Saat ini Nathan begitu kalang kabut, langkahnya kebingungan mencari tujuan. Ia lupa jika dokter pribadinya tengah liburan, yang lebih parah pengasuh Zeno pun turut izin pulang beberapa hari karena urusan keluarga.
Nathan benar-benar tak mengerti tentang apa yang harus di lakukannya. Pertolongan pertama untuk menurunkan suhu tubuh Zeno dengan mengompres dahinya, nyatanya tak sedikit pun membuahkan hasil setelah dua jam nyaris.
Keringat di sekujur tubuh kecil milik Zeno bahkan semakin membasahi, membuat Nathan bertambah cemas dan ketakutan saat wajah pucat pasi anaknya itu nampak begitu lemah. Selimut tebal yang membungkus, nampaknya masih tak begitu berpengaruh sampai-sampai bibir bawah milik Zeno bergetar. Nathan yang bahkan memasukkan memasukkan lengannya untuk menggenggam erat buku tangan Zeno, masih saja tak berpengaruh.
"Zen, tak punya pilihan lain. Kita harus ke rumah sakit, ya?" bujuk Nathan sembari membangunkan sang anak.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com