webnovel

Dimensi Cincin IV

Di tambah dengan rambut basah panjang yang tergerai, menambah sensualitas yang ada, disertai dengan wangi harum dari sabun dan sampo yang di pakai Pitaloka, sehabis mandi membuat gairah menjadi bertambah

Adi yang melihat adegan itu tanpa sadar nafasnya menjadi tidak teratur, dan suhu tubuhnya menjadi panas, terasa seperti ada api yang membakar tubuhnya, dengan tangan yang bergetar dan kaki yang sedikit kaku dia melangkah untuk naik ke atas kasur

Seakan sudah menunggu kedatangan adi, Pitaloka yang berbaring bersandar di kasur tersenyum dengan menawan dan memeluk adi yang telah naik ke atas kasur

Dengan suara yang seperti alam dia memanggil " sayang aku sudah siap"

Seakan sebuah panggilan yang telah dinanti, adi yang telah menahan rasa api yang membakar tubuhnya melumat dengan penuh gairah bibir kecil Pitaloka yang penuh dengan keharuman, dan seolah - olah harimau yang telah lepas dari kandangya, dia berlari dengan penuh semngat ke arah hutan lebat, dan tak lama terdengar suara auman yang panjang, seakan memproklamirkan kembalinya seorang raja hutan

Dan tak lama kemudian, terdengar suara merobek dari baju tidur yang ada, dan suara kasur yang berayun serta berderit dengan penuh irama, di kamar yang menawan, sambil sesekali di selingi oleh suara nafas yang memburu dan suara menawan dari seorang wanita cantik, yang terdengar sakit namun juga gembira

Setelah peperangan antara dua dimensi dan dua ras, akhirnya pertempuran itu berakhir dengan imbang, di karenakan kurangnya pengalaman dan tenaga yang tidak memadai, menjadikan pertempuran itu hanya singkat namun berulang-ulang

Langit di dalam dimensi Cincin seperti layaknya langit yang ada di luar, berganti dengan sangat alami dan seperti perputaran bumi yang mengelillingi matahari

Dengan sangat alami dan sangat halus, layaknya angin musim semi yang berhembus menerbangkan debu yang mengendap di atas tanah, seperti kepompong yang telah terbuka menampakan aura yang baru dan identitas baru

Kedua anak dari ras yang berbeda, kini menjelma menjadi dewasa setelah pembaptisan fisik, dan mental dalam semalam, menjadikan perbedaan menjadi satu, menjadikan dua raga menjadi satu, menjadikan dua hati menjadi satu, dan menjadikan dua dunia menjadi satu

Itulah gambaran yang bisa di ungkapkan untuk kasus Adi dan Pitaloka, yang telah resmi, baik secara fisik maupun batin menjadi sepasang suami istri yang berbeda ras dan dunia, menjadikan perbedaan itu menjadi indah di bawah naungan langit dimensi cincin yang berbalut cinta

Tampak tangan halus dan putih yang terlihat begitu cantik, seperti porselin antik yang takut pecah jika salah di pegang, memeluk erat sesosok tubuh yang maskulin dengan warna putih kecoklatan

Adi yang mulai terbangun dari tidurnya, mulai memindai keadaan yang ada di sekitarnya, merasakan ada sesuatu yang menimpa tubuhnya dia perlahan membuka mata untuk melihat, apa yang membuat nafasnya menjadi agak berat karena tertindih

Saat dia membuka matanya dan melihat ke arah bawah, dia melihat rambut halus yang panjang tengah menutupi sebagian pandanganya, menyisihkan dengan lembut dia melihat wajah yang halus dan cantik sedang tertidur lelap di atas tubuhnya

Tidak bisa tdak tersenyum, melihat pemandangan ini, selalu membayangkan kejadian ini ketika dia menonton film romantis yang ia tonton, kini melihat dirinya menjadi seperti protagonis dalam film membuat dirinya bahagia dan ekstasi, karena kini dia bisa merasakan perasaan apa yang di rasakan oleh protagonis dalam film tersebut

Pitaloka yang kepalanya dibelai dengan lembut menjadi terbangun dengan gerakan yang dilakukan oleh adi, bangun dan memfokuskan pandangannya kemudian menatap ke atas, dia tersenyum menatap adi sambil tetap memeluk tubuh adi

"Pagi sayang"" adi berkata sambil mencium kening Pitaloka

"Pagi juga sayang, kamu udah bangun duluan yah, maaf sayang" berkata meminta maaf dengan tulus kepada adi

"Kenapa kamu minta maaf?"

"iya sebagai istri yang baik aku telat bangun menyiapkan sarapan untuk suamiku" Pitaloka berkata dengan suara yang agak menyesal

"hahahaha aku pikir kenapa, ternyata karena kamu telat bangun, dan tidak bisa menyiapkan makanan untuk aku, gapapa sayang aku ngerti ko, lagian semalem kamu kuat banget perangnya, heheheh" berkata adi sambil sedikit bercanda dengan Pitaloka

"Huuuuuuuufft,.... aku ga mau kalah sama kamu, lagian ini kan pertama buat aku dan kamu, jadi aku pengen jadi pertama yang bertahan sampai terakhir, tapi ternyata kamu kuat juga buat bertanding dengan aku" berkata dengan wajah yang sedikit merah menahan rasa malu

"Iya jelas lahhhhh aku ga mau kalah, masa di malem pertama aku yang kalah, ga lahhh, tapi aku juga kaget ternyata kamu pemain pro juga hahahah"

"Yaudah ahhh, bangun udah pagi kamu harus sarapan kan, dan kembali ke rumah kamu nanti kamu dicari orang tua kamu lagi""

"Oh ya aku hampir lupa sayang, kalo kamu ga ngasih tahu, bukannya udah kemarin aku pergi sama kamu, mereka pasti bingung sekarang yari aku" berkata dengan sedikit panik kepada Pitaloka.

Bab berikutnya