Diki masih memperhatikan Arthur yang masih asik sendiri dengan lamunannya.
Diki pun berlalu menelpon seseorang dan beberapa saat kemudian Diki kembali.
"Ar, nanti malam kita ke Hotel Jasmine yu," ajak Diki pada Arthur yang masih melamun sendiri.
Arthur mengganguk mengiyakan.
Diki sedikit terkejut dengan sikap Arthur. Tadinya Diki ragu mengajaknya Karna, Arthur selalu menolak bila Diki mengajaknya, ke Bar atau ke Hotel tapi, entah kenapa kali ini Arthur malah mau.
"Kamu serius Ar?" tanya Diki menyakinkan. Kalau temanya ini tak becanda.
"Iya Aku serius! Tapi, kamu yang traktir yah," ucap Arthur lagi.
"Baiklah, kebetulan di hotel Jasmine sedang ada pembukaan Bar dan Resto baru. Kita lihat ke sana," ucap Diki bahagia karena, pada akhirnya Arthur mau.
Diki memang langganan ke tempat seperti itu. Menjadi tempat wajibnya untuk di datangi setiap malamnya. Karena, laki-laki itu bahagia saat melihat wanita-wanita sexy dengan memamerkan belahan dada dan paha sambil berjoget-joget benar-benar surga dunia yang kenikmatan haqiqi melihat mereka membuat hasratnya semakin menggebu-gebu.
Arthur menerima ajakan Diki. Arthur ingin sekali melupakan rasa sakit ini yang begitu menempel kaya lem dihatinya tak bisa dilepaskan begitu saja.
Sebelumnya Arthur sering melakukan itu meminum alkohol bahkan sampai mabuk. Demi Karenina ia berhenti minum dan sekarang karena, Karenina juga Arthur kembali ke dunia hitam untuk melupakannya.
🍀🍀🍀🍀
Malam pun tiba, Diki sudah siap dengan motornya. Sedangkan Arthur sudah bersiap dengan celana jens dan kaos panjang bergaris dan sendal jepitnya.
Diki melihat Arthur tak Suka.
"Brow kamu jangan bikin malu Aku dong. Dengan penampilan miskin kamu itu. Ganti cepat baju kamu! Enggak banget, Aku melihatnya benar-benar seperti tahanan penjara saja," gerutu Diki sebel karna, Diki sudah tampan dengan setelan jasnya trandi dan sepatu yang cocok untuk jasnya berwarna biru navy bergaris putih.
"Emang acara apaan sih! Kaya mau ke undangan saja," ucap Arthur masih cuek tidak ganti kostum.
"Yah, sudah deh, kalau kamu tidak mau ganti. Setidaknya pakai sepatu kek. Tidak pakai sendal jepit gitu. Kamu itu sudah miskin tambah miskin kamu. Dengan penampilan kamu kaya gitu." Diki rada kesal karena, temanya cueknya diatas rata-rata.
"Sialan kamu, ngatain aku miskin melulu. Yah, sudah aku pinjam sepatu kamu. Sepatu aku masih ada di rumah. Aku males ke sana," ucap Arthur masuk lagi ke rumah Diki untuk memakai sepatunya.
Arthur melihat kaca. Baju yang dipakainya rasanya tak cocok untuk dirinya . Mungkin Arthur harus menggantinya dengan kaos polos berwarna putih milik Diki dan ditambah blezer warna coklat tua.
"Ihh, Ci Arthur lama banget sih kaya perempuan saja," gerutu Diki tak sabar takut telat karena, teman perempuannya sedari tadi sudah meneleponnya beberapa kali.
Arthur pun keluar dengan kaos putih blezer coklat dan celana Jens bersama sepatu milik Diki.
"Gini kek dari tadi. Okey dikit lah. Tapi, masih gantengan aku kemana-mana. Ayo cepet naik," ajak Diki memberikan helmnya pada Arthur dan mereka segera berangkat menuju Hotel Jasmine.
Benar saja sampai sana penuh dengan para pengunjung untuk menghadiri pembukaan cabang baru Bar dan Resto di hotel Jasmine.
"Gara-gara kamu kita terlambat nihh," gerutu Diki kesal pada Arthur yang lama banget buat ganti baju.
Arthur diam. Menyadari kesalahannya.
Di sana Diki banyak bertemu dengan teman-temanya. Tak lupa Diki juga memperkenalkan Arthur pada teman-teman perempuan dan laki-lakinya.
Ternyata Arthur menjadi pusat perhatian di sana. Malam ini, Arthur begitu tampan dengan baju yg dipakainya. Kulit Arthur putih dan tinggi membuat para gadis langsung jatuh cinta melihat Arthur.
Arthur memang tampan di Desanya. Walau Arthur tak pernah merasa dirinya tampan. Arthur tak pernah berpakaian layak. Arthur slalu berpakaian compang-camping cuek tak memperhatikan penampilan. Karena, Arthur sudah menikah. Tak ingin membuat wanita lain tergoda dengan Arthur dan membuat Karenina cemburu. Namun, itu dulu sekarang Arthur harus memperhatikan penampilan agar tak dipandang sebelah mata lagi. Tak dihiina atau dikhianati lagi Arthur harus berubah. Walau hanya untuk malam ini saja.
Malam ini Arthur ingin bahagia melupakan semua rasa sakitnya. Melupakan semua di sini. Walau cara ini salah tapi, Arthur ingin membuat pikirannya fresh kembali. Mungkin dengan sedikit alkohol Arthur bisa melupakan sejenak rasa sakit hatinya.
"Mas Bro, siapa sih laki-laki tampan disebelahmu itu?" tanya Sesil salah satu teman Diki mencoba menggoda Arthur.
Gadis bernama Sesil itu begitu cantik dan sexy badanya ramping dan berkulit putih begitu jelas terlihat. Dres yang dikenakannya begitu menggoda dengan belahan rendah sehingga membuat dua payudaranya yang putih terlihat jelas. Pajang dress yang Sesil kenakan hanya sepuluh centimeter dibawah lutut sehingga terlihat jelas pahanya putih mulus bak seorang model.
Sesaat Arthur tergoda dengan tubuh sexy Sesil. Namun, ditepisnya pikiran itu karena, tujuan Arthur ke sini bukan untuk kencan dengan gadis. Melainkan untuk melupakan rasa sakitnya.
Arthur tersenyum membuat Sesil semakin suka pada Arthur.
Senyuman Arthur itu begitu membuat Sesil tergila-gila. Padahal Sesil saat itu membawa Evan sebagai pasangannya. Namun, Sesil begitu tergoda dengan ketampanan Arthur.
Diki masih sibuk tebar pesona pada setiap gadis. Membuat Arthur lelah mengikutinya kemana-mana.
"Bro," teriak Arthur ke telinga Diki, suara musik di tempat itu begitu keras sampai membuat telinga sakit. Bila lama-lama berada di sini. Namun, orang-orang di sini sudah terbiasa dengan musik keras di sini.
Diki menoleh karena, samar-samar mendengar suara Arthur.
"Aku mau minum," bisik Arthur ke telinga Diki.
Diki pun menunjuk sebuah meja di ujung sebelah sana.
"Kamu ke sana saja, bilang Diki yang bayar. Mereka pasti mengerti dan memberikan apa pun yang kamu mau," bisik Diki lagi tak ingin melewati kesempatan bersama gadis-gadis sexy ini.
Arthur pun berjalan menuruti instruksi Diki. Menuju tempat yang Diki maksud.
Arthur pun duduk di depan. Bartender sedang menyiapkan minuman untuk pelanggan di sebelah Arthur.
Arthur terdiam sesaat. Mulai melamun lagi di tengah hiruk-pikuk suara gemerlam malam.
"Mas baru ke sini?" tanya bartendernya itu, membuyarkan lamunan Arthur.
Arthur menganguk. Tiba-tiba seseorang gadis duduk di pinggir Arthur sambil tersenyum.
"Boleh aku temani? tanya gadis itu.
Arthur menganguk benar-benar tak peduli lagi siapapun yang mendekatinya malam ini. Malam ini tak akan ada yang menghalanginya untuk melakukan apa pun yang ia mau. Arthur hanya ingin bahagia setidaknya untuk malam ini.
Rasa sakitnya harus hilang tak ingin Arthur mengingat-ingat lagi semua harus ia lupakan benar-benar ia lupakan. Karena, Arthur hanya ingin melupakan semuanya yang membuatnya sakit hati harus hilang malam ini juga benar-benar hilang dalam pikirannya untuk saat ini.
Bersambung...