Author Point of View
Di kantor kepolisian
Resiko menjalankan misi rahasia adalah tidak ada hari libur. Hari ini tepat seminggu setelah mereka resmi kembali menjadi murid SMA, mereka harus kembali berkumpul di ruang rapat minus tuan Kim. Hanya dua tim yaitu tim Minho dan Dong Yoon.
"Yak! Neonna, kau sedang apa?" tanya Taehyung.
"Kau tidak bisa lihat! Apa matamu itu lebih baik kucongkel dan kudonorkan pada para tuna netra, hah?"
"Kenapa jadi marah? Aku kan hanya bertanya!" sungut Taehyung yang tidak terima baru datang langsung disembur.
"Pertanyaan bodoh seperti itu sebaiknya tidak usah dilontarkan! Kau bisa lihat kan jika aku sedang mengerjakan tugas rumahku! Ck, kenapa sih kita juga harus mengerjakan tugas seperti siswa SMA lainnya?" kesal Jiyeon masih sibuk mencoret-coret kertasnya.
"Hatiku seperti bom, perutku seperti sebuah festival yang melepaskan ledakan kembang api ke langit malam. Percikannya menggantikan bintang, walau hanya satu titik tapi mengapa begitu indah_ pfftt, hahahaha," Baekhyun tertawa terpingkal setelah membaca coretan tangan Jiyeon. Tidak hanya Baekhyun tapi seisi ruangan juga ikut menertawakannya.
"Yak! Tugas macam apa yang disuruh gurumu?" tanya Key pada Jiyeon sambil mengusap air matanya.
"Menulis lirik lagu!" jawab Jiyeon kesal dan berhasil merebut kertasnya dari Baekhyun.
"Yang seperti ini kau sebut lirik lagu? Aku seperti melihat perang dunia di dalamnya! Hahaha, bagaimana bisa kau mengibaratkan hatimu sebagai bom. Hahahaha,"
Minho sangat puas menertawakan kebodohan Jiyeon yang tidak pernah hilang dari dulu.
"Diamlah! Memangnya kau sudah siap dengan tugas yang diberikan guru Nam?" tanya Jiyeon pada Minho.
"Tentu saja!" jawab Minho percaya diri.
"Bagaimana bisa kau menyiapkannya secepat itu? Kau kan paling payah membuat lagu, aku masih ingat kau bahkan ketawan membayar si cupu Jung untuk membuatkan tugasmu waktu sekolah!" ejek Jiyeon.
"Itulah bodohnya dirimu! Kau kan bisa membongkar buku-buku lamamu dan menyalin ulang tugas yang diberikan guru. Tugasnya tidak pernah berubah ini,"
Jiyeon terdiam sebentar memikirkan ucapan Minho. Dia mengangguk-angguk karena setuju.
'Aku benar-benar bodoh ternyata,' pikirnya.
"Yak, bagaimana denganmu?" tanya Jiyeon pada Dong Yoon.
"Jangan khawatirkan aku, khawatirkan saja dirimu sendiri!" kata Dong Yoon sambil menoyor kening Jiyeon. Ingin rasanya membalas tapi tidak sopan karena di sini Dong Yoon lebih tua darinya dan jabatannya juga lebih tinggi darinya. Tidak seperti di sekolah.
"Kalau begitu sekarang apa yang akan kita bahas? Aku tidak jadi mengerjakan tugasku karena aku akan menyalin tugasku yang dulu saja," kata Jiyeon.
"Kau, apa yang kau dapatkan di sekolah?" tanya Minho.
"Aku pikir aku akan dibully karena penampilanku tapi setelah seminggu tidak ada satu pun diantara mereka yang melakukannya. Baik dari kelas kita maupun kelas lain sama sekali tidak peduli padaku," jawab Jiyeon.
"Aku penasaran bagaimana penampilan cupumu, Neonna!" kata Taehyung senyum-senyum.
"Gunakan otakmu untuk memikirkan hal yang baik, Tae!" kata Jiyeon.
"Aku punya fotonya! Kau mau lihat?" sambung Minho.
"Yak! Choi Minho!" teriak Jiyeon.
Ruangan kembali hening setelah orang-orang yang membuat keributan merasakan elusan sayang dari kepalan tangan Jiyeon serta sedikit jurus taekwondonya.
"Mari kita lanjutkan," kata Dong Yoon tanpa rasa kasihan kepada Minho dan Taehyung.
"Sama halnya seperti Jiyeon, aku juga tidak diganggu oleh anak-anak. Jadi, kurasa mereka tidak membully karena penampilan. Ada hal lain yang membuat mereka melakukan itu, tapi aku belum bisa menganalisisnya. Bagaimana denganmu Choi?" tanya Dong Yoon.
"Aku? Aku sangat populer di sekolah, mereka semua menyukaiku. Tidak ada yang menggangguku,"
"Kau tenggelam dalam ketenaran ternyata," tanggap Jiyeon dengan malas.
"Kau kenapa sewot sekali sih, Park. Aku kan belum selesai bicara. Rencanaku berhasil karena aku bisa menarik perhatian anak-anak nakal di sekolah, baik yang sekelas maupun yang tidak. Walaupun agak segan tapi aku memberanikan diri untuk menanyakan masalah anak yang dibully itu. Mereka bilang tidak pernah melakukan itu, mereka juga mengatakan jika budaya bully sudah mulai berhenti sejak dua tahun terakhir. Jadi, mereka juga merasa aneh dengan berita yang ada di televisi," jelas Minho panjang lebar.
"Kalau begitu seharusnya kita tidak perlu berdandan aneh kan ke sekolah. Wah, benar-benar merepotkan!" Jiyeon memutar kursi yang didudukinya sambil menghentakkan kakinya karena merasa kesal.
"Jika bukan anak-anak nakal itu yang melakukan bully, lalu siapa?" tanya Baekhyun.
"Yang pasti bukan anak baik-baik, kan?" tanya Taehyung masih ngeri melihat Jiyeon yang baru saja menghajarnya.
"Memang tidak mungkin tapi kita tidak tahu apakah orang yang kita temui itu benar baik atau bahkan sebaliknya," balas Minho.
"Choi Minho, kenapa timmu dari tadi hanya diam saja?" tanya Baekhyun sambil menatap tim Minho yang terdiri dari Key, Kyungsoo, dan Jungkook.
Minho juga menatap ketiga temannya yang hanya dihadiahi cengiran oleh mereka. Tidak tahu apa yang mau dikatakan.
"Semua yang mau kami katakan sudah kalian tanyakan dan jawab jadi apa lagi yang bisa kami lakukan selain diam? Lagi pula tidak ada gunanya kita banyak bicara, itu kan tugas profiler," kata Kyungsoo menatap Jiyeon.
"Kau memiliki dendam ya denganku? Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Aku memang sudah dari dulu seperti ini jadi jangan menyalahkanku," balas Kyungsoo yang merasa tidak terima dituduh sebagai pendendam.
"Jiyeon-ah, sudahlah jangan mempermasalahkannya. Dia sangat sensitif jika sudah disinggung masalah tatapan. Dia pernah dipukul seniornya gara-gara tatapannya itu ketika kuliah," jelas Minho menengahi.
"Abaikan saja mereka, karena mereka sedang malas berbicara yang pasti mereka akan membantu jika dibutuhkan." Sambung Minho.
Jiyeon menghela napasnya untuk meredakan emosi. Sejak kembali ke sekolah sepertinya tingkat stresnya lebih tinggi sehingga membuatnya semakin sering emosi. Minho melirik ke dalam tas yang tadi dibawa oleh Jiyeon.
"Buku apa itu?" tanyanya.
"Ah, ini. Kalian tahu kabar seorang penulis yang ternyata adalah pelaku dalam kasus pembunuhan berantai yang telah diputihkan?" tanya Jiyeon pada kumpulan pria tersebut.
"Ini adalah buku yang mana isinya adalah cerita tentang aksi pembunuhannya. Aku sudah membacanya hampir habis, tinggal beberapa halaman lagi. Kalian harus membacanya, dia benar-benar kejam bahkan dia sudah membunuh sejak umur tiga belas tahun. Sayang sekali semua kasusnya sudah diputihkan," jelas Jiyeon dengan semangat.
"Kau benar-benar terlihat seperti anak SMA sekarang," kata Minho.
"Kau juga menikmati jadi siswa SMA, kan?" balas Jiyeon.
"Ini tidak akan selesai jika kalian terus memperdebatkan hal tidak penting begini," kata Dong Yoon.
Jiyeon menatap Dong Yoon kesal karena dari tadi memarahinya. Jiyeon kembali memasukkan buku yang tadi sempat dikeluarkannya dari tas.
"Kim Myungsoo?" baca Taehyung.
"Itu nama penulisnya, memangnya kenapa?" tanya Jiyeon.
"Dia kan penulis yang terkenal, jadi selama ini buku yang ditulisnya itu kisah nyata? Aku kenapa baru sadar ya jika ada beberapa kasus yang cirinya sama persis seperti yang ada di ceritanya. Kupikir itu hanya kebetulan, jadi_"
"Apa maksudmu?" tanya Jiyeon.
"Neonna, kau masih ingat jika selama ini aku selalu bercerita tentang penulis yang sangat aku idolakan karena dia benar-benar pandai menjelaskan setiap pembunuhan. Saat membaca ceritanya kau bisa merasakan jika tanganmu benar-benar memegang pisau dan menggores permukaan kulit,"
"Yak, Kim Taehyung cukup bermain-mainnya." Tegur Minho.
"Tidak, dia tidak sedang bermain. Taehyung-ah, kau masih ingat semua kisah yang diceritakannya dalam buku, kan?" tanya Jiyeon pada Taehyung yang dibuahi oleh anggukan. Jiyeon pergi ke ruangannya sementara yang lain menggeleng karena melihat tingkah Jiyeon yang terburu-buru.
Tidak lama dia kembali dengan tumpukan berkas yang sebagian besar telah diputihkan. Minho menatap malas pada tindakan yang dilakukan Jiyeon berbeda dengan Taehyung yang tersenyum karena mendapatkan perhatian wanita cantik itu.
"Seingatmu kasus apa saja yang serupa dengan ceritanya?" tanya Jiyeon.
"Yang paling persis adalah pembunuhan gadis remaja di distrik Seongdong, mayat remaja itu ditemukan di tepi sungai. Benar-benar letak yang persis dan dia juga menjelaskan bagaimana dia membunuhnya setelah aku melihat foto korban aku benar-benar seperti membayangkan penulis Kim. Bisa saja sih dia hanya mengangkat cerita seperti yang diberitakan di televisi tapi waktu pembunuhan dan semua ciri-ciri korban yang tidak ditampilkan untuk umum dia juga mengetahuinya secara rinci," jelas Taehyung dengan menggebu-gebu.
Jiyeon mengecek kasus terakhir yang belum sempat disentuhnya karena perintah misi rahasia. Seingatnya itu juga kasus yang berhubungan dengan pembunuhan berantai yang telah diputihkan. Dia juga membagikan berkas yang dibawanya kepada detektif lainnya untuk diperiksa dan dirangkum mengenai tampat dan waktu kejadian.
"Minho-ah, kenapa kita jadi mengerjakan kasus tim bodoh ini?" tanya Kyungsoo.
"Diam dan kerjakan saja, apa kau mau merasakan jurus si Snake Ji juga?" kata Minho hanya menerima tanpa banyak protes perintah Jiyeon.
"Kasus ini juga sama persis seperti yang diceritakannya di dalam buku tempat dan nama korban juga sama tapi waktunya berbeda. Ini artinya kita menemukan pelaku kasus ini, masih ada waktu 75 jam lagi sebelum pemutihan. Kita masih bisa menangkapnya," senang Jiyeon.
Mereka merasa senang sampai berjingkrak-jingkrak karena bisa menangkap pembunuh berantai yang selama ini mempermainkan pihak kepolisian. Walau tidak ada kejelasan masalah pelaku bully di Hamlin setidaknya hari ini mereka sudah menangkap paus.