webnovel

Tak Pernah Akur

"Bun, aku masuk dulu ya!"

"Iya, belajar yang bener! Oh iya, nanti bunda ada rapat. Kalo bunda belum jemput, kamu bisa langsung ke kantor bunda," ujar bunda memberikan uang saku.

"Siap, Bunda! Daaaa." Rena melambaikan tangannya dan langsung berjalan masuk ke dalam sekolah. Pertama-tama ia berjalan ke lobby untuk melihat papan mading, karena dari kertas yang tertempel di papan mading bisa mengetahui ia masuk di kelas apa.

Banyak murid yang sudah berdiri di depan papan mading, Rena hanya menghela nafas dan berdiri di belakang untuk menunggu, ia tak ingin berdesak-desakan bahkan sampai membuat dirinya jatuh. Itu sama saja membuat dirinya sendiri malu.

Setelah beberapa murid keluar dari kerumunan dan lumayan sepi, Rena melangkah maju ke depan. Ia mencari namanya dengan bantuan jari telunjuknya, jarinya terus bergerak mencari namanya. Dan ia sedikit terkejut ketika menemukan nama Josen, juga Rean. Di bawah nama Rean, ia langsung menemukan namanya.

"Lah, sekelas lagi?" gumam Rena yang melihat nama Rean.

Rena pernah berpikir, apakah Rean akan menjadi jodohnya? Karena secara tidak langsung mereka selalu satu kelas dari bangku sekolah dasar. Selain itu, Rean juga selalu ada di sampingnya selalu.

Ketika mendengar suara deru motor, refleks Rena menoleh melihat siapa yang datang itu. Rena mengangkat satu alisnya saat melihat mereka yang baru saja tiba. Kenapa mereka baru tiba? Ia pikir mereka sudah berada di kelas.

"Gue di kelas IPA berapa yaaa," tanya Rean yang berlari mendekat.

"Lo barusan sampe?" tanya Rena yang hanya di jawab dengan tawa oleh Rean.

"Lo nggak liat gue dari sana?" tanya Rean menujuk pintu gerbang.

"Maksud gue … kok bisa? Kan lu berangkat duluan."

"Josen noh, pake minta sarapan dulu," jawab Rean menunjuk Josen yang masih mencari namanya di papan mading.

"Gue laper, gue juga nggak maksa lo," sahut Josen tanpa menoleh.

Rean menghela napas dan ikut mencari namanya di samping Josen. Sejak kapan mereka akur? Secepat itu? Pikir Rena yang merasa aneh kalau kedua cowok itu cepat sekali akurnya. Rena berjalan keluar dari kerumunan dan menunggu mereka berdua, karena mereka satu kelas, disini Rena merasa beruntung karena ia tak perlu mencari kelasnya yang ntah berada dimana.

Baru saja ia merasa aneh melihat mereka yang akur, kini ia harus melihat mereka kembali beradu mulut.

"Lagi-lagi gue sekelas sama lo, kenapa si, setiap ada Rena selalu ada lo?" tanya Josen yang tampak tak terima kalau ia harus sekelas dengan Rean. Sedangkan Rean, ia hanya tertawa dan merangkul Josen.

"Itu namanya jodoh."

"Jodoh pale lu!"

"Udah lah, ayo ke kelas!" ucap Rena yang melerai mereka, dan berdiri di tengah-tengah antara mereka.

***

Setelah mencari kelasnya yang ternyata ada di lantai dua, dengan cepat Rean, dan Josen duduk di dua tempat yang berbeda dengan menatap Rena. "Ren, duduk sama gue, plis lah, Ren. Lo nggak bosen apa duduk sama Rean mulu?" bujuk Josen yang menepuk bangku kosong di sampingnya.

"Heh, curut! Rena itu anti sama cowok macem lo! Jadi Rena harus duduk sama gue!"

Mendengar mereka yang merebutkan Rena, beberapa murid yang berada di kelas itu seketika memperhatikan Josen juga Rean. Rena yang menyadari kalau mereka saat ini menjadi pusat perhatian hanya menepuk keningnya pelan.

"Maaf, mengganggu kalian bertiga. Tempat duduknya udah diatur di papan tulis," ucap seorang gadis rambut sebahu itu. Seketika mereka berdua langsung terdiam, dan langsung kembali beranjak dari duduknya.

Rena melihat namanya yang duduk di nomor dua dari belakang, ia tersenyum. Ternyata ia duduk dengan gadis rambut sebahu itu. Ia langsung berjalan mendekati gadis itu yang sedang membaca novelnya.

"Halo, kenalin gue Varena. Panggil Rena aja," ucapnya mengulurkan tangannya pada gadis itu.

Gadis rambut sebahu itu mengangkat kepalanya menatap Rena dengan bibir tersenyum, ia membalas uluran tangan. "Yunbi Charaena, panggil aja Yunbi," ucap gadis itu yang membuat Rena mengangguk paham.

"Lo duduk disini?" tanya Yunbi.

"Iya, di papan sih gitu," ucap Rena.

"Kenapa gue harus duduk sama lo sih?"

"Gue juga ogah kali duduk sama lo!"

"Siapa dah yang atur tempat duduk ini?!"

Rena yang mendengar suara ribut itu lagi seketika menoleh ke samping kanannya, dan tertawa kecil melihat Josen, Rean yang duduk sebangku. Mereka juga di tertawakan oleh beberapa murid yang tadi melihat perdebatan antara mereka.

"Makanya, jangan ribut mulu! Tuhan menakdirkan kalian," ucap Rena yang bermaksud mengejek mereka. Rean hanya memutar bola matanya malas. Sedangkan Josen, cowok itu tampak terlihat pasrah.

"Anggep aja hari ini hari sial, nggak apa deh duduk ama curut yang satu ini," ujar Josen yang membuat Rean menatapnya.

"Heh! Maksud lo gue pembawa sial gitu? Terus yang curut siapa? Gue? Lo kali! kurang ajar ya lo!" ucap Rean tak terima. Rena yang melihat mereka semakin tertawa. Kalau di lihat-lihat, ketika mereka bertengkar seperti ini terlihat sangat lucu, dan cocok.

"Mereka saling deket?" tanya Yunbi yang juga memperhatikan dua orang itu.

"Yang rambutnya agak dark brown itu namanya Rean, dia sahabat gue. Yang cowok di sampingnya itu Josen. Kita satu kelas pas SMP, tapi Rean sama sekali nggak tau kalau dulu mereka pernah sekelas," ucap Rena yang membuat mereka tertawa.

"Hah? Serius lo? Kok bisa?" tanya Yunbi yang tak percaya.

Rena hanya mengangkat kedua bahunya dengan tersenyum.

KRRIINGGG

Bel masuk berbunyi, upacara penerimaan murid akan di laksanakan di aula sekolah. SMA Bina Garuda tidak ada MOS, hanya ada upacara penerimaan murid baru. Rena dan Yunbi sudah akrab satu sama lain. Mereka berjalan sambil mengobrol, mereka seperti teman yang lama tak berjumpa. Sedangkan Rean, juga Josen sudah lebih dulu ke aula sekolah.

"Hahaha, jadi tadi lo nyasar? Ya ampun. Ternyata gue nggak sendiri, tapi lo enak bertiga. Gue? Sendirian coy!" ucapnya tertawa mendengar cerita Rena.

"Jadi lo juga nyasar? Ya ampunn, mari berpelukan.���

"Najis!" ucap Yunbi mempercepat langkahnya.

"Ih, Yunbii! Gue cumaa bercanndaaa taauu!" teriak Rena yang berlari kecil mengejar Yunbi yang jaraknya lumayan jauh. Sesampai di Aula, mereka langsung mencari tempat duduk yang kosong. Rena yang tak sengaja melihat Rean yang ternyata tengah menatapnya dengan senyum, membuat Rena hanya membalas senyuman Rean.

Upacara di mulai, di awali dengan sambutan ketua yayasan, dan juga kepala sekolah. Ketua OSIS, juga murid terpintar pun memberikan pidato. Semua murid memperhatikan dengan mendengarkan pidato yang sedang di bacakan.

Tidak dengan Rena yang sedari memperhatikan cowok yang sedang membacakan pidato, tubuhnya yang tinggi itu membuat perhatian gadis itu tertuju padanya. Dia adalah Ketua OSIS. Rena bahkan tidak memalingkan pandangannya. Yunbi yang tak sengaja melihat Rena pun hanya tersenyum jahil.

"Lo suka sama ketua osis, Ren?" tanya Yunbi sedikit berbisik.

Bab berikutnya