webnovel

The Son of The Sun

Raka hanya menatap datar kearah para anggota OSIS yang tampak menaikkan kewaspadaan mereka. Mereka mengira bahwa level mereka lebih tinggi dari Raka karena mereka sudah mampu mengendalikan kekuatan tenaga dalam yang mereka miliki, namun, tampaknya mereka harus sedikit waspada setelah mereka melihat bahwa Raka juga bisa mengeluarkan kekuatan yang setara dengan milik Prasetyo. Meski begitu, beberapa dari mereka masih tampak memandang remeh Raka karena mereka pikir Raka hanya mampu mengontrol separuh kekuatan miliknya.

Meski begitu, apa yang mereka pikirkan tak sepenuhnya benar, karena kuat atau tidaknya tenaga dalam seseorang tidak bisa didasarkan pada Bija di dahi mereka. Karena sejatinya, Bija merupakan sebuah simbol yang menandakan bahwa seseorang telah mencapai tingkatan tinggi dalam pengendalian tenaga dalam, sehingga si pemilik kekuatan bisa dengan bebas memunculkan kekuatan mereka sebanyak yang mereka mau tanpa menunjukkan bentuk dari Bija yang mereka miliki. Akan tetapi, Bija akan tetap muncul dengan sendirinya apabila mereka menggunakan kekuatan penuh atau sebuah pusaka yang memiliki ikatan dengan mereka.

Dalam kasus Raka ini, Raka hanya memunculkan setengah dari bentuk Bija yang ia miliki karena dia berusaha menahan diri. Ia tahu, meski lawan-lawannya memunculkan Bija mereka secara penuh, tenaga dalam yang mereka miliki tetap tak sebanyak miliknya yang memang sejak lahir sudah meluap-luap layaknya ombak yang menerjang pantai. Jika dia mengeluarkan kekuatan penuh miliknya seperti saat dia pertama kali memunculkan Shinta dalam wujud Vasavi Shakti, bisa saja ia malah lepas kendali akan kekuatannya dan membunuh mereka semua.

Melihat Raka yang tidak bereaksi membuat Prasetyo merasa geram. Ia tak terima saat melihat Raka bisa mengeluarkan kekuatan yang lumayan besar, meski Raka hanya menunjukkan separuh bentuk Bija yang pemuda itu miliki. "Tunggu apa lagi?! Ayo kita serbu dia!" Perintah Prasetyo pada para anggota OSIS seraya menerjang maju kearah Raka. Percikan-percikan petir tampak keluar dari tubuh Prasetyo, menambah kencang laju lari pemuda itu.

Merasa tak mau kalah oleh ketua mereka, sebagian anggota OSIS memutuskan untuk ikut maju dan menyerang Raka. Beberapa dari mereka tampak mengeluarkan pusaka berupa keris, golok, dan sebagainya. Setelah berhasil memangkas sedikit jarak antara mereka dan Raka, mereka pun mencoba menyerang Raka dengan gelombang serangan jarak jauh. Beberapa bongkah batu, bola-bola air, dan beberapa buah pisau angin tampak terbentuk dari serangan mereka dan mengarah ke Raka. Di belakang serangan-serangan itu, Prasetyo tampak berlari seraya mengumpulkan banyak petir di tangan kanannya yang terkepal.

Melihat serangan berskala besar yang siap menghantam tubuhnya membuat Raka mengubah kuda-kuda yang dia miliki menjadi kuda-kuda dasar khas seorang Taekwondoin. Di kaki kanannya terbentuk kobaran api yang lumayan besar, yang kemudian diayunkan kedepan dengan kekuatan penuh. "Renewal Taekwondo: Amukan Api Candradimuka!" Gumam Raka saat melancarkan serangannya, membentuk sebuah gelombang api raksasa yang langsung menerjang serangan para anggota OSIS. Serangan-serangan itu lalu beradu dan meledak menimbulkan asap yang menutupi daerah sekitar mereka.

Di tengah kepulan asap itu, Prasetyo maju dan mencoba menghantamkan tinjunya yang berlapis petir pada Raka. Kecepatan serang Prasetyo terlalu cepat untuk bisa diantisipasi oleh Raka, sehingga dia harus merelakan pukulan itu mengenai perutnya. Akan tetapi, sebelum serangan itu benar-benar mengenai tubuhnya, Raka mencengkram pergelangan tangan Prasetyo dan melindungi tubuhnya dengan tenaga dalam yang dipadatkan. Raka sedikit terseret bersama Prasetyo yang pergelangan tangannya masih dicengkeram oleh Raka. Keduanya sempat saling bertukar tatapan sengit satu sama lain, sebelum akhirnya Raka memberikan sebuah tendangan hook belakang yang mengenai pipi Prasetyo.

Perut Raka terasa kram setelah tinjuan itu mengenai perutnya, padahal ia sudah melindungi tubuhnya dengan tenaga dalam dan memperlambat tinjuan itu dengan cengkeraman tangannya. Akan tetapi, seakan tak diberi waktu untuk istirahat, para anggota OSIS lainnya kembali merangsek maju kearah Raka dan mulai melancarkan serangkaian serangan. Sayangnya, hampir semua serangan itu gagal karena Raka bisa menghindar dengan gesit.

Merasa kesal karena diserang terus, Raka pun akhirnya memilih untuk menyerang lawannya satu-persatu. Dia memulai serangannya dari seorang siswa yang berada di posisi terdepan dengan melayangkan sebuah pukulan siku ke wajah siswa itu. Raka lalu memutar tubuhnya dengan cepat dan memberikan sapuan keras ke kaki siswa itu, lalu menendang dada siswa itu dengan sol sepatunya. Siswa itu melayang keras kearah Lisa yang berada di belakang bersama 4 orang siswa-siswi yang tak memiliki kemampuan menyerang, lalu berhasil ditangkap oleh siswa yang berdiri disamping Lisa.

Para siswa anggota OSIS tentu saja terkejut saat melihat serangan Raka yang begitu cepat dan efisien. Namun, seakan tak diberi kesempatan untuk terlena, para siswa itu kembali dikejutkan dengan jatuhnya dua orang siswi yang terkena tendangan lutut dan pukulan berlapis api panas dari Raka. Beruntung, siswi yang terkena pukulan itu berhasil melapisi tubuhnya dengan tenaga dalam sehingga ia hanya menerima luka lebam dan menyisakan seragam yang bolong akibat pukulan itu.

Raka terus saja melancarkan serangannya dengan tanpa pandang bulu. Target Raka selanjutnya adalah seorang siswa yang tangannya diselimuti oleh batu-batuan yang berbentuk seperti sarung tinju. Dengan menggunakan salah satu teknik beladiri Muay Thai miliknya, Raka lalu melayangkan tendangan rendah kearah engsel lutut siswa itu, lalu menghantamkan sikunya ke dada si siswa, dan diakhiri dengan sebuah tendangan lutut yang mengenai dagu siswa itu. "Jurus Pertama Aliran Tapak Dewa, Tarian Harimau Pemburu!" Gumam Raka setelah mengakhiri serangannya.

Empat orang anggota OSIS telah ditumbangkan oleh Raka tanpa perlawanan yang berarti. Hal itu membuat kepercayaan diri mereka sedikit menurun, namun, akhirnya mereka kembali merangsek maju setelah melihat Prasetyo kembali menyarangkan pukulannya ke pipi Raka. Gelombang kekesalan kembali meluap dalam diri Raka, membuat pemuda itu menjatuhkan tubuhnya dan menumpukan berat tubuhnya pada tangan. Pemuda itu lalu bersalto ke belakang, lalu memasang kuda-kuda taekwondo miliknya.

"Renewal Taekwondo: Tiga Tusukan Cepat," gumam Raka sebelum melayangkan sebuah tendangan ke rusuk kanan Prasetyo, diikuti sebuah pukulan keras ke jakun si ketua OSIS, lalu kembali diikuti sebuah tendangan berputar di dahi Prasetyo, membuat si ketua OSIS limbung dan terjatuh. Salah seorang siswa yang memegang golok mencoba menebas Raka yang baru saja mendarat setelah melayangkan serangannya, namun Raka kembali melompat dan menghantam punggung siswa itu dengan tumitnya yang dilapisi api. "Taekwondo Gaya Utara: Tusukan Elang," ucap Raka menyebutkan nama jurus beladiri miliknya.

Geram akan serangan Raka yang bisa menumbangkan rekan-rekan mereka, dua orang siswi dan seorang siswa memutuskan untuk bekerja sama untuk menyerang Raka secara bersamaan. Siswi pertama menyabetkan cambuk yang dia bawa ke punggung Raka, membuat Raka sedikit terhuyung dengan luka robek di punggungnya. Siswi kedua lalu mencoba menghantamkan telapak tangannya ke dada Raka, yang mampu diantisipasi Raka dengan sebuah tendangan samping dari teknik taekwondo yang ia miliki. "Sang Bathara Surya, pinjamkan aku apimu!" Gumam Raka seraya mengumpulkan banyak tenaga dalam ke satu titik di tubuhnya, lalu melepaskannya sekaligus dalam bentuk gelombang energi panas yang melempar ketiga anggota OSIS itu menjauh dengan kekuatan yang besar.

Raka lalu kembali memunculkan api di tangan kanannya, lalu ia mengangkat tangan itu dan meniup api yang berada di tangannya. Beberapa buah bola api terbentuk dan meluncur kearah Lisa dan 4 temannya dari tiupan itu. Lisa dan teman-temannya berusaha menahan serangan Raka dengan cara memunculkan dinding air dan tanah, namun mereka malah terlempar karena hembusan angin hasil dari benturan serangan Raka dengan dinding pertahanan mereka.

'[Rakai, kalau seperti ini terus, kau pasti akan kehabisan stamina sebelum berhasil menumbangkan mereka semua. Kau harus memanggilku dan membuat mereka pingsan dengan aura membunuh yang aku pancarkan,]' ujar Shinta secara tiba-tiba melalui kontak batinnya dengan Raka. 'Kau ada benarnya juga, Shinta. Bersiaplah, kau masih belum sepenuhnya kehabisan energi kan?' Raka menanggapi saran Shinta melalui kontak batin seraya menghindari beberapa serangan dari anggota OSIS yang tersisa. '[Aku masih punya cadangan energi yang cukup untuk mewujudkan diriku sebagai Vasavi Shakti, tapi, setelah kesempatan terakhir itu, wujud Vasavi Shakti milikku tidak akan bisa kau panggil sebelum kau bisa menguasai kekuatanku sepenuhnya,]' ujar Shinta saat Raka menghentakkan kakinya ke tanah untuk mengeluarkan gelombang angin yang mementalkan para anggota OSIS yang tersisa.

Raka lalu menegakan badannya dan menutup mata seraya menghela nafas dalam. Tenaga dalam yang ia keluarkan meningkat pesat ditandai dengan Bija miliknya yang mulai membentuk simbol matahari secara sempurna. Raka lalu membuka matanya yang berubah warna menjadi keemasan dengan pola seperti teratai mekar, dan menjulurkan tangan kanannya ke depan untuk mengumpulkan energi keemasan bersuhu tinggi di telapak tangannya. "Muncullah! Vasavi—" ucapan Raka terpotong tepat sebelum ia bisa memanggil tombaknya karena sebuah tali cemeti tiba-tiba saja membelit lehernya. Konsentrasi Raka buyar seketika diikuti memudarnya Bija di dahi pemuda itu. Tak lama kemudian, tiga buah tali cemeti lain membelit tubuh pemuda itu dan mengikatnya dengan kuat, membuat pemuda itu kesulitan bergerak.

"Sudah saya duga kalau ternyata kekuatan dari putra dewa matahari memang luar biasa! Kamu bahkan bisa mengalahkan sebagian besar kakak kelasmu yang kemampuannya sudah terbilang mumpuni dalam memburu makhluk-makhluk halus," ujar Pak Isman seraya berjalan mendekat kearah Raka yang tubuhnya masih terikat tali cemeti. Ujung dari tali-tali cemeti itu dipegang oleh empat orang siswa anggota OSIS yang menatap Raka dengan tatapan sengit. Keempat orang itu lalu menarik tali cemeti mereka lebih kuat, membuat Raka sedikit mengerang sakit.

"Si..sialan..." Gumam Raka kesal saat ikatan tali-tali itu kembali mengencang, membuat tubuh Raka terasa seperti diremukkan secara perlahan. "Nak Rakai, seharusnya kamu tidak usah mengancam saya dan kakak-kakak kelasmu seperti itu, karena sebenarnya kami akan menjelaskan beberapa hal tentang OSIS di sekolah ini yang berbeda dengan organisasi OSIS di sekolah lain," ucap Pak Isman dengan nada prihatin seraya menepuk pelan puncak kepala Raka. Akan tetapi, pria paruh baya itu langsung menarik tubuhnya saat suhu tubuh Raka kembali memanas diikuti kemunculan Bija di dahi Raka. Tapi, tak lama kemudian, suhu tubuh Raka kembali turun hingga stabil karena tali-tali cemeti yang mengikatnya telah menyerap tenaga dalam yang Raka miliki, sehingga Bija yang baru terbentuk setengah di dahi Raka kembali lenyap.

"Benar-benar tidak terduga, titisan dari Adipati Karna memang benar-benar lebih kuat dari pendahulunya. Bahkan dia bisa menaikkan tekanan tenaga dalam miliknya saat diikat oleh tali-tali cemeti yang terbuat dari rambut Bathara yang menguasai laut, Sang Hyang Antaboga," Pak Isman berkata dengan nada kagum seraya menatap ke wajah Raka yang tampak menahan rasa sakit.

Bersambung

Bab berikutnya