webnovel

Bab 13

Hai... hula hula...

Siapa yg kangen Elang dan Elita...akhirnya mereka datang... wkwkwk... #plakauthorsomplak wkwkwk..

Happy Reading...

Pukul lima sore mereka pulang, Elang langsung menarik pergelangan tangan Elita saat Elita sedang berjalan di lobi. "Pak, ada apa?" tanya Elita dengan wajah terkejutnya sambil berjalan mengikuti Elang.

"Ikut saja, ada hal penting yang harus kita lakukan."

"Apa, Pak?" tanya Elita masih dengan wajah terkejutnya.

"Sudah, jangan banyak bertanya," ucap Elang yang sudah membukakan pintu mobil sebelah kemudi untuk Elita.

Elita pun menuruti apa yang di katakuan bosnya. Elang kembali menutup pintu mobil dan segera berlari ke pintu kemudi. "Ada apa sih, pak?" tanya Elita saat mobil mulai melaju meninggalkan parkiran kantor.

"Sudah, ikut saja. Nanti kamu juga tahu," jawab Elang fokus mengendarai mobilnya.

Tidak ada pembicaraan lagi, Elita hanya diam menatap jalanan. Namun arah jalanan yang di lalui ia merasa tahu. "Bapak mau ajak saya ke rumah Nenek bapak?" tanya Elita menatap ke arah Elang.

"Iya, apa ada masalah?"

"Secepat ini, Pak?" tanyanya tidak percaya.

"Lebih cepat lebih baik."

"Tapi saya gak bawa apa-apa, Pak?"

"Tenang, nanti kita mampir ke toko buah langganan saya," jawab Elang santai. Elita pun kembali menatap ke depan dan sepanjang perjalanan tidak ada pembicaran di antara mereka.

Sekitar pukul 17.45 wib mereka sampai dirumah Nenek Elang. Di sana para keluarga sudah berkumpul diruang keluarga, sebagian para wanita memasak di dapur. Sepupu Elang ada yang laki-laki dan sudah dewasa mengobrol bersama orang tua sedangkan yang muda sibuk dengan handphonennya.

"Assallamualikum," sapa Elang dan Elita bersamaan dan di jawab salam oleh orang rumah yang beraada di ruang tamu.

"Dia wanitanya?" tanya paman Elang sambil melihat penampilan Elita dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Nenek ada dikamar?" tanya Elang tanpa mempedulikan pertanyaan Angga.

"Gak sopan, ditanya orang tua tidak menjawab!" cibir Angga.

"Iya, dia calon istriku, bukankah paman sudah mengenalnya?" tanya Elang kesal kemudian ia pergi begitu saja tanpa berpamitan pada keluarga yang ada di ruang keluarga.

Elita hanya bisa tersenyum dan membungkukkan tubuhnya saat dengan kasar Elang menariknya untuk pergi dari sana. Mereka berjalan ke arah kamar Nenek dengan Elang yang masih menarik pergelangan tangan Elita dengan erat dan mau tidak mau Elita menurutinya.

Elita bisa melihat raut wajah kesal Elang dari samping, ia tahu bagaimana keadaan keluarga Elang. Terutama pamannya Angga yang selalu memojokkannya. Jangan terkejut dengan Elita yang tahu tentang keluarga Elang, semua terjadi semenjak Elita tahu bagaimana Elang. Sejak saat itu Elang selalu terbuka tentang dirinya bahkan membicarakan keluarganya. Elita pun sering menemani bosnya itu mabuk hingga menjelang pagi. Ia hanya menemani tanpa ikut minum dengan bosnya.

Elita tidak mau menyentuh alkohol semenjak kejadian malam itu, kejadian dimana dengan murahannya ia tidur dengan pria yang tidak ia kenal dan menghasilkan Aldebaran. Titik awal dunianya berubah yang membuatnya hampir menyerah untuk menggapai mimpinya. Namun, melihat wajah putranya saat ia terlahir kedunia, segala mimpinya berubah. Ia yang awalnya ingin menunjukkan pada dunia walau ia tidak diinginkan orang tuanya dan di buang kepanti asuhan, ia bisa menjadi orang sukses yang sama seperti orang lain yang memiliki orang tua lengkap. Kehadiran Aldebaran membuatnya bermimpi untuk bisa membesarkan anaknya walau ia hadir dari hubungan terlarang.

Elang mengetuk pintu kamar Neneknya, setelah Nenek menyuruhnya masuk ia pun masuk seraya tersenyum. Elita tersenyum menyapa Hanum sambil berjalan di belakang Kenan. "Kemari El," ucap Nenek sambil menggerakkan tangannya agar Elita mendekat.

Elang memutar malas bola matanya, cucunya siapa yang di suruh duduk dekat dengannya siapa. "Kenapa enggak bilang kalau kamu ada hubungan dengan Elang?" tanya Hanum sambil memukul lengan Elita.

"Kita hanya sebatas teman kerja Nek," ucap Elita.

"Jangan bohong, Elang hari ini datang kesini dan meminta para keluarga berkumpul disini karena ia akan meperkenalkan calon istrinya," ucap Nenek kembali memukul lengan Elita.

"Terpaksa Nek, gak ada yang lain lagi, jadi aku yang di tarik-tarik kesini," jawab Elita begitu manja.

Elita dekat dengan Orang tua, Nenek dan keponakan Elang. Hanya sepupu Elang yang lebih dewasa yang tidak dekat dengannya. Mereka memandang Elita hanya karyawan, jadi tidak pantas bergabung bersama mereka. Berbeda dengan orang tua Elang dan Neneknya yang tidak melihat orang dari status sosialnya. Yang terpenting bagi mereka adalah orang yang baik, sopan dan menghargai orang lain serta orang jujur.

"Serius?" tanya Nenek menatap serius Elang.

Elita tersenyum kemudian ia memeluk Hanum, "Becanda, Nek," ucap Elita membuat Hanum tersenyum.

"Jadi, kapan kalian menikah? Nenek sudah enggak sabar nimang cicit dari kalian,"

Elang tersenyum kemudian ia memeluk Neneknya dari samping tubuh Elita membuat Elita terapit diantara Nenek dan Elang. Tidak ada rasa canggung diantara mereka karena mereka sudah terbiasa melakukannya. Walau kemarin saat acara ulang tahun beberapa keluarga tidak mengenali gadis yang berciuman dengan Elang karena vidionya tidak begitu jelas.

Dering ponsel Elang membuat Elang permisi untuk mengangkat telponnya. "Kenapa enggak pernah bilang kalau kamu pacaran dengan Elang?" tanya Nenek saat Elang sudah keluar dari kamar Nenek.

"Memangnya enggak apa-apa, Nek?" tanya Elita serius.

"Kenapa enggak boleh?"

"El bukan wanita baik. El juga anak yang enggak jelas," jawab Elita menundukkan kepalanya.

"Enggak ada orang yang mau hidup tanpa orang tua dan gak ada orang yang pernah melakukan kesalahan. Kamu orang baik El, buktinya kamu mempertahankan anak yang tidak bersalah. Kamu wanita sekaligus ibu yang baik, Nenek bangga sama kamu," ucap Hanum begitu lembut.

"Makasih Nek, kata-kata Nenek itu selalu jadi penyejuk aku."

"Apa kamu sedang ada masalah? Sampai-sampai kamu merasa seperti ini?" tanya Hanum sambil membelai puncak kepala Elita. Elita tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Hanum.

"Nek, apa tidak masalah jika aku menikah dengan Bang Elang dengan statusku yang memiliki anak tanpa suami?"

"Kalau Nenek tidak ada masalah, tidak tahu dengan Elang."

"Orang tua Bang Elang pasti tidak akan setuju, Nek," ucap Elita berusaha untuk meyakinkan Nenek supaya ia tidak usah menikah dengan Elang.

Elang orang yang penurut, apalagi jika itu ucapan orang tua dan Neneknya. Elita yakin orang tua Elang tidak akan bisa menerima Elita jika tahu ia sudah memiliki anak tanpa ada ikatan pernikahan. Entahlah, ia memang setuju untuk menikah tapi keraguan dalam hatinya semakin menjadi kala ia masuk kedalam rumah Nenek Elang.

Para keluarga Elang yang keadaannya tidak bisa ia sesuaikan. Ia takut Aldebaran nantinya akan menjadi bahan olokan mereka. Keluarga Elang sudah sangat baik, bahkan Nenek juga begitu baik padanya juga Aldebaran. Ia tidak mau karena kehadirannya yang biasa-biasa saja dan anaknya nantinya akan membuat Nenek dan orang tua Elang mendapat hujatan.

Nenek menatap Elita dengan raut wajah tidak terbaca kemudian tangannya terulur untuk menyentuh pipi Elita. "Apapun nanti keputusan akhirnya, Nenek tetap berpihak sama kami dan Aldebaran," ucap Nenek seraya tersenyum hangat.

Elita tersenyum kemudian memeluk erat tubuh tua Nenek. Ia meletakkan dagunya di bahu Nenek dan tanpa terasa ia menangis. Ia begitu berterimakasih karena di beri kesempatan untuk mengenal Hanum karena ia bisa mendapatkam kasih sayang keluarga. Walau saat pertama kali tahu jika Aldebaran adalah anaknya, Nenek sempat tidak pergi ke panti asuhan selama hampir dua bulan. Nenek mungkin terkejut karena sekretaris kepercayaan cucunya yang katanya masih single sudah memiliki anak. Ia merasa sudah di tipu oleh Elita yang terlihat seperti wanita baik-baik.

Saat bertemu di perusahaan atau pun di rumah ketika Elang mengajaknya pergi mengunjungi Neneknya, Hanum tidak banyak bicara. Sampai akhirnya Nenek kembali berkunjung kepanti asuhan dan bertemu dengan Aldebaran juga ibu panti. Ibu panti menceritakan tentang Elita dan bagaimana ia bisa memiliki anak, walau sedikit kecewa tapi ada rasa kagum karena Elita mau membesarkan anaknya.

Diumur Elita yang begitu muda biasanya mereka akan berpikir untuk menggugurkan kandungannya dibandingkan mempertahankan. Apalagi ia mengandung anak dari pria yang tidak tahu asal usulnya. Pintu kamar Nenek terbuka membuat Elita langsung melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya. Elang menatap dua wanita beda generasi di hadapannya itu dengan tatapan bingung melihat ekspresi calon istri dan Neneknya.

TBC...

Cie Elang, calon istri... wkwkwk.

Yuk, ramaikan koment, Vote dan Power Stonenya guys...

Bab berikutnya