Haru mendongak ke langit-langit kamar tanpa sandar. Satu tangannya meremas kerah bathrobe Renji seperti ingin mengoyak, satu lagi meremas rambut Renji seperti ingin mencabut seluruhnya dari sana.
"Kkh..."
Mata Haru berkaca-kaca. Bibirnya yang sudah membengkak karena gigitan-gigitan semakin terbuka saja. Melepaskan segalanya.
"Tidak buruk, hm?" kata Renji. "Posisi ini lebih membuatmu terlihat bernafsu, sadar tidak?"
"Uhh."
Mereka bertatapan dalam sejenak sembari mengambil nafas. Haru merona. Dia melirik ke bawah tempat kedua jari Renji meluncur keluar dengan mulus. Membuat kakinya keram, tapi juga ingin bertahan. Sebab bendanya kini benar-benar butuh pelepasan lebih lagi. Keras.
Tidak.
Cairan pre-klimaks yang barusan keluar saja tak cukup untuk membuatnya puas.
Haru haus. Dia ingin dimasuki Renji ke sudut yang terdalam lagi pagi ini.
"Jangan pura-pura tidak mau," kata Renji. Pria itu mengecup bibir Haru sekilas. "Bukankah ranjang agak membosankan?"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com