Deby pun menghela nafas panjang. "Jadi duluuu sekali, Renji pernah bilang kepadaku. Kalau rumah tidak praktis jika ditinggali sendirian," kata Deby. "Karena itulah dia memilih penthouse untuk sementara. Tapi begitu dia menikah, menurutku kemungkinan besar akan pindah ke tempat yang disukainya."
"Oh, astaga..." desah Nana. Rasanya sesak di dada justru berganti hampa seketika. "Apa kau tahu dimana tempatnya, Deby?"
"Tidak. Haha..." kata Deby cepat.
Dari seberang sana... helaan nafas Nana bahkan terasa sangat berat. "Tetap saja, kuharap tempat itu tak terlalu jauh dari kita berdua," katanya sedih. "Ahhh... aku tak mau membayangkannya, Deby."
Deby pun tertawa kecil. "Kalau begitu jangan dibayangkan," katanya sederhana. "Cukup bantu dia kalau nanti sudah pulang. Mulai dari memberi kesan. Membaik-baikkan lelaki yang akan dia nikahi, dan masih banyak yang harus kau kerjakan."
Ah, sial. Kenapa Deby selalu benar?
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com