webnovel

Chapter 14 : Glorius Wings

Didalam ruangan rapat pun suasana terlihat sangat hening, seluruh orang terlihat serius. Kolonel Ryota pun membuka rapat itu.

"Baiklah, mari kita mulai rapat pada hari ini. Mari kita langsung ke intinya saja, ketika pertarungan kemarin melawan Astaroth dan bawahannya, aku dan Kolonel Ray dibantu oleh seseorang misterius bertopeng yang tiba-tiba muncul. Adakah diantara kalian yang mengetahui siapa sosok pria misterius ini?" ucap Kolonel Ryota.

Kolonel Rose pun terlihat sedikit kaget, mengingat dia pernah bertemu dengan pria misterius itu.

"Kolone Ryota, tentang pria misterius itu. Aku pernah bertemu dengannya sekali ketika dia menyelamatkanku ditengah pertarunganku dengan Astaroth" ucap Kolonel Rose.

"Lalu apa kau tau siapa dan alasan dari pria misterius itu menolongmu?" ucap Kolonel Ryota.

"Sayang sekali, aku tidak mengetahui siapa dan apa alasan pria misterius itu menolongku. Namun ketika dia hendak pergi dia berkata padaku jika lain kali kami bertemu kemungkinan dia akan membunuhku"ucap Kolonel Rose.

"Membunuhmu?! Apa-apaan itu? Mengapa orang itu berkata seperti itu kepadamu Rose? Bukankah kau belum pernah sama sekali bertemu dengan orang itu ?"ucap Ryouichi.

"Tenanglah Ryouichi, yang aku tahu orang itu tidak memihak siapapun. Dan pria itu memiliki atribut sihir khusus yaitu atribut [Holy], belum pernah ada prajurit di [The Saviour] yang mempunyai atribut sihir itu"ucap Kolonel Rose.

"Atribut khusus? Aku belum pernah mendengar tentang hal itu sama sekali. Bisakah kau menjelaskan padaku?"ucap Ryouichi kebingungan.

"Atribut khusus terdiri dari dua elemen yaitu [Dark/Kegelapan] dan [Holy/Suci], sejauh yang kita ketahui atribut sihir [Dark/Kegelapan] dimiliki oleh para Demon dan atribut [Holy/Suci] belum pernah ada manusia yang terlihat menguasai atribut itu sebelumnya. Namun berdasarkan informasi para peneliti di Reruntuhan Kuno, atribut [Holy/Suci] hanya dimiliki oleh satu ras langka. Dan ras itu adalah ras Malaikat" ucap Kolonel Rose.

Seluruh ruangan pun terlihat bingung memikirkan tentang siapa identitas dari pria misterius itu.

"Jadi sejauh ini informasi yang kita berhasil simpulkan adalah pria misterius itu tidak berpihak pada siapapun entah itu pihak manusia ataupun pihak demon. Namun kita masih tidak bisa mengambil keputusan apakah pria misterius itu berbahaya atau tidak" ucap Kolonel Ryota.

"Bagaimana kita menyebut pria misterius ini? Bukankah kita perlu sebutan khusus untuk pria misterius ini?"ucap Kolonel Ray.

"Hmmm… Baiklah, kita akan memanggil pria misterius ini dengan panggilan [Shadow Man]" ucap Kolonel Ryota.

"Pfftt… Hahahaha. Seleramu dalam memberi nama sangat aneh dan lucu sekali. Tapi aku suka dengan sebutan itu."

Kolonel Ray tertawa ketika mendengar ucapan dari Kolonel Ryota.

Seluruh ruangan pun terlihat memandang Kolonel Ray yang tertawa keras, dan menghela nafas bersamaan.

"Tidak ada yang meminta pendapatmu tentang sebutan yang kuberikan untuk pria misterius itu, Ray. Dan berhentilah tertawa sebelum kau kulempar dari ruangan ini" ucap Kolonel Ryota yang terlihat kesal.

"Kolonel Ryota, aku ingin bertanya" ucap Ryouichi.

"Apa itu Ryouichi?" ucap Kolonel Ryota.

"Mengapa hanya ada 3 [Guardian] yang berada di ruangan rapat ini? Kemana Kolonel Erik dan juga apakah Jendral tidak ikut rapat ini?" tanya Ryouichi.

"Kolonel Erik sedang ada urusan di markasnya sendiri dan tidak dapat hadir saat ini. Aku sendiri yang akan mengirimkannya surat tentang hasil rapat ini kepadanya nanti. Dan untuk Jendral, dia sudah bilang kepadaku bahwa dia akan kembali ke markas Central karena ada sesuatu yang ingin dia urus" ucap Kolonel Ryota.

"Oh begitu, padahal aku ingin berterima kasih kepadanya" ucap Ryouichi.

Kolonel Rose pun terlihat memandang kearah Ryouichi.

"Baiklah jika sudah tidak ada yang ingin dibicarakan lagi tentang pria misterius itu, maka kita akan membahas hal lain"ucap Kolonel Ryota yang terlihat memegang dokumen .

"Ada hal lain?"ucap Ryouichi.

"Yah… Hal ini berkaitan dengan insiden pertarungan kemarin yang melibatkan Letnan Dua Ryouichi" ucap Kolonel Ryota sembari melihat kearah Ryouichi.

"Ah… Baiklah" ucap Ryouichi yang terlihat kaget dan merasa bersalah.

"Pertama, untuk Letnan Dua Ryouichi akan dikenai hukuman pembebasan tugas selama 5 hari dimulai dari besok, lalu selanjutnya Ryouichi akan dikeluarkan dari Divisi Warrior"ucap Kolonel Ryota.

"Tunggu dulu kak-… Maksudku Kolonel Ryota. Apakah hukuman itu tidak terlalu berat untuk Ryouichi? Dia bahkan belum sempat bertugas dalam divisi itu" ucap Kolonel Rose.

"Tidak apa-apa Rose, aku tidak keberatan dengan hukuman dari Kolonel Ryota. Itu memang kesalahanku" ucap Ryouichi sembari tersenyum menatap Kolonel Rose.

"Ryouichi…" gumam Kolonel Rose.

"Ehem… Aku belum selesai menjelaskan. Selain dari hukuman tadi, Ryouichi juga akan mendapat penghargaan" ucap Kolonel Ryota.

"Ehhh… Penghargaan?!" teriak Kolonel Rose dan Ryouichi bersamaan.

"Yah… Kalian akan melihat sendiri. Ray tolong berikan kotak itu pada Ryouichi… Oi Ray!" ucap Kolonel Ryota.

Kolonel Ray terlihat tertidur di kursinya dan mendengkur, Letnan Satu Shizu hanya bisa melihat hal tersebut dengan tatapan bingung. Kolonel Ryota pun terlihat bangkit dari kursinya dan mendekati Kolonel Ray yang sedang tertidur pulas. Terlihat raut wajah Kolonel Ryota yang terlihat kesal dan kehabisan kesabaran.

~WHACK!

Kolonel Ryota pun langsung memukul keras kepala Kolonel Ray dengan sarung pedangnya.

"Aduh, kau ada masalah apa denganku Ryota? Tidak bisakah kau lebih lembut sedikit kepadaku?" ucap Kolonel Ray yang terbangun dari tidurnya.

"Aku tidak perlu berlaku lembut kepadamu, dasar makhluk pemalas. Kau masih beruntung bokongmu tidak kutebas dengan pedangku. Cepat berikan kotak pemberian Jendral kepada Ryouichi sekarang" ucap Kolonel Ryota.

"Jeezz… Baiklah, tapi kau tidak seharusnya memukulku sekeras itu" ucap Kolonel Ray dengan raut wajah cemberut dan masih menggerutu.

"Cepatlah dan tidak usah bertingkah seperti anak-anak" ucap Kolonel Ryota.

Kolonel Ray pun merogoh kantong bajunya dan terlihat mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna emas lalu memberikan kotak itu kepada Ryouichi.

"Bukalah kotak itu Ryouichi dan lihat isinya" ucap Kolonel Ryota sembari kembali ketempat duduknya.

Ryouichi pun membuka kotak itu, terlihat lencana dengan bentuk sayap putih dengan dihiasi warna emas dipinggirnya.

"Kolonel Ryota, apa ini?" ucap Ryouichi bingung.

"Ini! Bukankah ini ada lencana itu?!" teriak Kolonel Rose.

"Lencana itu? Apa maksudmu Rose? Aku tidak mengerti sama sekali" tanya Ryouichi.

"Dengar ya Ryouichi, mungkin kau tidak tahu lencana ini karena kau masih baru bergabung di Militer. Lencana ini disebut dengan [Glorious Wing], lencana ini merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan kepada prajurit yang telah berkontribusi besar dalam sebuah pertarungan. Belum pernah ada prajurit yang diberikan lencana ini selain dari para [Guardian], bahkan para petinggi atas pun susah untuk mendapatkannya" ucap Kolonel Rose.

"Jadi apakah lencana ini berharga?" tanya Ryouichi dengan raut wajah yang masih terlihat kebingungan.

"Kau masih belum mengerti juga yah? Dengan memiliki lencana ini kau memiliki hak untuk membentuk pasukanmu sendiri, yang dimana pasukan itu hanya akan patuh kepadamu. Bahkan Jendral tidak bisa memerintah mereka tanpa persetujuan darimu" ucap Kolonel Rose.

"Hal yang baru saja dijelaskan oleh Kolonel Rose adalah tepat. Dengan lencana itu kau memiliki otoritas untuk membuat pasukan sendiri dan juga dengan lencana itu kau setara dengan [Guardian]. Jadi pastikan kau selalu memakai lencana itu di seragammu kemanapun kau pergi" ucap Kolonel Ryota.

Mata dari Ryouichi pun terlihat menyiratkan perasaan terkejut dan juga bahagia. Namun dia merasa bahwa lencana ini adalah beban tanggung jawab yang besar baginya.

"Kolonel, bisakah aku mengembalikan lencana ini?"ucap Ryouichi.

"Hah?! Apakah kau bodoh? Mengapa kau berkata seperti itu?" teriak Kolonel Rose yang terlihat tidak setuju dengan perkataan Ryouichi.

"Seperti yang kau lihat, aku bukanlah tipe orang yang bisa memimpin orang lain dan juga aku merasa lencana ini adalah tanggung jawab yang besar. Aku tidak mau memegang tanggung jawab sebesar itu" ucap Ryouichi.

"Jadi hanya itu alasanmu. Kukira ada alasan lain yang lebih besar" ucap Kolonel Ray yang tiba-tiba angkat bicara.

Ryouichi pun melihat Kolonel Ray dengan tatapan bingung.

"Apa maksudmu Kolonel Ray? Bukankah itu adalah alasan yang jelas bagiku untuk menolak lencana ini?" ucap Ryouichi sembari masih memegang kotak itu ditangannya.

"Dengarlah ini Ryouichi, asal kau tahu bahwa aku benci dengan alasan itu. Tanggung jawab yang terlalu besar? Jangan bercanda denganku. Sebesar apapun tanggung jawab yang kau punya, kau harus bisa memikulnya. Tidak bisa memimpin orang lain? Kau kira aku tipe orang yang bisa memimpin orang lain? Aku yakin kau bisa memikul tanggung jawab itu karena aku melihat kau adalah orang yang dapat diandalkan" ucap Kolonel Ray dengan wajah serius.

"Kolonel Ray benar, aku juga yakin kau dapat memikul tanggung jawab itu. Ryouichi…" ucap Kolonel Rose sembari melihat kearah Ryouichi.

Ryouichi pun terlihat bimbang setelah mendengar pendapat dari Kolonel Ray dan Kolonel Rose. Dan akhirnya dia pun mengambil keputusan.

"Baiklah, aku akan menerima penghargaan ini. Aku akan memikul tanggung jawab ini dengan sepenuh hatiku" ucap Ryouichi sembari mengambil lencana itu dan memasangnya di dada sebelah kanannya.

Seluruh orang dalam ruangan itu pun berdiri dan bertepuk tangan atas penghargaan yang diterima oleh Ryouichi.

Rapat pada hari itu pun ditutup dengan penghargaan yang diberikan kepada Ryouichi. Namun Kolonel Ryota masih merasa penasaran dengan identitas pria misterius itu, dia pun terlihat masih memikirkan hal itu diruangannya sembari merokok.

"Kolonel Ryota, apa kau didalam?" ucap Ryouichi sembari mengetuk pintu ruangan Kolonel Ryota.

"Masuklah, aku tidak menguncinya" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun masuk kedalam ruangan Kolonel Ryota dan langsung duduk dihadapan Kolonel Ryota.

"Ada apa mencariku? Apa kau ingin berkonsultasi tentang lencana itu lagi?" tanya Kolonel Ryota.

"Bukan, bukan itu yang ingin aku bicarakan denganmu" ucap Ryouichi.

"Jadi... Apa ini tentang masalah pembebasan tugasmu?" ucap Kolonel Ryota.

"Benar, apa yang harus kulakukan dalam masa pembebasan tugas?" tanya Ryouichi.

Kolonel Ryota terlihat bingung dengan pertanyaan Ryouichi.

"Dengarlah Ryouichi, selama pembebasan tugas berarti kau bebas pergi kemanapun kau mau. Namun kau tidak boleh menggunakan seragam dan otoritas mu sebagai prajurit untuk membunuh Demon dan hal yang berkaitan dengan militer lainnya" ucap Kolonel Ryota sembari menghisap rokoknya.

"Jadi aku bisa pergi ke pusat provinsi untuk berjalan-jalan?" tanya Ryouichi.

"Tentu saja bisa, dengan catatan kau tidak memakai seragammu. Namun jika ada hal yang sangat mendesak, kau bisa menggunakan otoritasmu sebagai prajurit untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu kau sama sekali tidak boleh menggunakan otoritasmu untuk hal-hal lain, untuk berjaga-jaga bawalah tanda pengenalmu dan juga lencanamu. Jika kau tidak ada baju lain, aku bisa meminjamkanmu baju milikku" ucap Kolonel Ryota sembari meminum kopinya.

"Ah, kebetulan aku tidak punya baju kasual untuk sehari-hari. Aku akan menerima tawaran untuk meminjam bajumu Kolonel"ucap Ryouichi.

"Baiklah, aku akan memilih baju yang cocok untukmu dan akan kuberikan setelahnya" ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah Kolonel, kalau begitu aku akan pergi dulu" ucap Ryouichi sembari meninggalkan ruangan Kolonel Ryota.

Ryouichi pun menghabiskan sisa hari dengan berjalan-jalan di markas provinsi dan ketika sudah menjelang sore hari, dia pun duduk di bangku taman menikmati matahari terbenam. Namun dia mendengar suara dari belakang bangku taman yang sedang dia duduki.

"Keluarlah Rose, aku tau itu kau" ucap Ryouichi

"Ha-halo Ryouichi, apa yang sedang kau lakukan?" ucap Kolonel Rose sembari salah tingkah dihadapan Ryouichi.

"Aku hanya sedang beristirahat menikmati matahari terbenam. Mengapa kau tidak duduk bersamaku?" ucap Ryouichi.

"Ba-baiklah aku akan terima tawaranmu itu. Tapi itu bukan karena aku ingin duduk disampingmu yah, aku hanya kebetulan lelah dan juga ingin duduk" ucap Kolonel Rose dengan tingkah nya yang malu-malu.

Ryouichi pun langsung bangkit dari duduknya dan menarik tangan Kolonel Rose. Ryouichi pun membawa Kolonel Rose untuk duduk dibangku taman bersamanya.

"Baiklah, kau tidak perlu malu-malu seperti itu. Mari kita nikmati matahari terbenam bersama-sama, kau pasti akan suka dengan pemandangannya" ucap Ryouichi sembari tersenyum kepada Kolonel Rose.

Kolonel Rose pun tiba-tiba membuang pandangannya dari Ryouichi, wajahnya memerah tersipu.

"Cu-curang sekali, bisakah kau tidak memperlihatkan senyuman polos mu itu kepadaku. Hatiku menjadi berdebar-debar ketika melihatmu tersenyum seperti itu" gumam Kolonel Rose.

"Rose? Ada apa, apa kau baik-baik saja?" tanya Ryouichi yang bingung dengan tingkah Kolonel Rose.

"Ti-tidak ada apa-apa, bukankah kau mau melihat matahari tenggelam? Lihatlah mataharinya sudah tenggelam" ucap Kolonel Rose.

"Ah,kau benar. Sungguh pemandangan yang menakjubkan" ucap Ryouichi sembari mengalihkan pandangannya ke matahari yang sedang terbenam.

Keduanya pun menikmati indahnya pemandangan matahari terbenam. Angin kecil pun kadang-kadang berhembus pelan menerpa mereka.

"Kau tahu Rose? Kau adalah satu-satunya orang selain adikku yang pernah kuajak menikmati matahari terbenam bersamaku. Aku sangat senang bisa membagi pemandangan seindah ini denganmu" ucap Ryouichi.

"A-aku juga senang melihat pemandangan ini bersamamu" ucap Kolonel Rose.

"Ya kan, apalagi kalau Letnan Satu--" ucap Ryouichi namun terpotong.

Ryouichi teringat dengan nasihat dari Letnan Satu Shizu untuk jangan pernah membicarakan tentang perempuan lain ketika sedang bersama Kolonel Rose.

"Hmmm? Ada apa Ryouichi, kenapa kau tiba-tiba berhenti berbicara?"tanya Kolonel Rose yang kebingungan.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedang berbicara dengan diriku sendiri" ucap Ryouichi sembari menggaruk kepalanya.

"Hmm… kau tahu Ryouichi? Aku akan benar-benar kembali ke markas provinsi Barat besok pagi. Aku tidak tahu kapan bisa bertemu denganmu lagi, aku berpikir apakah kau akan kesepian jika aku tidak disini. Hahahah… Aku hanya bercanda, lupakan hal yang tadi kubicarakan" ucap Kolonel Rose.

"Tentu saja aku akan kesepian jika kau tidak ada disini, Rose" ucap Ryouichi sembari masih melihat pemandangan matahari terbenam.

"Heee… Begitu yah. Mau bagaimana lagi, kau kan memang orang yang mudah merasa kesepian hahaha…" ucap Kolonel Rose.

"Ya.. Memang benar bahwa aku adalah orang yang mudah kesepian, apalagi jika kau tidak ada bersamaku. Aku berharap kau tidak kembali ke markasmu, namun nampaknya hal itu mustahil bukan?" ucap Ryouichi.

Suasana diantara mereka semakin tenggelam dalam atmosfir kesedihan, namun keduanya nampak berusaha menyembunyikan perasaan mereka satu sama lain.

"Ah, kalau begitu... Bagaimana kalau kita bertukar sesuatu. Yah, kau tahu, seperti kalung, gelang atau benda lain. Jadi, ketika kita berdua kesepian, kita bisa mengingat satu sama lain ketika melihat benda yang kita tukar" ucap Kolonel Rose.

"Ah kalau begitu, ambillah gelang ini. Gelang ini dibuat oleh adikku, gelang ini sangat berharga bagiku. Jadi aku akan berikan ini saja padamu" ucap Ryouichi.

Kolonel Rose pun menerima gelang yang diberikan oleh Ryouichi dan tersenyum.

"Karena kau sudah memberikan gelang berhargamu padaku, maka aku akan berikan kalung ini padamu. Kalung ini diberikan oleh ibuku padaku, jadi berjanjilah untuk menjaga kalung itu" ucap Kolonel Rose.

Ryouichi pun menerima kalung berbentuk hati itu dan memakainya di lehernya.

"Aku berjanji akan menjaga kalung ini, meskipun nyawaku taruhannya" ucap Ryouichi.

"Bodoh, kalung itu memang berharga namun nyawamu jauh lebih berharga jika dibandingkan dengan kalung itu" ucap Kolonel Rose sembari memukul pelan kepala Ryouichi.

"Hahaha… Terima kasih sudah mau menjagaku selama ini, Rose. Aku sangat bersyukur bertemu dengan dirimu" ucap Ryouichi sembari menatap Kolonel Rose dan tersenyum.

Hembusan angin pun kembali menerpa wajah dan rambut mereka.

"Ryouichi, bolehkah aku menci-" ucap Kolonel Rose namun dia membatalkan niatnya untuk melanjutkan perkataannya dan membuang pandangannya dari Ryouichi.

"Rose?"

"Tidak apa-apa, lupakan" ucap Kolonel Rose.

"Lihat lah kesini Rose" ucap Ryouichi.

"Hmm, ada apa Ryouichi?" ucap Kolonel Rose sembari memalingkan wajahnya kearah Ryouchi.

Seketika Ryouichi langsung mencium Kolonel Rose tepat dibibirnya dan membuat Kolonel Rose terkejut dan membuat wajahnya memerah. Ciuman itu tepat terjadi ketika matahari tenggelam dengan warna jingga yang sangat indah disertai angin pelan yang menerpa mereka berdua.

"Ryou-Ryouichi?" ucap Kolonel Rose terkejut.

Rose pun menyentuh bibirnya yang lembut dan merah merekah yang telah dicium oleh Ryouichi.

"Rose, bisakah kau menungguku? Tunggulah aku hingga aku menjadi orang yang pantas dibanggakan olehmu. Tunggulah hingga aku menjadi orang yang mampu menyelamatkanmu dalam segala kesulitan. Hingga saat itu tiba, apakah kau bersedia untuk menungguku?" ucap Ryouichi dengan penuh keyakinan.

Kolonel Rose yang mendengar perkataan dari Ryouichi pun menyentuh wajah Ryouichi dengan lembut.

"Ryouichi bodoh, kau tidak perlu bertanya tentang hal itu kepadaku. Tidak perduli kau membutuhkan waktu 10 tahun, 100 tahun atau bahkan selamanya, aku akan selalu menunggumu. Karena kau adalah orang yang sangat aku sayangi dan kucintai" ucap Kolonel Rose sembari tersenyum dan matanya berkaca-kaca.

"Terima kasih Rose, aku berjanji akan menjadi orang yang pantas untukmu. Ketika saat itu tiba, aku akan mengutarakan semuanya" ucap Ryouichi.

"Baiklah kalau begitu, aku harus bersiap-siap untuk keberangkatanku besok ke markas provinsi Barat. Aku harap kau bisa bersenang-senang meski aku tidak ada disini" ucap Kolonel Rose sembari bangkit dari duduknya.

"Baiklah kalau begitu, sebaiknya aku juga beristirahat" ucap Ryouichi sembari berdiri bangkit dari duduknya.

Tiba-tiba Kolonel Rose mencium Ryouichi tepat di bibirnya.

"Rose?!" ucap Ryouichi.

"Itu balasan untuk ciuman mu yang tadi. Omong-omong tadi itu adalah ciuman pertamaku" ucap Kolonel Rose, lalu pergi berlari meninggalkan Ryouichi.

Ryouichi pun hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Rose, dan melangkah pergi kembali untuk beristirahat. Sementara itu Kolonel Ray, yang berada di atas pohon hanya bisa menyaksikan semua hal yang dilakukan oleh Ryouichi dan Kolonel Rose.

"Sialan, mengapa semua orang yang kukenal sudah memiliki cinta mereka masing-masing? kapan aku bisa mendapatkan kekasih juga?" gerutu Kolonel Ray.

"Kolonel Ray? Apa yang anda lakukan di atas pohon pada malam hari seperti ini?" tanya Mayor Megumi yang kebetulan sedang lewat dan melihat Kolonel Ray yang sedang menggerutu diatas pohon.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedang kesal karena suatu hal. Hmm? Kalau tidak salah namamu itu Kurumi yah?" tanya Kolonel Ray sembari melompat turun dari pohon.

"Na-nama saya Megumi, bukan Kurumi" ucap Mayor Megumi dengan malu-malu.

"Ah…maaf Megumi, kalau begitu aku akan pergi dulu" ucap Kolonel Ray sembari memasukkan kedua tangannya ke kantong celana lalu pergi sembari bersiul.

"Ah, kali ini pun aku gagal mengatakan hal itu kepada Kolonel Ray" ucap Mayor Megumi kecewa.

Hari pun berganti menjadi pagi hari, hari dimana Kolonel Rose dan Kolonel Ray kembali ke markas mereka masing-masing dan juga menjadi hari dimana Ryouichi resmi dibebas tugaskan selama 5 hari. Ryouichi pun mengantarkan kepergian Kolonel Rose kembali ke markas provinsi Barat.

Bab berikutnya