webnovel

Chapter 11: Dubai Heat

London, United Kingdom 1802 AD

Elizabeth langsung menghampiri Wells yang sedang menatap papan kapurnya, "tu-tuan putri" Wells langsung meletakkan obengnya lalu memberikan hormat. "tinggalkan aku bersama Wells!" Penjaga yang mengikuti Elizabeth langsung mengeluarkan keringat dingin, "ta-tapi.." Elizabeth langsung menatapnya tajam. "Kau mau aku bunuh dengan tanganku atau aku bisa menyuruh Sam untuk membunuhmu sekarang" Wells langsung menunduk takut.

"Ba-baiklah" sang penjaga langsung keluar, Elizabeth langsung menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Wells, "Wells" Wells langsung memeluk Elizabeth dan menepuk-nepuk punggungnya, "King Arthur..." Wells langsung mengangguk, "aku mendengar kabarnya, aku turut berduka cita. Aku pasti yakin Robert akan menolongmu" Wells langsung melepaskan pelukannya dan menatap Elizabeth. "Tubuhmu kurus sekali, apa kau makan dengan layak dan tidur dengan cukup?" Elizabeth langsung menggeleng.

"Aku dengar..." Wells langsung menyuruh Elizabeth diam, "dengarkan aku, aku mempunyai informasi tentang Robert" Elizabeth langsung tersenyum. "Temuilah aku sehabis makan malam, kita akan pergi ke masa depan. Apa kau mengerti?" Elizabeth langsung mengangguk, "bagaimana dengan ibuku? Apa dia baik-baik saja?" Wells langsung mengangguk.

Elizabeth langsung mendengar pintu terbuka "Elizabeth? Apakah kau di dalam?", Elizabeth langsung menampar Wells "bisa kau jauhkan tangan kotormu? Kau telah merusaknya!" Wells langsung menunduk lalu minta maaf, "ma-maafkan aku tuan putri, hamba tak akan meng-mengulanginya lagi" Sam langsung merangkul pinggang Elizabeth.

"Sayang" Elizabeth langsung mengusap pipi Robert lalu menciumnya, "ada apa, suamiku? Kau terlihat memiliki banyak pikiran" Sam langsung mencium leher Elizabeth di depan Wells dan para penjaganya, "Obsidian Bladeku, tabung Implacian, dan buku mantranya menghilang" Elizabeth langsung mendorong Sam dan menatap para penjaganya.

"Aku ingin kalian mencari ketiga benda itu, kalian tidak ku izinkan untuk beristirahat sebelum kalian bawa benda itu kembali!" Elizabeth langsung menatap Sam, "dengarkan aku, berilah mereka waktu istirahat. Karena aku yakin pencurinya tidak akan pernah pergi jauh" Sam langsung mencium dan menggigit pergelangan tangan Elizabeth. "Baiklah, kalian diperbolehkan istirahat selama 2 jam!" Elizabeth langsung tersenyum tipis.

"Bagaimana dengan mesin waktu ku?" Wells langsung menghembuskan nafasnya, "a-akan selesai.." Elizabeth hanya menatap Wells dengan wajah datarnya, "akan selesai 3 hari lagi" Sam langsung tersenyum senang, "baiklah kalau begitu, kau boleh ku izinkan istirahat. Bergabunglah dengan kami makan malam hari ini" Wells langsung mengangguk nurut.

"Aku akan pergi ke Chelsea dan akan ku temui kau saat makan malam nanti" Sam langsung mencium kening Elizabeth, "maafkan aku, jika tidak bisa mengantarkanmu sampai ke gerbang" Sam hanya mengangguk. "Berperilakulah yang baik selama aku tidak ada, kau paham??" Elizabeth langsung mengangguk dan mengusap pundak Sam. "Baiklah aku pergi dulu" Elizabeth langsung mengangguk dan menatap punggung dan penjaga Sam langsung menutup pintu.

Wells dan Elizabeth langsung menghembuskan nafasnya lega, "aku ingin mengunjungi ibuku terlebih dahulu" Wells langsung mengangguk, "bolehkah aku bertanya kepadamu Elizabeth?" Elizabeth langsung menoleh ke belakang. "Apa kau masih mencintai Robert?" Elizabeth hanya diam dan membisu, "aku..." Wells langsung menghampiri Elizabeth, "dengar, kau harus memilih antara Robert dan Sam. Aku tahu ini adalah keputusan yang sulit bagimu, tapi dengarkan aku.." Elizabeth langsung menatap Wells.

"Kau tidak bisa berpura-pura seperti ini Elizabeth, kau sudah memiliki suami" Elizabeth langsung tersenyum lalu menatap Wells, "terima kasih, Wells. Kau adalah sahabat yang baik" Elizabeth langsung keluar dan menutup pintunya.

"Apa aku sudah mulai mencintai Sam? Ayah, apa yang harus aku lakukan?" Elizabeth langsung menyandatkan punggungnya di pintu lalu menghembuskan nafasnya. "Apakah aku sudah bisa mencintai Sam?" Elizabeth langsung menghapus air matanya lalu berjalan menuju ruang tahanan, dimana Sam mengurung Queen Guenivere.

.

.

.

.

.

.

Dubai, UEA 2020 AD

SinB langsung memakan kebabnya yang ia pesan "enak banget anjir" Author langsung meminum jus jeruknya, "kamu mau?" Author langsung menatap Pacar Author lalu mengangguk, Pacar Author langsung menyuapi Author kebabnya. Robert yang memakan Shwarma langsung mengelap mulutnya menggunakan serbet. "Jadi, bagaimana?" SinB langsung menatap Eunha yang sedang mengambil foto selfie dengan berlatar belakang Burj Khalifah. "Sayang, ini makanannya dimakan dulu" SinB langsung menyuapi Eunha nasi kebulinya,

"Enaaaaakkk ihh.." Author langsung memakan kebabnya, "kita gak bisa ngomong disini" Robert langsung mengangguk. "Kau benar" Author langsung meremas kertas bungkus kebabnya dan membuangnya di tempat sampah yang sudah disediakan. "Gue pengen tanya tentang Elizaebeth, boleh?" Robert langsung mengangguk.

"Jadi, apa yang akan kau tanyakan" Author langsung mengeluarkan buku paket sejarahnya, "apa bener kalo misalnya Elizabeth sayang sama lo?" Robert langsung tersedak. "tentu saja! Dia sangat menyayangi dan mencintaiku" Author langsung melihat foto Elizabeth dengan Sam terlihat senyum bahagia diwajahnya, "sayang, kenapa?" Author langsung menunjukkannya kepada Pacar Author. "Menurut kamu??" Pacar Author langsung mengangguk. "Ini pesawatnya jam berapa?" Author langsung membuka aplikasi Travelokanya dan melihat jadwal penerbangan.

"Besok, jam tujuh malem. Gate VIP" SinB langsung mengangguk, "itu peswat lo, Eunha, sama Robert" SinB langsung menatap Author bingung, "seatnya hari itu cuman cukup buat tiga orang" SinB langsung mengangguk paham. Pacar Author langsung menatap Author, "kenapa?" Author langsung memberikan kode untuk diam. Pacar Author yang mengerti tatapan Author langsung mengangguk paham.

"Iya, kita bakal nyusul, tapi waktunya beda" SinB langsung mengangguk paham, "yaudah" Robert langsung menatap Author dan Pacar Author bergantian. "Kalian baik-baik saja?" Author langsung menatap Robert, "gue atau dia?" Robert langsung menggeleng. "Apakah kalian berdua baik-baik saja?" Author langsung menatap Robert lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"Gue sama Author... ada sedikit masalah" Author langsung mengangguk, "Author dipanggil sama Raja Rashid, buat ke rumahnya besok perkara yang di Burj Khalifah waktu itu" Author langsung mengangguk setuju, "aku kira kalian bertengkar" Author langsung menghembuskan nafasnya.

"Sedikit bertengkar, dia gak mau kalo gue pergi sendiri" Robert langsung mengangguk, "baiklah kalau begitu" Robert langsung kembali memakan shwarmanya. SinB langsung menatap Eunha yang masih fokus dengan hapenya, "sayang... kamu gak makan?" Eunha tidak menggubris SinB. "Eunha Jung?" Eunha langsung menatap SinB lalu menaruh ponselnya.

"Maaf ya, sayang. Tadi Sungjae..." SinB langsung berdiri lalu pergi meninggalkan rombongannya, "sayaaaanggg....." Eunha langsung duduk dan menghembuskan nafasnya kasar, "kenapa?" Eunha langsung menatap ponselnya lalu melihat notifikasinya. "Dia cemburu" Author langsung tersedak langsung meminum jus jeruknya "Sungjae yang pernah SinB bilang mantan lo?" Eunha langsung mengangguk. "Ya pantes aja, marah" Robert langsung melihat situasi di mejanya lalu meletakkan sendoknya.

"Gue tuh cuman balesin komenannya dia, kenapa sih cemburu?" Author langsung meletakkan kebabnya, "ya lo disuruh makan malah fokus ke hape" Eunha langsung menatap ke Author, "jadi salah ya?" Author langsung mengangguk. "Lo sering gak sih ngabisin waktu sama SinB sebenernya?" Eunha langsung menggeleng, "dianya sibuk" Author langsung menatap Eunha. "Apa?" Author langsung menggaruk rambutnya, "lo seharusnya ikut ngobrol sama kita, lo seharusnya gak seegois ini" Eunha langsung meletakkan sendoknya.

"Gue udah gak mood" Eunha langsung mendorong piringnya menjauh dan Robert langsung menatap sampingnya, "sayang... udah" Author langsung menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Eunha, "semoga lo sadar apa yang lo lakuin ke SinB. Padahal dia mau ngajakin lo keliling-keliling Dubai sampe nyewa mobil buat sehari" Author langsung mengirimkan pesan ke SinB.

.

.

.

.

.

.

SinB langsung merebahkan punggungnya di sebuah bangku taman lalu menatap mobil sport yang terparkir di depannya, "banyak banget sih mobil sportnya" SinB langsung memakan kebabnya. "Makan mulu lo!" SinB langsung menatap Author yang tiba-tiba muncul, "ngapain lo kesini? Bini lo gak nyariin?" Author langsung menunjukkan chatnya.

"Pantes" Author langsung memakan burgernya, "bosen makanan Arab?" Author langsung mengendikkan bahunya, "gue tau lo cuman mau Eunha ngeluangin waktunya sebentar" SinB langsung meremas kertas pembungkusnya lalu ia melemparkan kertas sersebut ke tempat sampah. "Lo ngapain disini?" Author langsung melihat mobil BMW i8 disebrang jalan lalu menyipitkan matanya. "Ikutin perintah gue" SinB langsung menatap wajah Author.

Author langsung menarik SinB dan berjalan seperti biasa, mobil BMW i8 tersebut langsung mengikuti mereka dengan kecepatan pelan, Author juga merasakan ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. "Dengerin aba-aba dari gue, lo ke hotel, check out terus, pergi ke kedutaan Indonesia. Kalian berempat harus selamat oke?" SinB langsung menggeleng.

"Mereka ngejar gue! Karena gue yang mukul bos mereka oke?" SinB langsung meninju pipi Author, "lo pikir gue bakalan biarin lo sendiri kaya waktu itu?" Author langsung mendengus kesal, "fine, lo nurut kita bakal selamet" Author dan SinB langsung memasuki pasar.

"Gue baru tau kalo di Dubai ada pasar juga kek di Indonesia" Author lansung mengambil dua buah topi dan satu kacamata serta jaket tanpa sepengetahuan pemilik dan pengunjung lain. "Mana hape lo?" SinB langsung memberikan hapenya kepada Author dan Author langsung memasukkan hapenya kedalam tas salah satu pengunjung yang ada disana. "Lo ada duit receh gak?" SinB langsung merogoh sakunya dan memberikan semuanya kepada Author.

"Gue minta lo jangan jauh-jauh sama jangan buat orang lain curiga, paham??" SinB langsung mengangguk lalu memegang jaket yang dipakai oleh Author, Author mulai berjalan seperti pengunjung yang lainnya, SinB terus memejamkan matanya dan berdoa dalam hati semoga semuanya baik-baik saja.

Author langsung memasuki kawasan kedai dan kafe di pasar tersebut, Author langsung berpura-pura membenarkan tali sepatunya untuk melihat kebelekangnya. Ia langsung engamati orang yang berpura-pura mengantri disebuah kedai es krim, "bener itu anak buahnya Abdul" Author langsung berdiri dan menatap SinB lalu melepaskan jaketnya.

"Dengerin gue" Author langsung melihat sekitarnya dan ia langsung membalikkan jaket dalamnya, "mereka anak buahnya Abdul, yang kapan hari gue lempar nampan" SinB langsung mengangguk. "Darimana lo tau?" Author langsung memakai jaketnya dan memasang kumis buatannya tanpa sepengetahuan orang tersebut. "Ikut gue... nanti gue jelasin kalo udah sampe hotel" Author langsung membawa SinB menuju payphone.

"Ayok masuk" SinB langsung menggeleng, "ini negara Arab, ntar menimbulkan fitnah" Author langsung memberikan SinB buku kecilnya "nih pura-pura baca, tetep waspada" Author langsung memberika SinB pocket knife miliknya, "buat jaga-jaga" SinB langsung mengangguk lalu duduk di bangku dekat dengan payphone tersebut.

SinB langsung membaca buku kecil milik Author dan melihat banyak sekali nama cewek sekaligus nomor telponnya, "dia itu playboy atau gimana?" SinB langsung membalik halaman selanjutnya, "gue kira dia playboy. Ternyata orang yang ngutang sama dia" SinB langsung membalikkan halaman demi halaman. "Kok dia punya nomer telponnya Sana sih??" SinB langsung menatap sekitarnya dan mendapati orang yang mengikutinya mencari keberadaannya dengan Author.

SinB langsung menundukkan wajahnya "permisi" SinB langsung memejamkan matanya, lalu menghembuskan nafasnya, terlihat orang yang mengkutinya tadi "apa anda..." Author langsung memukul tengkuk orang tersebut dan orang yang mengikutinya tadi langsung pingsan. "Topi lo mana?" SinB langsung melepaskan topinya lalu ia memberikannya kepada Author. Author langsung melihat sekitar, "aman dah aman" Author langsung mendudukan orang tersebut lalu memakaikan topinya.

"Bentar" Author langsung melepaskan jaketnya dan menaruh topinta di samping orang tersebut. Author langsung melihat tatto yang berada di bawah jempol orang terebut, "bener dugaan gue" gumam Author. "Terus kita harus gimana?" Author langsung menatap orang tersebut dan mengambil ponselnya.

"Vertue?" Author langsung memasukkan hapenya kedalam kantongnya, "gue udah kasih info ke Pacar Author kalo kita bakalan nyusul ke kedutaan RI" SinB langsung mengangguk, "terus yang kita lakuin sekarang apa?" Author langsung melihat sekitarnya, "kita bermalem disini, lo bawa duit berapa?" SinB langsung mengambil dompetnya lalu memberikannya kepada Author.

"Gue ada sih 7.000 Riyal, lo ada..." Author langsung mengeluarkan uang yang ada di dompet SinB, "tetep utuh sih, gak jadi bayar sewa mobil" SinB langsung menggeplak Author, "sakit dih" Author langsung memberikan dompetnya kepada SinB. "Kita cari hotel murah, duit lo sih ada 100.000 Riyal, kalo di total sama punya gue 107.000 Riyal" SinB langsung mengangguk. "Yang penting kita punya hape" SinB langsung mengangguk.

Bonus Scene...

"Sam!" Queen Guenivere langsung menutup tubuhnya dengan selimut berbahan kasar lalu menatap Elizabeth dan Sam, "sayangku kemarilah" Elizabeth langsung menghampiri Sam dan menatap Queen Guenivere yang sedang menahan berih di area punggungnya. Sam langsung memberikan cambuknya kepada Elizabeth. "Kau menyuruhku untuk mencambuk ibuku!!??" Sam lansgung berdiri dibelakang Elizabeth dan memencium pundaknya. Elizabeth langsung menatap sedih keadaan ibunya dan menangis dalam diam.

"Dia menjelek-jelekan Robert mu" Elizabeth langsung menggeleng, "ti-tidak! Ibuku tidak pernah melakukannya, Sam" Sam langsung mengeluarkan smirknya dan mencium pipi Elizabeth, Sam langsung mendekatkan wajahnya ke telinga kiri Elizabeth. "Jika tidak... bagaimana jika ku bunuh Wells di depanmu hmm?" Elizabeth langsung diam dan membisu, "tidak-tidak, bukan Wells.. tapi Ro-be-rt" Elizabeth langsung mengeluarkan keringat dinginnya lalu menatap ke ibunya yang meminta belas kasihan.

"Ayok, sayang tunggu apa lagi?" Elizabeth langsung menatap cambuknya lalu menatap ibunya yang meminta belas kasihan, "jangan lakukan" Elizabeth langsung melayangkan cambukan ke punggung ibunya dengan air mata yang keluar dari matanya sambil mengucapkan kata maaf berulang kali.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.

Bab berikutnya