webnovel

Sifat Aneh Rean

Jam berputar dengan cepat, tanpa dirasa jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Yunbi sudah menyelesaikan catatan dan tugas yang untuk esok hari. Rena menutup buku tugasnya, begitupun dengan Yunbi yang juga memasukkan buku ke dalam tas.

"Lo balik bareng siapa?" tanya Rena yang melihat Yunbi sedang memasukan buku ke dalam tas.

"Sendiri, ada bus terakhir kan?"

Rena menggeleng cepat. "Nggak baik cewek pulang malem sendirian, gue anter deh yuk, gue juga belum pernah kan ke rumah lo. Seenggaknya gue tau jalan ke rumah lo."

Yunbi langsung menggeleng. "Nggak, lo juga cewek. Nggak baik kalo nyetir sendiri pas balik. Udah lo tenang aja, gue bisa kok pulang sendirian, udah biasa juga gue."

Rena menghela napas, seketika nama Rean langsung terlintas dalam pikiran cewek itu. "Oke, bentar," ucap Rena yang beranjak berdiri, dan berjalan ke arah jendelanya. Dia membuka tirainya, juga jendela.

Tangannya mengambil batu kecil, cewek itu langsung melempar batu ke jendela Rean. Yunbi yang melihat itu tampak sedikit terkejut setelah melihat Rena melempar batu di jendela orang lain.

"Ren, lo ngapain lempar batu ke jendela orang sih? Kalau pemilik kamar itu marah, kita celaka , Ren," jawab Yunbi dengan nada ketakutan. Rena hanya tertawa kecil, dan melempar batu itu lagi.

"Ren, udah, Ren. Gue balik sendiri aja, enggak apa. Dari pada lo kena omel sama dia," ucap Yunbi.

Belum Rena jawab, pemilik kamar itu membuka tirai, dan jendelanya. Hal itu langsung membuat Yunbi memejamkan matanya dan bersembunyi di balik punggung Rena karena takut kalau pemilik kamar itu marah-marah kepadanya, Rena hanya tertawa kecil saat melihat Yunbi yang terlihat ketakutan.

"Apaan sih? Ganggu lo, kemarin gue panggil nggak nyaut, sekarang aje, manggil-manggil!" protes cowok itu.

Yunbi yang mendengar suara cowok itu merasa tak asing, dan langsung kembali berdiri di samping Rena dengan membuka matanya perlahan. Dia sangat terkejut melihat Rean yang membawa buku komiknya, dengan berdiri di balkon kamarnya.

"Loh, Rean? Lo … Rean, kan? Gue nggak salah liat, kan?" tanya Yunbi yang masih tak percaya. Rena semakin tertawa saat melihat wajah Yunbi yang kebingungan.

Yunbi memang tak tau kalau Rena dan Rean itu tetanggaan, bahkan bisa mengobrol lewat balkon masing-masing. Yang tau saat ini hanyalah Josen.

"Iya, lah gue. Emang gue punya kembaran?" sewot Rean sambil menghabiskan minumannya yang ada di kaleng itu.

"Jadi lo selama ini sama Rean tetanggan?" tanya Yunbi.

"Iya, kan udah pernah cerita."

"Hm? Iya kah?"

Rena hanya tertawa kecil dengan menggelengkan kepalanya. Cewek itu memang pernah cerita kalau Rean adalah tetangganya, tapi ia tak pernah cerita kalau mereka bisa mengobrol lewat jendela. Hanya saja mereka tak bisa masuk lewat jendela, kecuali lompat.

"Rean, sibuk?" tanya Rena.

"Kenapa?"

"Jawab dulu, sibuk atau enggak."

"Enggak."

"Oke, ikut gue."

"Ke mana?"

"Maling ke bank! Anter Yunbi lah. Gitu aja nggak peka sih!" sewot Rena yang gemas dengan cowok di sebrang itu, kalau saja mereka dekat, Rena sudah mendorong cowok itu.

Rean menghela napasnya dan menganggukkan kepalanya. Sebenarnya Rean tampak malas, tapi dia paling tak bisa kalau menolak ucapan Rena, kecuali kalau cewek itu minta yang aneh-aneh.

"Pake mobil siapa?" tanya Rean yang hendak menutup jendelanya.

"Bunda."

"Oh." Rean langsung menutup jendela dan tirainya. Rena tersenyum senang, jarang-jarang Rean langsung mau tanpa dia berikan apapun.

Kalau di pikir-pikir, Rean selalu mau, tapi harus di beri sesuatu terlebih dahulu, tapi ini dia tak menolak. Rena merasa aneh, tapi dia langgung menggeleng pelan. Mungkin aja dia abis dapet duit dari papanya. Pikir Rena.

"Yuk, Bi." Rena langsung berjalan lebih dulu keluar kamar, dan di ikuti Yunbi di belakang tubuh Rena dengan menenteng tas miliknya.

Rena menuruni anak tangga dengan cepat, dan menghampiri bundanya yang tampak sibuk dengan dokumen-dokumennya. Rena tersenyum dengan memeluk lengan bundanya.

"Ada apa? Bunda tau, kalau kamu seperti ini pasti ada maunya. Iya kan?" ucap Marlyn yang menoleh dengan tersenyum pada Rena.

Rena hanya menyengir. "Pinjem kunci mobil dong bund, mau anter Yunbi," ucap Rena tersenyum.

"Sendirian?"

"Enggak, sama Yunbi."

"Bukan, maksud bunda—"

"Ohh, ada Rean," potong Rena saat mengetahui maksud bundanya.

"Ya udah, sana. Di tempat biasanya," jawab Marlyn yang kembali pada dokumen-dokumen itu.

Rena tersenyum, dan mengambil kunci mobil milik bundanya di atas laci yang ada di dekat pintu kamar bundanya. "Bun, aku pergi dulu," pamit Rena.

"Iya, hati-hati."

"Tante, pulang dulu," pamit Yunbi yang masih canggung dengan Bunda Rena.

"Iya, hati-hati, Nak. Jangan lupa mampir lagi, kasihan Rena kesepian, cuma temenan sama Rean," ujar Marlyn dengan tersenyum.

"Aku denger bund," sahut Rena yang sudah berdiri di depan pintu. Bundanya itu hanya tertawa kecil, begitu juga dengan Yunbi yang hanya tersenyum, dan langsung berjalan menyusul Rena yang sudah keluar rumah terlebih dahulu.

Di luar sudah ada Rean yang berdiri di depan pintu pagarnya, Rena membukakan pintu pagar untuk Rean, dan memberikan kunci mobilnya itu. Yunbu seketika berpikir, apa cowok itu sudah mempunyai SIM?

"Lo udah punya SIM?" tanya Yunbi yang tak ingin membebani pikirannya.

"Punya lah, kenapa?" jawab Rean yang sedang membuka pintu garasi itu.

"Rean ini umurnya satu tahun lebih tua, tapi dia masuk sekolahnya telat setahun. Nggak ada yang tau si kalau dia udah umur tujuh belas," jelas Rena pada Yunbi.

Yunbi hanya mengangguk-angguk paham, cewek itu sedikit merasa iri pada hidup Rena yang bisa di bilang sedikit sempurna. Meskipun tak mempunyai Ayah, tapi dia mempunyai ibu yang sangat perhatian dengan dirinya. tak seperti Yunbi yang mempunyai keluarga lengkap, tapi seperti hidup dengan orang lain.

"Ayok, ngapain bengong di sana, Yunbi?" ucap Rena yang membuat Yunbi kembali tersadar dari lamunannya. Yunbi tersenyum dan berjalan keluar, dia masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, dan Rena menutup pintu pagarnya itu.

Setelah itu, Rena masuk, dan dia duduk di depan, samping Rean. Yunbi di belakang dan duduk di tengah-tengah.

"Gue nggak tau rumah lo, jadi lo jangan mendadak kalau mau belok," ucap Rean yang mulai melajukan mobilnya, sambil memakai sabuk pengaman.

Yunbi mengangguk, dan langsung memberitahu nama jalan rumah Yunbi ke Rean. Rena juga memberikan maps menggunakan ponselnya, untuk membantu Rean.

"Rean nggak nanya gitu ke Yunbi kenapa dia bolos?" tanya Rena yang memecahkan keheningan.

"Buat apa? Penting?" tanya Rean tanpa menoleh pada Rena. cewek itu mendengus dan Yunbi tertawa kecil.

"Nggak penting kali, Ren," ujar Yunbi yang masih tertawa kecil.

"Kali aja, kan, Bi."

Sepanjang jalan pun Rena terus mengajak Rean mengobrol, dan Yunbi hanya tertawa saat Rean hanya menjawabnya dengan beberapa patah kata saja. sesekali Yunbi juga ikutan Rena, menggoda Rean bertanya tentang cewek yang Rean sukai, Rean tak menjawab, dan itu membuat Rena juga Yunbi tertawa.

Yunbi sedikit iri pada Rena.

Ralat,

Yunbi tak iri pada Rena.

Dia justru sangat senang mempunyai teman seperti Rena yang selalu membuatnya tertawa, Yunbi justru akan lebih semangat kalau bertemu dengan teman-temannya.

Maaf kalau ada yang typo :(

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Errenchancreators' thoughts
Bab berikutnya