webnovel

Mencoba Melepasmu

Sofia berdiri di luar pintu dan memandang pintu di depannya yang tertutup. Dia tidak tersinggung saat diusir seperti ini oleh Angga, namun masih memikirkan kata-katanya barusan.

Dia tidak menggunakan barang bekas yang telah dipakai orang lain?

Matanya menyipitkan tajam saat memikirkannya ...

Angga, aku akan membuatmu menikah denganku secara suka rela! Lihat saja nanti!

————

Alana naik taksi untuk pulang kembali ke asrama. Dalam beberapa hari terakhir, hujan terus turun, membuat jalanan menjadi licin. Kaki Alana terpeleset begitu dia keluar dari mobil. Untungnya, dia bisa menyeimbangkan tubuhnya kembali dan tidak terjatuh.

Sopir itu kaget saat melihatnya yang hampir terjatuh dan bertanya, "Apakah kau baik-baik saja, Nona?"

Alana menyentuh kepalanya dan menjawab, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa!"

Dia tersenyum dengan malu, tapi tetap tenang. Namun, dirinya berubah panik saat melih Reynaldi berada tidak jauh darinya!

Reynaldi hendak pergi ke suatu tempat, tetapi dia tidak menyangka akan bertemu dengan Alana.

Sudah berapa lama mereka tidak bertemu dan berbicara? Reynaldi menghitung setiap detik waktu yang dia lewatkan bersama dengan Alan? Tapi, dari mana saja gadis itu?

Aku khawatir aku tidak bisa lagi bertemu dengannya, batin Reynaldi.

"Reynaldi ..."

Alana berjalan dan berhenti tidak terlalu dekat dengannya dan melihat pria tampan itu memadangnya.

Pria itu berpakaian rapi, dan terlihat lebih dewasa dibandingkan dengan orang lain.

Reynaldi menarik napas beberapa kali sebelum dia iberjalan mendekat ke arahnya depannya dan bertanya dengan nada biasa, "Kau kembali?"

"...Ya."

Alana mengangguk.

Mata Reynaldi memandangnya dalam. "Apakah kau sudah baikan?"

"Apa?"

"Apa katamu?!"

"..."

Reynaldi mencoba bersabar menghadapi Alana. "Selama lebih dari seminggu, Jessica berkata bahwa kau tinggal di apartemennya untuk memulihkan diri. Apakah kau menjadi lebih baik?"

Alana cemberut dan mengangguk lagi.

Reynaldi yang melihatnya langsung merasa lebih baik. "Katakan padaku apa yang kau lakukan di sana selama ini?"

"... Apakah kau akan pergi kuliah?" tanya Alana.

"Tidak. Ada urusan sedikit."

"Oh, kalau begitu hati-hati di jalan." Alana hendak berjalan berjalan pergi. Perasaan Reynaldi yang tidak tenang, membuatnya menarik lengan Alana.

Dia menarik tangan Alana dan berjalan menuju perpustakaan!

Tempat kursi yang biasanya dipakai mahasiswa untuk sekedar membaca buku, atau nongkring di samping gedung perpustakaan sekarang basah. Meja dan kursinya basah karena air hujan.

"Reynaldi! Apa yang kau lakukan?"

"Apa yang aku lakukan?" Reynaldi melepaskan tangannya dan menatapnya dengan tajam. "Alana, menurutmu apa yang sedang kulakukan?"

Alana tidak membuka matanya, hanya menggosok tangannya yang sakit dan bergumam pelan, "kau menyakitiku ..."

"Apakah itu menyakitkan?"

"..."

Reynaldi menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Kau menyingkirkannya?"

Alana tertegun sejenak untuk menyadari apa yang dia tanyakan. Sedangkan Reynaldi tidak mendapatkan jawaban apapun. Hanya keheningan di antara mereka.

"Kau mengaborsinya?" tanyanya sekali lagi

Alana menelan ludah dan berbisik, "Itu adalah urusanku dan aku akan menanganinya sendiri. Kau tidak perlu khawatir tentang itu."

"Apa kau bisa menanganinya sendiri? Ingat, waktu itu kau memecahkan kaca rumah tetanggamu dan diam-diam menyuruh orang lain untuk memperbaikinya? Kau tidak sengaja mendorong teman sekelasmu ke sungai, tetapi apa kau yang menyelamatkannya? Saat kau pergi berkemah, kau tersesat. Apakah kau tahu sendiri jalanmu kembali ke perkemahan? Atau ... "

"Cukup! Aku tidak pernah memintamu untuk menyelesaikannya semua masalahku! Semua kesalahanku di masa lalu, begitu pentingnya untuk dibicarakan lagi sekarang?!" jawabnya marah.

Alana memelototinya.!

"Alana, kupikir hari ini ... kita bisa kembali seperti dulu"

"Bagaimana caranya? Apakah kau masih mau kembali bersamaku? Bisakah kau berpura-pura tidak tahu apa-apa dan melupakan apa yang sudah terjadi?"

Alana melanjutkan, "Ayolah, Reynaldi ... kau tidak yakin dengan dirimu sendiri. Aku tahu itu."

"Oh, kau benar-benar mengenalku rupanya" ujar Reynaldi dalam.

"Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi, aku pergi."

Alana berbalik, buru-buru meninggalkan tempat itu dan hampir terpeleset lagi, tetapi untungnya dia tidak jatuh. Dia bisa menyeimbangkan tubuhnya dan bergegas berjalan lagi.

Reynaldi mengepalkan tangannya. Dia

Pria itu menyusul pergi setelahnya, dan sosok lain yang sembunyi sedari tadi di balik pohon besar di belakang mereka menyipitkan mata, dan sepasang mata cantik menyipit berbahaya ...

________

Ketika Alana kembali ke kamar asramanya, air mata telah dihapusnya, kecuali mata sembab itu tidak bisa dia hapus. Dia sudah lebih tenang.

"Lana, kenapa kau pulang?" tanya Jessica heran.

Jessica hendak pergi kuliah, ketika dia melihat Alana memasuki kamar mereka dan terkejut. Gadis itu duduk diranjangnya dengan tenang.

"Aku telah beristirahat selama beberapa hari, dan aku tidak merepoti pamanmu terus" kata Alana sambil mengeluarkan beberapa potong pakaian di tasnya.

"Kau sudah lebih baikan?"

Jessica menjadi curiga melihat kedua mata Alana yang sembab.

"Aku sudah merasa lebih baik" jawab Alana.

Jessica menghela napas, berpikir bahwa dia tidak benar-benar mengenal Alana. Jika iya, bagaimana bisa dia tidak tahu tentang kehamilan Alana.

"Lalu ... kapan kau berencana untuk kembali ke rumah sakit?"

Alana sangat tahu apa maksud dari perkataan Jessica.

"Aku akan mengecek keadaanku lagi di rumah sakit Sabtu depan. Kalau aku sudah siap, operasinya akan segera diatur" jawabnya.

"Memangnya kau … punya uang?"

"Gajiku dari pekerjaan paruh waktu belum dibayar. Aku meminta mereka akan segera memberikannya. Gaji di sana lumayan. Aku ingin bekerja paruh waktu kembali, tapi aku rasa sudah terlambat."

"Jika kau mengalami kesulitan, kau bisa membicarakannya denganku, mengerti?" ucap Jessica

"Tentu saja! Kau selalu membantuku! Aku ingin memelukmu erat-erat!" Alana tersenyum dan memeluk leher Jessica dari belakang.

Dia berpikir bahwa Jessica telah banyak membantunha selama ini. Sahabatnha itu terlalu baik.

"Aku akan pergi ke klub sore nanti."

"Jangan khawatir, semua koreografi dan latihan lacar. Jangan khawatir tentang kompetisinya!"

Alana meletakkan tangannya di dagunya dan menatap Alana dengan iri."Aku juga ingin menari ..."

Jessica menyentil dahinya dan berkata, "Ayo!"

"Sakit tahu!" Alana mengusap-usal dahunya yang sakit.

"Ngomong-ngomong, apakah Reynaldi menghubungimu dan berbicara denganmu akhir-akhir ini?"

"... Aku bertemu dengannya tadi" jawab Alana.

"Dia memang jenius ber-IQ tinggi, tapi dia sangat payah dalam hal ini."

"Apakah dia ... mengatakan sesuatu?"

Pertanyaan Alana membuat Jessica cemberut.

"Aku tidak bisa melepaskanmu, tapi aku memiliki ego tinggi dan tidak percaya diri untuk menanggung tanggung jawabnya. Pria itu menyukaimu! Seharusnya dia menemanimu melewati masa-masa sulit! Bukannya dibutakan oleh amarah dan kecemburuan. "

Mengenai bayi yang dikandung Alan, Jessica tahu bahwa Alana benar-benar melakukannya dengan tidak sengaja.

Dia mengenalnya dan Alana bukanlah seorang gadis yang ceroboh dan tidak berpikiran jernih.

"Bagaimanapun, dia dan aku bukan siapa-siapa. Hanya karena kami bertetangga, kami selalu bermain bersama ketika kami masih kecil dulu. Tapi sekarang kami sudah sama-sama dewasa, jalan kita sudah berbeda..."

"Apa menurutmu dia bilang dia menyukaimu karena kau sering ke rumahnya?" tanyanya.

"Dia menyukaiku, itu tidak masuk akal. Hanya karena kami mengenal sejak kecil… Bahkan, dia merendahkanku juga."

Reynaldi adalah orang yang baik untuk diajak bergaul, tapi begitu dia menyulut emosinya, dia akan menjadi sangat jahat. Alana berpikir bahwa kejadian ini telah membuatnya emosi.

Bahkan jika Reynaldi benar-benar menyukainya, dia tidak bisa memintanya untuk menerima dirinya dalam keadaannya yang hamil seperti ini.

Juga walaupun dia menyukai Reynaldi, hatinya sedikit sakit, tetapi itu masih bisa dia atur.

Jessica tidak tahu harus berkata apa untuk sementara waktu karena kedua orang itu telah membuat keputusannya. Dia tidak bisa ikut mencampuri urusanya, namun dia merasa khawatir ..

"Oke, kau cepat pergi kuliah. Aku akan membereskan barang-barangku dan kuliaj. Setelah mengambil cuti beberapa hari, aku harus tetap fokus belajar untuk menjadi seorang guru."

"Kalau begitu aku pergi dulu."

Setelah Jessica meninggalkan kamar asrama mereka, Alana duduk di tempat tidur sendirian. Dia tetap tidak bergerak untuk beberapa saat, hanya menghela napas dan memikirkan sesuatu.

Bab berikutnya