Baru saja sampai di kampus dengan penampilan seperti biasanya yang sederhana tetapi selalu menarik itu adalah gadis polos yang bernama Shil. Tadi pagi ia dibangunkan oleh Lenna sahabatnya yang juga ternyata terlambat bangun.
Tidak ada yang dilakukan oleh para perempuan hingga telat bangun pagi adalah drama korea. Tadi malam Lenna memaksa gadis itu untuk menemaninya menonton hingga tak terasa waktu sudah dini hari dan Shil hanya tertidur dalam kurun waktu 2 jam saja.
Benar-benar menyebalkan, pikir gadis itu. Ia berjalan dengan lesu memasuki fakultasnya dan seperti biasa sudah banyak orang yang berlalu lalang disekitarnya membuat Shil ingin segera cepat sampai di kelasnya berada.
Ada alasan mengapa ia menjadi merasa gugup ketika ditengah keramaian, itu karena dirinya masih takut untuk mengingat kembali hal memalukan yang pernah dilakukannya.
Semua orang tampak sibuk berbisik-bisik, bahkan berbincang menyebut nama seseorang yang tentu saja semua orang pun akan tahu siapa 'dia' yang sedari tadi mereka bahas.
Shil yang menyadari hal tersebut, langsung memberanikan diri mendongakkan kepalanya dan memandang sekitar dimana semua orang sedang gencar-gencarnya membicarakan seseorang itu.
Keningnya langsung berkerut, ia menjadi penasaran dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada seseorang itu. Sepertinya sesuatu yang sangat penting sehingga semua orang pun begitu bersemangat membicarakannya.
Gadis itu menatap kearah kanan dan kirinya, kemudian tidak sengaja menemukan para temannya yang saat ini sedang berdiri di depan pintu kelas belajar mereka seperti biasa.
Salah satu temannya Shil pun yang menyadari kehadirannya langsung melambaikan tangan seolah ia harus mempercepat langkahnya untuk segera sampai disana.
Dan, benar saja, spontan Shil mulai mempercepat langkahnya hanya untuk mengetahui hal apa yang akan temannya itu bahas saat ini. Apakah tentang 'dia' atau masalah tugas kelompoknya?
Ketika baru saja sampai di depan teman-temannya, Shil mendengar bahwa mereka sedang membicarakan bahasan yang sama seperti semua mahasiswa dan mahasiswi lainnya.
Gadis itu pun berkata, "Kalian bahas siapa sih? Kok aku perhatiin dari tadi semua orang bahas tentang---" salah satu dari mereka menyela ucapannya, berkata, "Seriusan lo gak tahu, Shil? Ya Tuhan, lo bakal bener-bener galau tahu gak kalau sampe liat ini!" ujarnya yang sedikit mendramatisir keadaan.
Temannya itu pun memperlihatkan sebuah ponsel dengan layar telepon yang menyala. Lalu, ia mulai tertarik perhatiannya pada sesuatu yang ada disana, yaitu sebuah media yang memberitakan tentang seorang anak dari Perusahaan keluarga Albert akan segera bertunangan dengan seorang putri dari rekan bisnisnya.
Mengetahui itu Shil langsung merasakan sesak di hatinya, ia dengan segera mulai kembali mencoba menyeimbangkan dirinya agar tidak terjatuh atau mungkin ... tidak sadarkan diri.
Terakhir yang didengarnya adalah sebuah teriakan histeris dari semua temannya yang berada didekatnya. Shil tidak bisa melihat sekitar karena semuanya tampak gelap dan setelahnya ia tidak bisa mengingat apapun lagi.
Sementara itu teman-temannya menatap Shil yang jatuh pingsan dengan begitu khawatir, bukannya cepat-cepat mengambil tindakan, tetapi mereka bahkan malah menyempatkan waktu untuk bertengkar seperti ini di waktu yang tidak tepat.
"Lo, sih! Udah gue bilang jangan sampe dia tahu, jadinya berabe kan urusannya, ck!" ujar gadis itu yang membuat temannya yang baru saja memberitahu Shil pun seketika menyesal.
Perempuan itu pun berkata, "Ya maaf, gue gak tahu kalau urusannya bakal jadi kaya gini," ujarnya bersedih.
Ia lalu menatap wajah damai dari Shil yang saat ini masih tak sadarkan diri itu dalam keadaan yang seperti ingin pulang dan berbaring dikasur empuknya.
"Jadi gimana dong ini?!" tanya salah satu temannya.
Mereka sibuk berdebat hingga salah seorang laki-laki datang dan mengangkat gadis tersebut dan membawanya entah kemana dalam keadaan seperti itu. Tentu saja hal itu mengundang banyak perhatian, apalagi ketika mereka semua tahu bahwa yang menolongnya adalah salah satu dari dua orang laki-laki tampan di kampus ini.
Dia adalah James, si cowok yang katanya terkenal bad boy dan sering berganti pasangan itu saat ini tengah membawa Shil sepanjang lorong kampus menuju kearah keluar dimana mobilnya berada.
Laki-laki itu tampak tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang memandangnya dengan penuh kekaguman. Mengetahui itu, ia diam-diam langsung tersenyum smirk dan menundukkan sedikit kepalanya untuk melihat kearah gadis yang dirinya bawa saat ini.
"TUNGGU!" teriak salah seorang perempuan yang ia yakini adalah teman dari gadis yang dibawanya saat ini.
James memutar tubuhnya dengan Shil yang digendongnya ala bridal style. Pantas saja semua mata memasang tajam kearah gadis itu, rupanya ia sangat beruntung karena yang menolongnya adalah seorang laki-laki tampan dan teman dari si Pangeran Kampus.
Laki-laki itu menatap seorang gadis yang tadi ia lihat sedang bertengkar didepan Shil, kemudian berkata, "Ya?" ujarnya.
James bisa melihat bagaimana kegugupannya dan itu sangat membuatnya muak, ia memalingkan wajahnya kearah lain dan terkekeh setelahnya. Sedangkan gadis itu masih malu berhadapan langsung dengan laki-laki tampan nomor dua setelah si Pangeran Kampus.
"Gue temennya dia," ujar gadis itu sembari melihat kearah dimana Shil berada. Sedangkan James yang melihatnya langsung mengangguk dan berkata, "Gue tahu."
Gadis itu pun langsung menundukkan kepalanya kembali, lalu mendongak sembari tersenyum. Ia berkata, "Lo mau bawa dia kemana?" tanyanya sedikit gugup.
James yang mendengarnya langsung menjawab, ia berkata, "Gue mau bawa dia ke klinik atau ... lo tahu rumah dia gak?" tanyanya yang berhasil membuat semua para perempuan yang ada disekitarnya menjerit tertahan.
Mendengar seorang laki-laki itu berbicara seperti itu saja sudah membuat semua gadis menjerit, apalagi jika memang James ada hubungannya dengan Shil. Tetapi, setelah ini gadis lugu sepertinya harus waspada dengan semua orang.
Seorang gadis yang mengaku sebagai temannya itu pun berkata, "O-oh, thank's ya mau nolongin temen gue," ujarnya benar-benar gugup setengah mati.
James pun tersenyum kepadanya, sangat begitu manis sehingga membuat mahasiswi di kampus ini yang melihatnya kembali menjerit dan tidak ada hentinya berbisik-bisik.
Laki-laki itu mencondongkan kepalanya sedikit mendekat membuat teman Shil itu refleks memundurkan wajahnya karena terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan olehnya.
"Jadi, apa lo tahu dimana rumahnya?" tanya James, tetapi kali ini sedikit memaksa membuat gadis itu meneguk ludahnya sendiri karena gugup sekaligus takut dengan tatapan tajamnya.
Tidak ada yang menyadari bahwa James sedang memandangnya dengan seperti itu, berbeda dengan gadis tersebut yang saat ini begitu menyesali Shil yang harus terlibat dengan lingkaran hitam.
Akhirnya ia pun terpaksa memberitahukan alamat rumah Shil yang sudah pasti tidak akan ada yang tahu, karena gadis itu memang sangat ingin merahasiakan identitasnya sebagai anak dari seorang pria yang sudah pasti semua orang pun ketahui siapa sosok ayahnya yang sebenarnya.
Setelah mendapatkan apa yang James mau, akhirnya ia pun meminta tolong kepada teman Shil itu untuk membukakan pintu mobil belakang dan menidurkan gadis itu disana,setelah itu menutupnya kembali.
Kemudian James pun menoleh kearah gadis itu dan berkata, "Tolong izinin dia, ya. Gue juga mau minta izin bawa temen lo pergi, bye!" ujarnya dengan kedipan mata diakhir.
Barulah setelah itu laki-laki tersebut memasuki mobilnya dan meninggalkan gadis itu seorang diri yang sedari tadi hanya bisa diam mematung tidak berkata apapun lagi.
Perasaannya mendadak tidak nyaman ketika melihat mobil itu pergi, ia merasa telah membuat kesalahan dan seandainya Shil tahu dengan apa yang telah dirinya lakukan saat ini sudah pasti gadis itu akan marah kepadanya.
"Duh, Shil, maafin gue!" ujarnya sangat begitu menyesalinya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi, dirinya benar-benar merasa kurang nyaman dengan apa yang tengah dirasakannya saat ini.
Dan, tentunya ia sangat menyayangkan nasib keberadaan Shil mulai besok di kampus ini.
Sementara itu disisi lain seorang laki-laki sedang menatap layar ponselnya yang memperlihatkan sebuah postingan yang begitu viral di akun media sosial kampusnya.
Kedua matanya melotot tajam ketika melihat sebuah video yang memperlihatkan sesuatu disana, mengetahui hal tersebut ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kembali menyimpan ponselnya di atas meja.