Ayuna memang hamil. Dan setelah mengetahui tersebut, Ayuna langsung menelepon Pradita sambil menangis. Ia berteriak akan bunuh diri.
Untung saja, Pradita segera datang. Meski begitu, Ayuna tetap saja menyayat-nyayat tangannya. Setidaknya, luka sayatannya tidak dalam.
Pradita menyerahkan segelas air putih yang ditolak Ayuna dengan lemas. Pradita pun tidak memaksa. Ia membereskan kamar Ayuna yang kacau balau bagaikan kapal pecah. Ia menumpuk buku-buku pelajaran Ayuna dan menaruhnya di meja belajar.
Lalu ia pun mengumpulkan semua sampah-sampah ke dalam keresek. Noda-noda darah di lantai semuanya sudah Pradita bersihkan. Sekarang, jadi ada tempat untuknya dan teman-teman yang lain duduk.
Baru saja memikirkan tentang teman-temannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Pradita yang membukanya. Danu datang bersama Alisha, Welas, dan Resti. Segera saja kehebohan terjadi.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com