webnovel

Aku, menyukaimu!

"Ayo cepat buka," pinta Leo kepada Sandra yang masih menggenggam bingkisan pemberiannya.

Gadis itu pun mengangguk dan membuka hadiah dari Leo. Matanya berbinar-binar begitu dompet Hello Kitty berwarna pink tampak begitu imut.

"Apakah kamu menyukainya?" Leo bertanya.

Sandra mengangguk. Ini sebuah dompet berbentuk Hello Kitty! Tentu saja ia sangat menyukainya. "Leo, jangan membeli apapun lagi lain kali, kamu telah memberiku banyak barang"

Leo hanya tersenyum puas melihat Sandra tertawa bahagia. Selama Sandra terus tertawa seperti ini di depannya, dia merasa sangat bahagia.

Saat itu juga, Wisnu mulai berulah. Ia merebut hadiah yang diberikan Leo dari tangan Sandra.

"Oh, lagi-lagi kamu memberi Sandra hadiah ya. Kenapa tidak mengatakannya secara langsung saja. Kalian tahu kan kalau aku suka Resty, jadi aku berani mengatakannya.", canda Wisnu sambil memainkan hadiah kecil Sandra.

"Wisnu, jangan membuat masalah, dan kembalikan barang itu kepada Sandra." Wajah serius Leo hampir tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Seolah-olah rahasia yang terkubur jauh di dalam hatinya telah digali keluar oleh Wisnu.

Sandra pun merasa sangat malu. Di matanya, Leo hanyalah sekedar teman dekat, atau sosok seorang kakak mungkin. Yang jelas dia tidak pernah berpikir untuk jatuh cinta dengan Leo. Keduanya sangat akrab satu sama lain, mengetahui semua rahasia satu sama lain. Jatuh cinta dengan Leo terdengar seperti hal yang membuat Sandra menjadi tidak nyaman. Ia pun yakin bahwa Leo juga merasakan hal yang sama. Benar bukan?

"Ayolah, kalau kamu menyukainya, tinggal akui saja apa susahnya sih?", Wisnu masih terus menggoda mereka. Melihat reaksi panik keduanya justru semakin membuatnya lebih bersemangat untuk terus memancing mereka.

Kelakuannya membuat kemarahan Sandra memuncak. Ia pun mengejar Wisnu yang dengan gesit melarikan diri sambil membawa hadiah Sandra yang diberikan oleh Leo. Mereka berdua kejar-kejaran seperti anak kecil. Seakan lupa bahwa status mereka sudah setara dengan mahasiswa.

"Kau ini seperti anak kelas satu SD! Sini kau!"

Ketika Leo melihat Sandra berlari, ia pun mengejarnya, mencoba menghentikan Wisnu agar tidak mengganggunya lebih jauh. Mereka mengejar Wisnu ke seluruh penjuru sekolah. Mereka bertiga begitu aktif dan penuh semangat. Sementara, Resty adalah yang paling pendiam diantara mereka berempat. Tidak pernah sekalipun ada yang melihat gadis pendiam itu tersulut amarah. Bahkan mendengarnya tertawa terbahak-bahak pun tidak pernah. Sandra dan Resty adalah dua orang sahabat dengan karakteristik yang sangat kontras.

Meskipun kata-kata Wisnu barusan membuatnya malu, Resty masih memilih untuk menjadi dirinya sendiri dengan diam. Daripada berlarian dengan aura berapi-api seperti yang dilakukan Sandra saat ini. Sesekali Resty tertawa melihat Sandra dengan nafas terengah-engah masih berusaha mengejar Wisnu yang juga merupakan seorang atlet sepak bola. Tentu saja gadis itu kesulitan menangkapnya.

Kadang-kadang, Resty sangat iri dengan Sandra. Dia bisa tertawa sepuasnya ketika bahagia, bisa mengungkapkan kekesalannya hingga berapi-api seperti saat ini. Ia menjalani kehidupan yang sangat bebas dan mudah.

Satu jam kemudian, keempat sahabat itu duduk di restoran ala barat yang cukup mewah. Resty mengambil menu dan mempelajarinya. Kemudian, dia bertanya kepada satu sama lain apa yang harus dipesan. Lalu bertanya kepada pelayan makanan apa yang enak. Mereka sangat bersemangat untuk menyantap makanan di restoran yang terkenal itu. Jarang sekali mereka bisa menghabiskan waktu berempat. Akan tetapi kejahilan Wisnu membuat suasana sedikit tegang di antara mereka. Wisnu dan Sandra masih saling menatap dengan aura mengancam. Meskipun semua orang telah duduk di ruang makan yang tenang, kedua orang itu masih merasa kesal satu sama lain. Sementara Leo hanya berpura-pura melupakan kata-kata Wisnu. Ia sudah terbiasa dengan keusilan dan mulutnya yang ceplas-ceplos. Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa ia sedikit khawatir Sandra terpengaruh dengan kata-kata tadi dan tidak merasa nyaman dengannya.

...........

Di rumah Sandra, Nico terlihat sedang berbaring santai di atas sofa mungil yang tidak bisa menampung seluruh tubuhnya. Tangannya memainkan ponsel, memutarnya berulang-ulang, seakan menunggunya untuk berdering. Atau mungkin ia justru menunggu waktu yang tepat untuk menghubungi seseorang.

Ia melihat ke arah jam dinding. Ini sudah terlalu larut, sekolah harusnya sudah selesai dari beberapa jam yang lalu. Kenapa Sandra masih belum pulang. Wajah Leo terlihat marah sekaligus khawatir. Kemana gadis itu pergi? Apalah dia dalam masalah?

Ah, tidak mungkin. Meskipun ceroboh dalam pekerjaan rumah tangga, namun gadis itu sebenarnya sangat pintar. Ia tidak akan semudah itu terlibat dalam masalah. Tiba-tiba perut Nico mengerang. Benar juga, ini sudah waktunya makan malam. Gadis itu jelas-jelas telah mengingkari janjinya sendiri untuk membuatkannya makanan tiga kali sehari. Apa boleh buat, Leo pun meletakkan ponselnya dan beranjak pergi ke dapur. Dia mulai meraih beberapa alat memasak dan menggunakannya satu per satu dengan tidak terampil.

Siapa yang bisa membayangkan bahwa Nicolas Atmaja, yang tidak pernah ke dapur sejak kecil, baru-baru ini disiksa oleh seorang gadis yang menyebabkannya jadi sering masuk ke dapur?

Di restoran...

Sandra, Leo dan yang lainnya terlihat sedang bersenang-senang memainkan sebuah permainan. Mereka bahkan dengan asyik minum anggur dalam jumlah besar. Awalnya, Leo bertekad untuk tidak membiarkan Sandra minum. Tetapi di akhir permainan, semua orang mabuk, tak terkecuali Leo yang saat ini merasa seperti sedang melayang.

Pada akhirnya, semua orang minum terlalu banyak dan meninggalkan restoran. Wisnu mengambil kesempatan untuk mengantar Resty pulang, siap untuk menyatakan cintanya lagi. Ia memanfaatkan efek anggur yang membuat Resty menjadi tidak fokus.

Leo menggunakan sepedanya untuk mengantar Sandra pulang. Di jalan, angin bertiup melewati wajah merah Sandra. Ia duduk di atas sepeda dan bernyanyi dengan sangat bersemangat. Meskipun nyanyiannya terdengar mengerikan, tentu saja Leo tertawa bersamanya sepanjang jalan. .

Sandra memeluk pinggang ramping Leo dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain diangkatnya ke atas udara bebas. Ia benar-benar lupa dengan keberadaan bos di rumahnya, yang sedang memasak makan malam untuknya sendiri. Sambil sesekali melirik jam dinding, bertanya-tanya kapan dirinya akan segera pulang.

"Ayo lebih cepat! Aku ingin menangkap angin, cepat!" Sandra yang duduk di belakang berteriak riang, dia telah minum terlalu banyak.

"Oke, duduklah dengan benar.", Leo dengan cepat mengayuh sepedanya, selama itu permintaan dari Sandra, dia tidak pernah berkata tidak.

"Lebih cepat! Lebih cepat lagi!" Sandra menampar pantat Leo, menyuruhnya untuk mengayuh dengan lebih cepat.

Wajah Leo memerah. Di bawah desakan alkohol, arus hangat naik ke puncak hatinya. Dia menoleh ke arah belakang, sambil sedikit demi sedikit memperlambat gerakan kakinya. Melihat wajah Sandra yang memerah, Leo terus menatapnya dengan lembut. Tanpa sadar, tenggorokannya bergerak sedikit, dan kata yang sangat penuh kasih keluar beitu saja dari mulutnya.

"Sandra, aku… aku menyukaimu!"

Suara Leo tidak keras. Bahkan suaranya menjadi terdengar sangat lirih dikalahkan oleh suara angin yang bertiup kencang. Sandra hanya samar-samar mendengar suaranya.

"Ah! Apa kau bilang, berbicaralah lebih keras." Sandra berteriak.

Tetapi saat ini, Leo tidak dapat berbicara lagi, dia takut, terlalu takut akan adanya penolakan dari gadis itu. Bahkan karena begitu takutnya dia bahkan berpikir untuk mempertahankan hubungan saat ini dengan Sandra selamanya. Agar mereka akan tetap menjadi teman terdekat yang dapat membicarakan segalanya.

"Aku bilang, duduklah dengan benar, aku akan mengayuh lebih cepat!"

.............

Bab berikutnya