"Kau masih ingat nama ku, kan?"
"Apakah kalimat itu jauh lebih penting dari pada kau mengucapkan maaf? Demi apa pun, aku terluka karena mu."
"Hhaha... Jangan salahkan aku kalau masalah itu, takdir yang mengaturnya. Lagipula, kenapa juga paman yang berpenampilan sangat rapi ini terdiam di jalanan sepi yang sangat rawan? Di lihat dari tampilan mu, tak mungkin juga kau yang termasuk pria terlunta-lunta dan sibuk mencari kerja. Mempunyai salah satu unit di apartement ini, cukup membuat ku yakin jika kau orang yang mampu."
Nathan yang sontak saja terdiam, tak ada kalimat jawab yang tepat untuk mengatakan secara gamblang tentang kehidupannya pada orang asing.
Hari yang sudah siang, melingkup sekujur tubuh dengan hawa panas yang sedikit pun tak terobati walau angin sudah berhembus kencang.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com