webnovel

Mandi Sore dan Makan Malam di Padang Harta 

Setelah hampir tiga puluh menit berlalu, Saladhina Olivia yang masih dimabuk asmara pun akhirnya keluar dari pemandian tersebut dengan tubuh indahnya yang telah bersih bening - bening glowing seolah bagaikan sepotong batu permata mutu manikam yang baru saja selesai dipoles oleh seorang jauhari profesional.

Namun penampilan cantik jelita penuh pesona yang dimiliki oleh Saladhina Olivia nampak terlihat sedikit aneh dengan langkah kaki sang gadis yang masih agak tertatih - tatih setelah dengan liarnya Saladhina Olivia menunggangi sang lelaki di dalam pemandian tersebut.

Namun hal tersebut malah membuat sang gadis cantik jelita menjadi terlihat seperti seekor rusa malang yang sedang pincang, langkahnya yang masih tertatih - tatih dengan kakinya yang masih gemetaran membuat siapa pun yang memandangnya akan merasa kasihan.

Kalau perlu, dengan senang hati para lelaki yang melihat Saladhina Olivia dalam keadaan naas seperti itu pasti lah akan berbaris..., tidak, lebih tepatnya pasti lah akan saling berebut untuk bisa menggendong atau pun membawa sang gadis dalam rangkulan mereka.

Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku bagi para wanita kekasih hati Vivadhi Ranata yang semuanya pasti sudah tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Malahan saat Saladhina Olivia berpapasan dengan si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya, mereka berdua menyapa sang gadis dengan senyuman penuh menggoda tanpa kata - kata.

Yang dibalas oleh sang gadis dengan ekspresi wajahnya yang merah merona tersipu malu.

Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya tertawa kecil sambil membuka pakaian mereka di tepi sungai sebelum masuk ke pemandian yang mesih penuh ditutupi oleh uap air hangat tersebut.

Akhirnya kini tiba lah giliran mereka berdua untuk digilir, dicumbu, dan dimanjakan oleh teknik seksual nan hebat dari Vivadhi Ranata.

Dengan kompak, pasangan gadis kembar tersebut pun melakukan threesome dengan berbagai posisi di tengah pemandian tersebut.

Tubuh indah nan muda belia Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya saling berpelukan dan saling mendukung satu sama lain tatkala mereka berdua digilir oleh Vivadhi Ranata dengan seadil - adilnya.

Erangan penuh nikmat dan raungan penuh asmara dengan silih berganti tak henti - hentinya keluar dari bibir manis kedua gadis kembar tersebut, yang dengan penuh nafsu direguk dan dicumbu dalam ciuman mesra sang lelaki secara bergantian.

Tatkala Vivadhi Ranata menusukkan misil iskandarnya ke dalam lubang cinta Nadhine Aisyah, maka tangan dan mulutnya sibuk dengan nakal menggauli segenap tubuh Nadhine Alisya yang berada di dalam pelukan sang lelaki.

Dan ketika tiba giliran Nadhine Alisya untuk menerima benih - benih cinta dari sang lelaki, maka saat itu juga giliran Nadhine Aisyah lah yang menerima jamahan - jamahan nakal dari tangan - tangan dan lidah serta bibir sang lelaki di sekujur tubuhnya.

Kedua gadis kembar tersebut pun meraung - raung sejadi - jadinya, tenggelam dalam irama simfoni penuh kenikmatan yang dimainkan silih berganti dengan penuh keharmonisan di tubuh mereka.

Sang lelaki telah menjadi begitu terlatih dan profesional dalam menangani dan memuaskan dua orang gadis sekaligus.

Hal ini telah dipelajarinya dengan giat dari sejak saat Vivadhi Ranata menggauli Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane sekaligus di malam yang sama.

Dengan tekad membara dan semangat enam sembilan di dalam hatinya, Vivadhi Ranata dengan penuh hasrat memuaskan setiap wanita yang dicintainya dengan caranya masing - masing.

Karena cinta itu adalah hubungan dua arah.

Bukan hanya sang lelaki saja lah yang memiliki para gadis cantik menawan penuh pesona tersebut.

Namun masing - masing dari mereka juga memiliki hak untuk menikmati diri sang lelaki seutuhnya.

Hampir satu jam pun berlalu, Vivadhi Ranata memandikan sambil mencumbui sepasang gadis kembar yang umurnya lebih muda dari anaknya tersebut dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya merasa begitu bahagia dengan curahan cinta dari sang lelaki yang telah mereka dapatkan di giliran terakhir.

Lenyap sudah segala rasa penat dan penuh penantian yang mereka rasakan sembari menunggu giliran mereka untuk merasakan nikmatnya cinta dari sang lelaki.

Dan setelah mereka bertiga selesai mandi, Vivadhi Ranata yang sudah menghabiskan hampir tiga jam berendam air hangat di sungai sambil menggilir para wanita kekasih hatinya tersebut pun keluar bersama - sama dengan Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya.

Akhirnya malam pun telah menjelang, tenda besar yang dibuat dari tenda - tenda dan terpal yang telah mereka kumpulkan sebelumnya yang digabungkan menjadi satu dengan mantra [Transmutation] sudah selesai didirikan oleh si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya.

Sementara itu, api unggun telah dinyalakan oleh Faladhina Kiseki dan santapan lezat berupa hewan purba panggang telah dimasak oleh Myradhia Chikane dan dibumbui dengan bumbu kecap tebal seperti saus Braised Pork yang telah mereka persiapkan dan dibawa dari rumah.

Dan tak lupa, tentu saja ada nasi hangat yang dimasak oleh Saladhina Olivia dengan menggunakan batang bambu besar yang banyak tumbuh di sekitar tempat mereka berkemah yang memiliki bentuk seperti tabung sebagai wadah menanaknya.

Sungguh harum dan nikmat sekali nasi bambu hangat hasil masakan sang istri baru, para istri - istri senior semuanya mengacungi saudari baru mereka tersebut dengan acungan jempol setelah menikmati hasil masakan Saladhina Olivia.

Dan setelah menikmati hidangan kemah malam mereka yang kelezatannya mampu mengalahkan menu - menu masakan koki Michellin, Vivadhi Ranata bersama dengan kelima orang kekasihnya yang telah selesai mandi di sungai kecil di sore hari tersebut pun mulai beranjak masuk ke dalam tenda mereka yang sangat besar dan luas tersebut.

Di dalam tenda yang luasnya cukup untuk menampung sepuluh orang dengan nyaman tersebut, Vivadhi Ranata bersama dengan para kekasihnya pun bersama - sama mulai melucuti pakaian mereka masing - masing.

Faladhina Kiseki, Myradhia Chikane, Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya serta Saladhina Olivia melepaskan baju yang menempel di tubuh mereka dan memamerkan keindahan tubuh mereka masing - masing dengan penuh kemegahan kepada Vivadhi Ranata yang juga telah telanjang bulat dengan Misil Iskandarnya yang sudah tegak berdiri menunjuk - nunjuk ke arah para gadis cantik jelita yang berdiri di hadapan sang lelaki dengan begitu polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuh gemulai mereka.

Bab berikutnya