Gue duduk berhadapan dengan Digo, dengan membawa kejantanan kita masing - masing, gue berniat bicara serius sama dia. Dia menatap tajam ke gue, begitu juga dengan gue, begitu tajam seperti mulut emak - emak yang lagi menggosip di ujung gang.
"Ada apa?"
"Jadi gini .... Ehem,
Gue terdiam sejenak menarik nafas dan mempersiapkan diri.
"Gue enggak sengaja pakai sempak lu,
bro. Gue enggak ngeh kalau ketuker"
Gue sodorkan sempak bekas yang gue pakai daritadi siang.
"Ih jijik! Biar kita kakak dan adik entah kenapa gue jijik kalau harus sama kancut!"
"Segitunyakah? Hei anak muda sadar! Dulu popok gue di pakai sama lu saat lu masih bayi!"
"Itu lah yang membuat pantat gue burik nih!"
"Gue enggak nyangka adik gue sebedebah itu!"
Dia merampas sempak miliknya lalu menciumnya, ya asemlah itu kan bekas gue pakai.
"Kok asem banget sih!"
"He he he, itu bekas coy makanya agak lengket gitu kan"
"Dih vangke loe"
Sebelum muka gue ke lempar sempak gembel, gue ambil inisiatif buat lari.
Kaboooorrrrr.
Gue masuk ke dalam kamar, markas paling aman di antara semua tempat di dunia ini. Kamarku adalah kotak harta karunku, banyak barang rahasia yang tersimpan di kamar. Apa kalian pernah simpan kondom? Hahaha. Huft lelahnya hidup ini, banyak sekali rumus matematika yang masih terngiang - ngiang bagai kenangan tentang mantan. Dakota? Elah itu cemilan numpang lewat. Yang bikin luka tapi enggak terlalu berdarah. Memang begitulah Cinta, kalau kita enggak dapat pasti orang lain yang dapat, yah macam pasang lotre.
"Sat, bisa tolongin Mama enggak?"
"Tapi Mama nampak tak butuh pertolongan. Lihatlah dari atas sampai bawah aja Gucci," sahut gue.
"Satria, Mama enggak pengen komentar julid ya, Mama lagi pengen kalem. Tolongin Mama!"
"Iya iya, apa sih yang enggak buat Mama. Jika engkau minta intan permata tak mungkin ku mampu, tapi sayang kan ku capai bintang dari langit untukmu"
"Enggak main kuis jaja miharja ya!. Ayo buruan keluar dari kamar"
Baiklah apa boleh buat, jangan sampai ibu negara murka. Kalau sampai dia berubah jadi dewi kali, terbakar lah semua rumah yang beli susah payah oleh captain america.
Nyokap menyiapkan kotak - kotak yang berisi makanan.
"Mau buat siapa sih, ma?," tanya gue sambil mencomot sepotong dendeng nya.
"Buat si Lola, nih kamu antar"
"Kemana? Kalau di geletakkin di pura dia bisa ambil sendiri enggak"
"Ya kamu cari lah rumah nya!"
"Ma, kita sebagai manusia itu tidak boleh terlalu kepo"
"Ini anak mau Mama masukkin lagi ke dalam perut?"
"Enggak ah!. Takut tawuran sama Spermanya Papa"
Gue menenteng bingkisan itu lalu pergi ke depan untuk memesak ojek online.
Gue antar makanan ke rumah tuan putri pakai ojek online, waow sungguh luar biasa. Padahal bokap itu bisa aja beliin gue mobil atau motor, tapi verifikasi nya lebih rumit daripada gue kredit di dealer.
Seorang pengendara motor berhenti di depan gue, dia memakai jaket warna hijau, helm hijau, motor hijau, apa badannya juga hijau?.
"Mas Satria ya?," dia bertanya
"Iya, Mas. Kok tahu?"
"Ya kan Mas pesen ojek online"
"Loh kok Mas tahu juga saya pesan ojek online?"
Mendadak suasana menjadi horror dia kok banyak tahu? Wah pasti kecilnya minum SGM nih.
"Mas, jangan becanda deh kan saya yang ambil pesanan Mas"
"Oh jadi Mas itu adalah utusan dari dewa aplikasi yang di tugaskan untuk menjemput saya?"
"Begitulah kisanak, kalau begitu naik lah kita selamatkan dunia segera"
Lah kocak juga abangnya, siapa juga yang mau menyelamatkan dunia. Justru gue lagi detik - detik menggadaikan keperjakaan gue nih. Bayangin aja gue datang ke rumah tuan putri yang sendirian di rumah. Yang sange dosa ya!.
Di perjalanan abang ini selalu menyanyikan lagu ninja hatori. Kayak macam udah jadi lagu pelayanan gitu.
"Mas, asalnya darimana?," tanya gue.
"Gozaru Mas. Makanya saya daritadi nyanyi lagu ninja hatori"
"Oh pantas"
"Mas, nama lengkapnya Satria Baja Hitam ya?"
Yah abangnya receh, gue recehin balik gimana?.
"Bukan bang. Nama saya Satria bajakan"
"Oh yang 7000 an yah, yang kadang layarnya setengah"
"Jiaahhh di kira DVD film glodok"
"Mas mau kemana?"
"Yang pasti bukan ke SD Nankatsu dan bukan ke TK Matahari"
"Apa abang mau ke barat?"
"Bukan bang, kebetulan saya lewat pantura"
"lah Mas bisa aja lawaknya"
Lah orang dia yang ngajak receh duluan, ini apaan sih kisah gue kok jadi kayak lenong.
"Mas, mau ke Perumahan Maju Mundur Syantik ya? Memang ke rumah siapa ? Syahrini?"
"Bukan ini adiknya"
"Oh Aisyahrani"
"Bukan!"
"Lah adik yang mana lagi ?"
"Saya becanda Bang, lagian kan namanya syantik belum tentu yang tinggal Syahrini"
Tak lama kemudian gue sampai di depan rumah mewah berlapis emas, berkilauan dengan taburan intan, ini rumah orang atau Drakula?.
"Wah Mas mau main sama pangeran ya?," kata abang gojek takjub.
Pintu gerbang terbuka sendiri, anjirrre ini beneran rumah orang kan? Apa Lola itu Drakula? Siapa yang bukain pintu? Enggak ada orang tapi bisa ke buka sendiri. Gue bingung bokapnya Lola ini Raja jelmaan pilot atau pilot jelmaan raja?.
Gue melangkah memasuki gerbang, kayak lagi ada di Arandele. Gue sampai berasa pengembara miskin yang mau ngemis sama raja.
"Ada yang bisa saya bantu tuan muda?", Tanya seorang laki - laki pakai setelan suit, berkumis, gagah. Ini kayak sekretarisnya CEO ala - ala drakor dah.
"Saya mau bertemu dengan Lola"
"Boleh tahu siapa anda?"
"Saya, Satria"
Baru selesai gue menyebutkan nama, Lola sudah kelihatan berlari dengan gaun malamnya yang berwarna kuning, menyapu tanah. Kayak Mastani di film India.
"Abang Sat," teriaknya sambil berlari mendatangi gue.
Ini orang tahu darimana gue datang? Sampai lari - lari dari atas. Apa segitunya firasatnya?.
"Aku cium aroma bang sat, jadi aku tahu abang datang"
"Eh aroma apa?"
"Coro"
Bangs** tut.... Sensor. Sabar, kita mana tahu kalau di sini ada ninja, gawat kalau gue macam - macam, secara rumahnya besar kayak asrama konoha.
"Nih dari nyokap," kata gue sambil menyodorkan bingkisannya.
Dia mengambil dan memandangi bingkisan itu dengan mata yang berbinar - binar.
"Waahhh Terimakasih"
"Udah ya gue balik"
Gue pun berbalik badan, belum sempat gue pergi dia sudah memeluk gue dari belakang.
"Jangan pergi"
Drama!, males deh gue kalau udah mulai telenovela kayak gini.
"Jangan bikin drama Lol"
"Aku kesepian hiks hiks"
Seketika hati gue meleleh seperti lilin di saat mati lampu. Gue mau lepas kasihan, enggak di lepas kita jadi tontonan. Bayangin aja dia terisak di punggung gue terus semua pelayan keluar nonton sambil bawa tissue dan ikut nangis.
"Iya oke - oke gue disini"
"Yeay hi hi hi"
Habis nangis ketawa makan gula jawa, sayangnya dia enggak manis. Siapa yang baca ini sambil nyanyi?.
Gue di ajak ke belakang, di kamar bak sultan. Penuh kilauan kerlip manjalita, bertaburan intan seperti bintang, gue terasa bagai di negerinya ratu Elsa.
"Masuk Bang, sini duduk"
Dia mengajak gue duduk di ranjang yang bisa mengayun, ini bukan ranjang utama ya karena ranjang utamanya bikin gue tercengang!. Bagai tuan putri, berkilau, berbulu angsa, bahkan ada bulu meraknya.
"Lola, lu tuan putri ya?"
"Bukan. Aku ratu di hati bang Satria"
Jiah cumi kartun ngegombal!, padahal gue serius nanya coek.
"Serius!. Bokap lu mafia ya? Selain jadi pilot, apa dia jadi pilot sekalian ngantar sabu - sabu? apa pesawat yang di kendarai langsung di beli sama bokap lu biar enggak ribet?. Lu kayak Go jun pyo, tapi versi cewek"
"hahaha yah lumayan"
Lumayan dia kata!, segini aja lumayan gimana benerannya!. Lalu ada barisan pelayan datang yang membawakan makanan di atas trolley.
"Silakan dinikmati Nona dan Tuan Muda"
Pelayan itu membungkuk lalu mundur keluar pintu. Gue celingukkan kanan - kiri, ini gue lagi enggak di Prank kan?.
"Lola seneng banget ada yang main ke rumah Lola"
"Memang enggak punya temen?"
"Enggak!"
"Lah kenapa? Sebar duit aja pasti pada mau"
"Enggak ada yang mau temenan sama Lola"
Iya sih, gue aja terpaksa! habis dia frontal banget jadi manusia ciptaan tuhan.
"Di makan Bang, kalau mau apa aja bilang"
"kalau mau kambing guling?"
Prok, dia menepuk tangannya.
"Tuh lagi di potong kambingnya," dia mengambil remote dan nampak layar rekaman CCTV, lagi motong kambing beneran dong!. Ajib banget hidup bocah ini, gue pun menggeleng kepala.
"He he serem sih but kok enak ya"
Gue mengamnil sebuah coklat yang ada di piring, beugh enak banget.
"Itu oleh - oleh dari belgia, yang bawa kakek"
"Apah!! Daku terkedjoet!"
"Hahaha tidak apa, Lola sudah biasa makan"
Udah biasa makan katanya, Belgia ke Jakarta cuma 3 jam ya kayaknya, kayak Jakarta - Bandung. Gue merasa orang termiskin di dunia ketika berada disini, gue pikir dia enggak sesultan ini.
"Abang suka? nanti Lola minta Kakek beliin pabriknya"
Wakkkk apa dia ucap? Beli pabrik udah kayak beli kerupuk yang harga serebuan. Pucing pala orang tampan dekat dengan sultani.
"Kagak usah, Lol. Kasihan nanti yang punya pabrik bangkrut"
"Enggak kok, kan yang punya Kakek buyut"
Waduwww dia udah sultan dari zaman kakek buyut!, gue yang merasa miskin jadi makin gembel sekarang.
"Lola ada apa lagi disini? Pelihara duyung? Dugong? Walmus?"
"Ada Black panther di kamar Papa"
E busehhh Papanya wakanda!. Apalah bokap gue yang hanya sebatas Captain America. Jadi itu lah alasan kenapa om kevin bisa jadi teman Papa, karena mereka tim Marvel.
"Abang mau? Atau mau lumba - lumba?"
"Eh meliharanya dimana?"
"Di kolam renang kayak punya Lola"
Byurrrrrrrr
Gue seketika menoleh, wuanjir ada lumba - lumba beneran di kolam renang dia!. Gue melihat ke Lola sambil geleng - geleng kepala. Ini rumah atau penangkaran hewan?.
***
Selesai makan camilan gue di ajak house tour. Buseh! ini rumah luasnya udah kayak desa konoha, mau ke toilet aja harus naik otopet. Sedaritadi dia terus menjelaskan satu demi satu ruangan, gue udah kayak siswa yang sedang berdarma wisata ke museum.
"Ini kamar Papa"
Tunjuknya ke kamar yang di hiasi kepala harimau.
"Kok ada Harimau?"
"Ini kepalanya enggak asli kok. Patung tapi di buat sedemikian rupa hingga menyerupai asli. Papa pecinta hewan buas jadi kasih tanda dengan ini"
"Kalau pecinta hewan pintu kamarnya di kasih kepala harimau, kalau pecinta wanita?"
"Di gantungin bikini sama kondom ahahahah lucu kan"
E e e gimana ya? Lucu sih tapi absurd, tapi lucu tapi absurd, jadi?. Maaf sisa ketawa yang anda memiliki tidak cukup untuk menertawakan lelucon ini, silakan isi ulang kembali. Tut.
Kemudian kita berdiri di sebuah pintu yang berwarna hitam. Semua pintu disini warnanya putih, tapi cuma ini yang hitam!. Gue curiga, pesugihan nih pasti.
"Ini kamar apa kok beda?," tanya gue.
"Ini kamar kegelapan," jawab Lola dengan suara yang berat dan wajah yang horror.
Seketika gue shock melihat dia yang seperti menyerupai Asih. Memang sehorror itu ya ini kamar?.
"Gue tebak, ini pasti ruangan meeting kaum tak bernyawa ya?"
"Bukan!, ini kamar seseorang yang tidak boleh di sebutkan namanya"
Wew sejak kapan Voldemort migrasi ke menteng?. Mau ngapain? Ngantri Xifutang?.
"Tunggu, kalian saudaranya Voldemort?"
"Tunggu!. Voldemort itu siapa?", tanya nya polos.
"Itu musuhnya Harry Potter"
"Loh kok berubah?"
"Lah tidak ada yang berubah kok!"
"Musuhnya Harry Potter bukannya sasuke?"
Apaan sih bocah! Jauh amat dia dari london ke jepang! Mahal kali pesawatnya.
"Ngapain sasuke ke London?"
"Enggak tahu", jawabnya sambil menggeleng.
"Lah lu yang bilang musuhnya Harry Potter itu Sasuke"
"Iya kan?"
"Voldemort"
"Voldemort itu yang nemenin Goku nyari Dragon Ball"
Kasihan sebenarnya, lama - lama kapasitas otaknya semakin low. Ini pasti karena setiap hari belajar!. Makanya bapak - bapak dan Ibu - ibu, tolong jangan sering - sering nyuruh anaknya belajar, nanti kayak gini jadinya. Kasihan dia, hidupnya penuh beban, otaknya tertekan, jiwanya terguncang. Nasib itu ada di tangan takdir, jadi kalau anaknya dapat nilai jelek bukan salah dia enggak belajar tapi karena takdir. Bukannya segala sesuatunya suda di tuliskan, kalau gitu yaudah, memang sudah takdir, kalau udah waktunya pintar juga nanti kita pintar, ingat! Semua sudah di tuliskan. Habis ini anak - anak bengal pada khotbah ke emak dan bapaknya pakai kata - kata gue. Mampuslah si Author, sudah jadi perusak generasi bangsa hahahah. (Author : apa salah gue 😭).
"Lol, lu nonton film kartun dimana sih? Alurnya berantakkan"
"Aku nonton di radio," jawabnya tanpa dosa, lepas aja, langsung pergi sambil cengengesan.
Sumpah aing pengen tobat, mandi wajib weh mandi wajib.
Lalu dia mengajakku ke sebuah kamar lagi, pintunya berwarna Pink. Ini kamar apaan? enggak ada gantungan kancut sama kondom berati bukan kamar pecinta wanita nih.
"Ini kamar hewan peliharaan ku, namanya Sashi"
Wahh hewan peliharaan aja di kasih kamar, apalah si Esmel yang cuma tinggal di Aquarium kering. Seketika gue penasaran, kamarnya besar, apa yang dia pelihara? Kijang? Jerapah? Kudanil? Tapir?.
"Lu pelihara apa Lol?," tanya gue penasaran.
"Penasaran ya? Mau tahu? Mau tahu banget atau mau tahu aja? Hayo? Ngaku? Ngaku? Penasaran enggak? Ih mau tahu ya? Mau tahu? Ah pasti lagi nebak - nebakkan? Ih kepo ya? Hayo? Kasih tahu enggak nih?," katanya sambil goyang - goyang tarian Gon chan.
Siapa yang jomblo gue mau giveaway cewek nih!, ayo semua lempar nomor. Gue kesal bangsad!.
"Kok diem?," tanyanya ke gue yang daritadi sedang memasang wajah datar, mata, bibir, hidung cuma segaris kayak emoticon WA.
"Lagi nahan mau ngomong kasar"
"Ayo keluarkan saja, jangan di tahan - tahan"
Gue menarik nafas, menghembuskannya perlahan lalu...
"Bangsat", ucap gue dengan nada re sambil tersenyum.
"Yeay horeeee"
prok prok prok....
Gue di tepokkin, iya anggaplah aku abu. Sesuka mu sultani, sesukamu!.
Dia membuka pintu kamarnya, lalu kami masuk. Busehhh ini kamar dua kali dari kamar gue!, ini yang tinggal hewan atau jelmaan?. Gue berdecak kagum dengan semua kemewahan ini, tapi daritadi gue enggak melihat apa yang dia peliraha. Dia meliharan beda dimensi atau gimana ya?.
"So? Lu pelihara apa?"
"itu"
Dia menunjuk ke sebuah toples beling yang tergeletak di atas ranjang sultan.
Hey, jangan bilang dia pelihara toples ya?
Hue nanti akan bingung harus menggolongkan dia seperti apa? Orang gila aja enggak akan pelihara toples.
"Lagi bobo," sambungnya lagi.
Sumpah suasana jadi semakin menyeramkan, enggak tahu gimana caranya dia bernafas dan tumbuh tapi terlalu mengenaskan kalau dia harus peliraha toples lalu di bikinin kamar seperti Sultan?. Derajat gue lebih rendah daripada toples. Cat!.
"Lu pelihara toples, Lol?"
Dia tersenyum lebar lalu mengangguk, gue sebenarnya sedang hidup di dunia apa sih bambang!. Dia berlari dan dengan antusias mengambil toples itu lalu menunjukkan ke gue.
"Ini namanya Sashi"
Gue cuma bisa bengong sambil melihat sebuah toples kosong bertutup warna pink. Gue nengok ke dia, lihat ke toples lagi, ke dia lagi, gue cengoh, secengoh - cengohnya orang bego, bahkan gue lebih cengoh daripada orang bego.
"Lol, gue tahu lu kurang bahagia tapi setidaknya pelihara kutu itu lebih baik daripada toples kosong"
"Memang Sashi jelek?"
"Ehm tapi dia bukan lah benda hidup yang dapat di pelihara"
"Tuyul bukan makhluk hidup tapi di pelihara"
"Setidaknya dia bisa ketawa walaupun ghoib"
"Oh jadi buruk karena Sashi pendiam ya ?"
Ya itu toples gimana bisa gerak!, dia kan benda mati. Gue tadinya mau kasih kesempatan, melihat gini kok rasanya lebih baik gue kesurupan ya?. Bisa enggak sih gue resign dari situasi ini?, serem njir.
"Gini ya Lola, biarpun gue melihara coro setidaknya dia makhluk hidup. Bukan benda mati kayak yang lu pegang"
Dia memandangi toplesnya sambil tersenyum.
"Tahu enggak kenapa Lola suka Sashi?"
Ya mana gue tahu, lu kata gue cenayang!. Boleh enggak peduli enggak sih?.
"Kenapa?," tanya gue balik atas asas basa - basi atas dasar terpaksa.
"Karena Sashi diam saja. Sama seperti Lola saat Mama meninggalkan Lola. Satu lagi, Sashi tidak akan pergi kalau Lola tidak membawanya, dia tidak akan pindah kalau bukan Lola yang pindahkan. Sashi lebih bisa menjaga perasaan Lola ketimbang manusia yang hidup di dunia ini. Sashi juga baik, dia menjaga snack kesukaan Lola agar tetap renyah dan tidak rusak. Padahal Snack itu sepele tapi dia bisa melindungi, sedang Lola yang bukan hal sepele di biarkan begitu saja oleh Mama. Sashi, mungkin menurut orang dia benda mati, tapi... Kehidupan tidak memberikan peraturan tetap kalau kita harus selalu menyanyangi yang hidup. Benda mati juga patut di hargai kan?"
Waow gue harus gimana? Gue enggak tahu darimana dia bisa memiliki pemikiran yang seperti itu, bahkan setiap hari dia kelihatan bloon di depan mata gue meski dia berkali - kali juara olimpiade. Tapi gue enggak tahu kalau ada manusia yang punya pemikiran seperti Lola di dunia ini. Jadi harus bagaimana gue menanggapinya?.
"Tapi kan enggak harus di kasih kamar kayak kamar manusia, Lola"
"Kata Papa, kita harus berusaha maksimal untuk sesuatu yang kita cintai dan sayangi. Jadi Lola maksimal untuk Sashi"
Kalau Toples aja di buatkan kamar, gimana kalau Esmel di pelihara sama dia? Bisa - bisa di daftarin masuk sekolah. Hidupnya rumit tapi menarik ya? macam acara TV.
Dia membaringkan Toplesnya lagi di atas ranjang lalu keluar dengan menutup pintu pelan - pelan. Mau keras juga dia enggak bakal bangun!, kalau bangun gue yang lari!.
"Nah sudah House tournya, sekarang Abang mau apalalagi?"
Sebenarnya ada sesuatu yang pengen banget gue tahu, tapi rasanya terlalu sungkan untuk kepoin ke dia. Tapi gue juga penasaran, sebenarnya secantik apa sih Mamanya sampai Om Kevin yang tampannya melebihi dari batas maksimal aja di tinggalin!. Sedang bokap gue aja yang ada satu level di bawahnya, nyokap masih ngegandol aja.
"Ada satu, tapi jangan marah ya"
"3nggak kok"
"Mama lu? Gue penasaran sama Mama lu"
Jegerrrrrrr (suara petir), mungkin Lola akan merasa seperti itu. Karena dia hanya diam dan mematung di hadapan gue.
"Mau tahu?"
Entah kenapa gue berfirasat dia akan goyang Ghon can kayak tadi. Sumpah kalau iya gue langsung gosok ceret.
"Iya titik", sampai gue eja tanda bacanya.
Dia menarik tangan gue dan mengajak gue ke sebuah ruangan yang terpencil di pojokan udah kayak warung remang - remang. Saking terlukanya yah si Om, sampai kenagan istrinya di pojokin gini!.
Ceklek (bunyi engsel pintu)
Krietttttt (bunyi engsel pintu)
Ctak (bunyi tombol nyalain lampu)
Lalu kemudian terlihat lah sesuatu yang besar, yang di tutup dengan kain putih yang kumal dan penuh debu. Sorry - sorry gue enggak salah panggung kan?, kok kayak ada di pemuja setan. Bahkan lantainya aja berdebu, sarang laba - laba bergelantungan di mana - mana, tak lupa juga laba - labanya. Lola mengambil ujung kain yang tergantung hampir menyentuh tanah, lalu
Srakkkkk
Clingggg
"Ini sih Dewi"
Gue lihat sebuah lukisan perempuan cantik, berkulit putih, bermata biru, berambut coklat, kayak boneka persia. Emaknya sex doll atau gimana? Ini serius ada perempuan hidup secantik ini?. Tapi kenapa Lola mirip barbie lokal?.
"Emak lu secantik ini, Lol?"
"Terakhir Lola lihat Mama langsung saat Lola umur 4 tahun. Sisanya lihat di IG atau FB, Lola DM enggak pernah di baca atau di balas. Kayaknya dia lupa kalau punyak anak"
"Dia ini apa? Bidadari? Tunggu - tunggu bokap loe jaka tarub? Sumpah ini mah cantiknya virtual"
"Ya dia cantik tapi... Udah lah"
Dia berusaha menutupi air matanya. Duh gue sebagai jantan kok enggak tega ya rasanya. Gue langsung narik dia ke pelukkan gue.
"Nangis aja, gapapa", kata gue sambil mengelus rambutnya.
"Hiks hiks hiks.... Huaaaaa Lola kangen Mama tapi Mama enggak, Cinta Lola bertepuk sebelah tangan huuuu haaaa sruuutttt(nyusruk ingus di kaos gue)"
Iya gue tahu dia sedang mendalami kesedihannya tapi tolong jangan korbankan apapun termasuk Hygiene perangkat badan gue, arggghhh. Di saat kayak gini pun masih sempatnya dia jadi menyebalkan.
Perlahan - lahan gue jauhkan dia, sebelum baju gue basah kuyup karena ingusnya.
"Udah ya jangan nangis lagi," karena semakin lama loe nangis, kebersihan gue semakin terancam.
"Terimakasih ya, Bang Sat"
Udah di hibur malah di bilang BangSat. Salah bokap kasih nama panggilan, harusnya gue di panggil Bijak. Kan so sweet kalau di panggil "Bang Bi" uch uch uch.
***
Duh ini sudah sore tapi gue belum balik juga, gue takutnya di rumah udah di siapin pengajian aja nih.
"Lol, gue balik ya"
"Boleh tapi biar di antar ya?"
"Pakai kuda emas?"
"Lola mana punya? Tapi itu belinya dimana?"
Dia mau beli induknya atau gimana? Nanyanya kayak nantangin banget?.
"Ya mana ada, di Cat sendiri aja kudanya"
"Yaudah sini Lola antar ke basement"
"Buseh rumah punya basement"
Di tariknya gue lalu di bawah turun ke bawah. Gue terperangah, mobil berjejer udah kayak lagi di lelang di polsek. Ini mobil asli semua atau semua serbuk ajaib yang kalau kena air langsung berubah jadi mobil?. Ini belinya seminggu sekali kali ya, makanya bisa baris kayak mantan.
Dia menyuruh sopirnya untuk mengeluarkan mobil yang biasa dia pakai. Mobil pintu geser smooth, alias alpalaret.
"Naik lah bang, hati - hati di jalan ya,"
katanya lalu salim. Lah gue udah kayak guru ngaji.
"Iya. Kagak usah salim"
"Belajar kalau nanti beneran jodoh"
"he he"
Bingung juga gue kalau gue beneran sama dia. Jangan - jangan bokapnya minta rontokkan jenggot Fira'un untuk jadi mas kawin. Habis apalagi? Segalanya aja dia punya, bahkan lumba - lumba juga ada.
"Yaudah. Thanks ya Lola atas pamer kekayaannya"
"Besok - besok main lagi ya?"
"Iya nanti gue beli tiket dulu buat nonton lumba - lumba. Bye"
Dengan smooth pintu bergeser menutup, emang beda dah kalau mahal mah. Gesernya lembut banget kayak kulit perawan.
***
Sampai di rumah Nyokap udah duduk berdua di depan tv, berdua sama bokap. Dari keduanya terlihat wajah sumringah, dalam hati merasa lega karena pas pulang mereka udah selesai mesum.
"Udah, Sat?"
"Mama dan Papa udah belum?"
"Apanya?"
"Lah Satria apanya?"
"Itu makanan buat Lola?"
"Udah"
"Oh yaudah. Loh Mama dan Papa udah apanya maksud kamu?"
"Bercurahnya udah Ma? Hahahha kaboooorrr"
"Dasar anak gendeng!"
Gue berlari masuk ke kamar, lalu berbaring di ranjang. Kaki pegel bray, keliling rumah yang segede GBK. Heran gue ada ya orang terlanjur tajir kayak gitu. Tapi kasihan juga sih sama kisah hidupnya, hemp kenapa gue jadi mikirin Lola?.
Gue tengok Esmel sedang menari manja di gelas, dengan lembut gue ambil dia dan gue ajak bicara.
"Menurut kamu Lola gimana? Dia enggak benci loh sama kamu? Kayaknya cuma dia, perempuan yang menerima keberadaan kamu di dunia ini. Apa aku patut kasih kesempatan?"
Esmel diam sambil menggerak - gerakkan antenanya. Lalu dia berjalan di lengan gue, dia naik lalu sampai di pipi gue, dia tusuk dikit pipi gue pakai antenanya lalu dia turun lagi secara baik - baik. Asyik gue udah di izinkan poligami.