DaHuang membuka telapak tangannya lebar dan mengalirkan tenaga dalamnya, memusatkan pikiran dengan membelokkan energi panas yang di keluarkan dan merubahnya menjadi angin yang menghempas beberapa tanaman dan hewan kecil yang nakal.

"Whoosssh!" Ilmu mistis yang diajarkan AhLei sederhana, hanya memusatkan pikiran pada satu benda dan karena mereka tidak memiliki bakat alami seperti suku mistis yang belajar dari kecil DaHuang bisa menggunakan tenaga dalam Yin nya, harus hati-hati karena sejak di dalam tubuh setiap petarung memiliki dua energi, yin dan Yang, DaHuang harus bisa mengendalikan energi dan memastikan kalau yang keluar adalah Yin dan bukannya Yang yang memiliki tenaga fisik lebih besar, dan tenyata tenaganya lebih cepat terkuras, DaHuang hampir lengah saat tenaganya berkurang dan tanaman menjalar ke arahnya cepat, untung saja Fei datang dan menghempasnya dengan tenaganya.

"Whoosh!"

"Terima kasih Tuan muda"

"Hati-hati, jangan menggunakan energimu berlebihan, perjalanan kita masih panjang" ujar Fei.

DaHuang mengangguk.

"Siap tuan muda"

Sementara di kereta yang membawa HongEr.

Pemuda itu begitu penasaran dengan keributan yang terjadi di luar hingga menyibak penutup jendela dan melihat keluar, tampak beberapa pengawal yang menjaga keretanya termasuk AhLei sibuk mengibas pergi tanaman yang seakan hidup dan menjalar turun ke jalan ke arah mereka.

Kretek kretek.

Suara retakan kereta terdengar semakin jelas saat muncul ranting yang begitu cepat sudah melilit kereta, Sun melihat dengan mata besar dan siap menarik tangan pangerannya.

"Kak Sun, itu apa? Tanamannya bisa jalan sendiri" seru Hong, Sun yang ketakutan segera menarik pangerannya menjauh dari jendela dan dinding.

"Yang Mulia jangan bergerak terus, ayo berlindung di belakang Sun yah" Pelayan muda itu mengeluarkan belati yang dipinjamkan pengawal Yu untuk bela diri, gadis itu bertekad harus melindungi pangerannya dengan segala cara.

Hong merasakan sesuatu bergerak di belakangnya, sejenak membuat ia geli tapi saat tahu apa benda itu Hong menyingkir cepat, ranting yang masih lengkap dengan daun kecil itu menjalar mengejarnya.

"Kak"

Sun yang walau gemetar ketakutan berusaha melindungi pangerannya dengan mengibas-ngibaskan belatinya ke udara, sekenanya.

"Awas Yang Mulia! Pergi! Jangan ganggu kami!"

Tapi Sun bukan lawan ranting kecil itu, tanaman itu menjalar begitu mudah ke tangah Sun yang terulur memegang belatinya dengan dua tangan di depan dan menuju ke tubuhnya.

Fei dan DaHuang masih berusaha mengusir tanaman hidup yang menyerang tanpa henti dan semakin banyak, ia tersadar sesuatu, HongEr.

Fei yang sadar ranting pohon mendekati kereta Hong berteriak pada AhLei yang paling dekat.

"AhLei! HongEr!"

YuTang yang juga berjarak dekat dengan kereta segera mendekat,

"Yang mulia!"

YuTang menghentikan kudanya cepat dan menyibak penutup kereta, ia terdiam melihat apa yang terjadi.

"Yang Mulia, anda tidak apa-apa?"

YuTang mendekat dan masih bisa melihat ujung ranting jalar yang masuk tadi menghilang dari pinggir jendela, terlihat Pelayan Sun yang terduduk di bawah kepayahan dan Hong yang memegangnya.

"Pengawal Yu, eh, tidak, kami tidak apa-apa" Hong juga bingung dengan apa yang terjadi, belum selesai ia mencerna muncul FeiEr yang mendekat cemas, ia menggeser YuTang dan masuk memeriksa HongEr.

"Hong kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?"

Hong menggelengkan kepalanya, padahal ia dan Sun masih ketakutan tadi, tubuhnya masih gemetar.

"Tidak apa-apa kak"

Fei menurunkan dadanya, ia bodoh melawan makhluk mistis dan sejenak meremehkan mereka, tidak berpikir kalau Hong bisa saja dalam bahaya, ia sungguh bodoh, didekap kepala Hong.

"Heh maafkan kakak lupa padamu, maafkan kakak yah"

BuAn menoleh dari luar, napasnya masih terengah-engah setelah menghadapi serangan tadi.

"Tuan muda, semua serangan tiba-tiba berhenti, tumbuhan jalar dan hewan aneh itu pergi entah kemana"

AhLei melirik sekitarnya, ini aneh sekali, sejenak tadi serangan begitu bertubi-tubi, kenapa tiba-tiba berhenti? Kalau ia tidak salah berhentinya tepat saat tumbuhan itu berhasil masuk ke dalam kereta.

Hong dan Sun saling berpandangan, pelayan muda itu ingin mengatakan sesuatu tapi Hong menggeleng dengan sangat pelan.

"Y Yang Mulia"

Mata Fei membelalak lebar melihat telapak tangan Hong yang mengeluarkan darah lagi,

"Adik ini lukamu terbuka lagi? Kenapa tidak sembuh-sembuh? Sun tolong obatnya biar aku yang obati"

Fei duduk di depan Hong memegang telapak tangannya, Sun segera merogoh tasnya.

"Baik tuan Muda"

BuAn memimpin rombongan yang sempat berhenti untuk melanjutkan jalan mereka kembali, langit mulai gelap, harus mencari tempat aman untuk menginap, walau kota ErShan sudah tak jauh di depan tapi sepertinya mereka tidak akan sempat tiba di sana sebelum gelap, mereka harus berhenti dan AhLei akan memasang mantra untuk melindungi tempat istirahat mereka.

Sun masih melihat pangerannya, ia menundukkan kepala hampir menangis tapi menahan diri, setelah apa yang dilakukan pangerannya tadi.

"Kak Sun!" Hong berusaha menarik ranting yang melilit leher Sun semakin erat, ia mengerahkan semua tenaga yang ia miliki tapi ranting itu justru semakin erat mencekik leher pelayannya.

"Ekh Y Yang Mulia, cepat pergi, per gi" suara Sun hampir hilang, tapi Hong tidak bisa pergi, ia terus berusaha menarik ranting itu dengan berbagai cara walau ia tahu tenaganya tidak akan berguna, ia berusaha menarik ranting itu dengan sangat kuat hingga telapak tangannya yang masih dibalut perban mengeluarkan darah, Sun melihat darah itu menetes, ia hampir kehilangan kesadarannya saat tiba-tiba ranting itu melonggarkan lilitannya, bahkan melepaskannya.

"Uhuk uhuk! Uhuk uhuk"

Hong memegang ranting yang berhasil dipatahkan yang melilit leher pelayannya tadi seolah itu hanya tanaman biasa tanpa nyawa, tiba-tiba tanaman yang liar itu menjadi lemas dan tertarik mundur dengan sendirinya, bahkan Hong masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Tapi saat melihat telapak tangannya yang dibalut Fei kini, Hong berpikir, kalau darahnya membuat ranting itu mundur, sebelum tangannya mengeluarkan darah walau sekuat apapun ia berusaha tetap tak bisa membuat ranting itu bergerak, tapi, setetes darahnya bisa, apa, yang terjadi padanya? Pikir Hong melirik Sun yang juga melihatnya cemas.

"Yang Mulia" Sun akhirnya tak bisa menahan diri dan menundukkan kepalanya menangis terisak.

"Hiks hu, Yang mulia syukurlah" ia hampir kehilangan nyawanya, tentu saja pelayan itu shock, pikir Fei yang tidak aneh.

######

Bab berikutnya