"Hufh... Untung saja dari jauh-jauh hari sudah ku setel getar," lega Devan. Setelah mengantongi ponsel milik Nathan. Memang sedikit punya resiko ketahuan jika ponsel yang ada padanya sedang menampilkan notifikasi, tapi apa boleh buat, Devan tak mungkin mendiamkannya. Devan pernah kena protesan Nathan karena panggilannya tak segera diangkat. Devan bukannya takut dengan iblis sekolah itu, ia hanya tak bisa mengelak kekuasaan besar yang bisa menjatuhkannya, itu saja.
Setelah membuat kesepakatan untuk bertemu dengan Fandy, Devan pun kembali menggerakkan tubuhnya kearah apartement milik Mike. Fandy tak kunjung memberitahu alamat pertemuan mereka, dan Devan pun terlalu lama jika harus menunggu balasan pria itu.
"Kau darimana?"
"Heh!" pekik Devan lantas mengelus dada. Ia yang baru saja memasuki ruang depan langsung di todong pertanyaan dari Mike yang menyelingukkan kepala di sofa ruang nonton yang punya sandaran tinggi.
.... Kau mengejutkan ku!"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com