webnovel

Welcome Home

Saat ini

Mobil berwarna silver dengan list berwarna biru terlihat memasuki sebuah gerbang mansion, gerbang dengan tinggi menjulang dan sistem keamanan tinggi ini adalah milik keluarga besar Wijaya.

bruum!!

Deru mesin memenuhi halaman luas, kemudian lama kelamaan sunyi saat si empunya mobil mematikan mesin mobil.

Di dalam mobil ada Gavriel, si pengendara mobil sport mahal tersebut. Kacamata hitam menyembunyikan netra tajam turunan sang Daddy, hidung mancung juga senyum polos yang dulu selalu menghiasi kini jarang tampil, seiiring terbiasanya ia berhadapan dengan orang di luar sana.

Senyum polos pun kini sudah berganti dengan senyum bisnis dan miring andalannya, namun tetap saja daya pikatnya justru semakin kuat. Sosok dengan casing sama namun beda kepribadian seorang Gavriel Wijaya, yang sudah banyak menikmati manis-asam-asin kehidupan dunia sebenarnya.

Sebelum turun dari mobil, Gavriel melihat ke arah spion kecil dalam mobilnya terlebih dahulu, untuk melihat penampilannya lagi. Tindik di telingnya sudah ia copot, hanya hiasan tanpa ada lubang, karena sebelum ia landing di kota kelahirannya ia sempat menemui anggota rahasianya, yang ada di Jepang untuk meminta penjagaan.

Alasan ia kenal mereka untuk saat ini tidak akan ia bahas, karena sebenarnya pun ia tidak ingin orang tuanya tahu, meskipun sebenrnya ia tidak yakin sang Daddy tidak mengetahu apa yang terjadi di New York sana.

Membuka pintu mobilnya segera, Gavriel turun dan berdiri tegak di samping mobilnya kemudian menutup pintu segera, dengan bantingan cukup keras tanpa takut membuat mobilnya rusak.

Brakk!!

Bip-bip!

Setelah memastikan mobilnya terkunci otomatis, Gavriel pun berjalan ke arah pintu mansion milik keluarga Wijaya tepatnya Mansion milik kakek-neneknya, dengan keluarga Wicaksono di dalam yang juga katanya sudah menunggunya.

Benar juga ini salahnya, pulang tanpa kabar dan sesampainya ia di tanah airnya, tempat sahabat perempuannya dulu lah yang jadi destinasi pertamanya.

Pintu terbuka dengan sang Mommy yang melihatnya dengan wajah berseri-seri meski air mata mengalir, membuat sesuatu dalam hatinya berdenyut saat ingat jika ini adalah denyutan paling nyata setelah sekian tahun ia menahannya.

"Gavriel sayang," lirih Kiara dengan nada bergetar menahan tangis bahagia, membuat Gavriel yang melihatnya segera merentangkan tangan bersiap menerima pelukan erat dari sang Mommy, yang benar saja segera menghambur kepelukannya.

Greepp!

"I'm home, Mommy," sahut Gavriel berbisik lirih di pelukan sang Mommy.

"Welcome back home, honey," gumam Kiara.

Ternyata bukan hanya Kiara yang ada di pintu saat itu, tapi juga ada keluarga besarnya yang tidak sabar ingin menyambut dan melihat Gavriel mereka yang kini semakin terlihat dewasa. Bahkan kini Kiara pun sudah tenggelam dalam pelukan lebar sang anak.

"Ternyata kita sudah tua yah, Hendri," bisik Fandi__Ayah Kiara, kepada sahabat sekaligus besannya__Hendri, yang mendengkus menolak untuk menyetujui apa yang dikatakan Fandi, yang sebenarnya adalah kebenaan yang haqiqi.

"Kamu saja yang tua, aku sih masih muda. Masih sanggup begadang," tolak Hendri dengan nada

songong seperti biasa, membuat Fandi yang mendengarnya ikut mendengkus kesal.

"Sudah tua tidak mengaku, terserah saja. Lebih baik aku menyambut cucu kebanggaanku," dumel Fandi sebelum meninggalkan Hendri yang mengekor di belakangnya.

Keluarga besar Wijaya-Wicaksono pun menghampiri Gavriel dan memeluk Gavriel bergantian dengan urutan , yang sepertinya sudah di atur sehingga tidak ada cek-cok di antaranya.

Setelah semua anggota keluarga memeluk bergantian selesai, mereka pun bersama-sama memasuki mansion dan berjalan ke arah ruang keluarga berada. berjalan dengan Gavriel yang di apit para nenek, dengan kiara yang mengalah dan bejalan dengan para kakek.

Meski dulu Baik Kiara, para nenek dan juga kakek pernah sesekali mengunjungi Gavriel. Nyatanya mereka tidak benar-benar bisa bertemu dalam durasi lama, karena saat mereka di sana pun Gavriel ternyata lebih dari sekedar sibuk dan berujung dengan mereka yang tidak bisa bertemu dengan pelukan canda tawa seperti ini.

Canda tawa dari para kakek dan nenek di tanggapi Gavriel dengan kekehan kecil, kekehan mahal yang tidak akan bisa orang lain lihat sembarangan. Kekehan dengan orang-orang tertentu saja yang bisa lihat, kekehan yang akan Gavriel berikan untuk orang-orang yang penting saja.

Disaat keenam orang ini sedang tertawa dan berbincang bersama, terdengar suara langkah kaki semangat juga langkah kaki lainnya yang terdengar biasa, dari arah lorong pintu masuk ruang keluarga. Kemudian suara sapaan semangat dari seorang perempuan muda, Nona bungsu Wicaksono__Selyn.

"Mas!"

Gavriel pun menoleh dan mendapati sang adik yang berjalan dengan langkah lebar ke arahnya, Gavriel sungguh pangling dengan penampilan sang adik yang semakin cantik, dengan rambut lurus panjang.

Ia yakin jika selama ia ada di luar negeri adiknya banyak mendapat ajakan berkenalan bahkan ajakan kencan juga. Seketika penyakit lamanya muncul, apalagi kalau bukan brother complex yang membuatnya gerah seketika.

Sialan, mulai sekarang Selyn pun harus masuk dalam pengawasanku, batin Gavriel dengan penuh janji.

"Princess," sahut Gavriel dengan nada datar, namun ada perasaan hangat di

dalamnya dan semua tahu jika Gavriel pun senang dengan kedatangan si bungsu.

Tap! Tap! Tap!

Gavriel berdiri dari duduknya, bersiap menerima pelukan sang adik,

Namun sayang, bukannya pelukan yang diterimanya, Gavriel justru harus menerima sakit di perut dengan sixpack sempurnanya, saat sang adik melayangkan tinjuan dengan kekuatan tidak main-main.

Buaggh!!

Ouchh!!

Greepp!!

Pekikan lirih terdengar meski samar, tapi tidak lama karena setelahnya sang adik pun memeluknya erat dan membisikan kata dengan nada menahan isakan.

"Mas jahat! Nggak sayang El lagi yah, masa nggak kasih tahu El kalau hari ini pulang."

Gavriel mengeratkan pelukanya, menenggelamkan tubuh semampai sang adik kedalam pelukaan posesifnya, menghirup dalam aroma khas sang adik yang menurun dari Mommy mereka.

Andai dia juga bisa aku peluk seperti ini, bukankah akan sangat menyenangkan saat dulu aku hanya bisa membayangkan," pikir Gavriel dalam hati.

Mengurai pelukannya dengan perlahan, Gavriel membingkai wajah dewasa sang adik dengan telapak tangan besarnya, kemudian mengecup kening sang adik sayang yang dibalas dengan kekehan senang.

"Miss me, heum?" bisik Gavriel di depan wajah sang adik.

Selyn mengangguk semangat dengan perfect eye smile, kemudian membawa tubuhnya masuk kembalin dalam pelukan kakanya yang berubah. Masih sehangat dulu, namun aura yang dirasakan oleh Selyn ada yang berbeda.

Tiba-tiba terbesit pikiran absurd darit Selyn, membuatnya mengernyit tidak suka saat menghitung sudah berapa banyak jumlah wanita di luar sana, yang di peluk atau dikencani sang kakak.

Bukan, Selyn bukan penganut cinta terlarang. Ia hanya tidak suka saat memikirkan, jika mba kesayangannya yang sudah lama menunggu di khianati oleh sang kakak. karena ia tahu bagaimana setianya seorang Queeneira, jadi ia merasa sangat tidak adil kalau sang kakak tidak menghargai calon kakak iparnya.

"Aku akan mengintrogasi Mamas, setelah ini dan tidak boleh lupa," janji Selyn dalam hati.

Masih dengan sang adik di pelukannya, Gavriel yang ingat jika masih ada seorang lagi yang perlu di sapa pun segera menoleh ke arah sang Daddy, yang berdiri dengan sang Mommy memeluk lengan sang Daddy menghadap ke arahnya.

"How are you Dadd?" tanya Gavriel menatap Dirga dengan tatapan rindu, ini pertemuan kesekian baginya tapi ada yang beda, saat ia menemui sang Daddy di balik meja kantor dengan sekat dokumen di tengah-tengah mereka, dengan sang Daddy yang menatapnya hangat khas seorang ayah.

"Feel good and welcome back, my son," sahut Dirga dengan segaris senyum khasnya.

Bab berikutnya