webnovel

Datang dan Pergi Sesuka Hati

Saat ini

Gavriel, yang menerima telepon dari seseorang, dengan segera meninggalkan gedung studio tempat

sahabatnya bekerja. Ia berjalan dengan langkah tegapnya, tanpa menoleh dan juga melangkah tergesa.

Ia juga tidak memperdulikan orang-orang, terlebih kaum hawa, yang melihatnya dengan eksprsi berbinar kagum, serta pekikan yang mengelu-elukan paras tampannya.

Mungkin dulu ia akan merasa geli dan takut, saat dulu mendapatkan tatapan seperti itu tapi tidak untuk sekarang. Ia hanya akan menanggapinya dengan mengirim tatapan mata super tajam, yang sayangnya tidak mempan malah membuat mereka menjerit lebih histeris, lupa diri.

Jujur … Ia sudah puas dengan tatapan dan juga jeritan terpesona, dari kebanyakan orang yang melihatnya.

Ia juga sudah terbiasa, saat wanita-wanita di luar sana mengirimnya kedipan mata menggoda, bahkan ajakan dengan tema dewasa didalamnya.

Namun sayang sekali, ia sangat menyayangi tubuhnya, menyayangi reputasinya juga menyayangi cinta belum kelarnya. Cinta yang datang di waktu yang salah, namun ia menyukainya.

Cinta yang tumbuh tanpa disadarinya, cinta yang membuatnya sempat berat untuk pergi meninggalkan kota kelahirannya.

Cinta kepada sahabatnya, yang berjanji akan menunggunya hingga kembali, sehingga ia pun semangat menjalani masa belajarnya.

Namun sayang, Gavriel tidak menyadari satu hal. Rasa semangatnya dalam hal belajar, rasa ambisinya untuk meraih segalanya dalam tenggang waktu yang di tetapkan, telah membuat ia melupakan pentingnya komunikasi dan membuatnya kerap melupakan, jika ada seseorang yang menunggunya tepatnya menunggu kabar darinya.

Gavriel pun tetap berlalu, melanjutkan langkah kakinya, tanpa peduli dengan apa yang dilakukannya ternyata lebih membuat mereka salah paham.

"Persetan," batinya tidak peduli.

Di depannya saat ini ada mobil yang tadi di kendarainya. Memasuki segera kendaraannya, Gavriel menggas dengan dalam sehingga bunyi deruan mobil terdengar, baru kemudian memindahkan persneling sehingga mobil pun melaju dengan kecepatan kencang.

Brummm!!

Sementara Gavriel yang pergi dengan meninggalkan keributan dikalangan karyawan wanita.

Disaat bersamaan di tempat lainya,tepatnya ruangan yang tadi menjadi tempat pertemuan sahabat lama ini, ada Queeneira yang masih menatap pintu dengan perasaan tidak menentu.

Ia akui ada perasaan senang saat melihatnya, tapi saat mengingat jika selama ini ia tidak pernah mendapat kabar dari yangbersangkutan, seketika rasa kesal menghampirinnya dan ia juga berharap jika selamanya saja sahabatnya tidak pernah menemuinya.

Menurutnya itu lebih baik, daripada datang tiba-tiba dan hanya sebentar lalu pergi tanpa kata, selain kata long time no see diawal pertemuan.

"Sialan, bikin kesal saja," pikirnya dalam hati.

Sungguh ia tidak habis pikir, bagaimana bisa sahabatnya dengan enteng berkata seperti itu, saat dulu kabar pun tidak sampai kepadanya.

Jika ia tidak bertanya kabar dari Selyn atau onty Kiara, mungkin ia juga selamanya tidak akan tahu kabar mengenai sahabatnya.

Melangkahkan kaki meninggalkan ruangan, Queeneira segera memasang wajah kesal, saat melihat wajah tanpa dosa asistenya yang menatapnya dengan binar mata bahagia.

Membuat perasaannya tidak enak, apalagi ia tahu jika asistenya adalah salah satu fans sahabatnya.

Dari mana ia tahu jika asistennya adalah salah satu fans sahabatnya?

Ia tahu saat ia melihat asistennya membawa majalah dengan poster sahabatnya terpampang jelas, menjadi cover di setiap majalah bisnis danhuburan.

Queeneira juga baru tahu, jika selain pebisnis Gavriel pun menjadi ambassador perusahaannya, karena parasnya yang menjual.

Bukan hanya itu, Gavriel juga mampu memperluas area sahamnyadalam kurun waktu singkat, tidak lama sejak Gvariel memegang perusahaan,Gavriel juga mampu menarik banyak para investor untuk ikut begabung.

Ini semua berkat kecakapan serta kepiawaian Gavrie, dalam hal yang behubungan dengan meyakinkan dengan janji yang terbukti jelas.

Tanpa banyak bicara, Queeneira melangkahkan kakinya tanpa mengidahka sang asisten yang mengekor di belaakngnya, lengkap dengan cengiran bahagianya.

Kelihatan sekali jika asistennya sangat bahagia bertemu idolanya.

"Menyebalkan," batin Queeneira sebal.

Jalan dengan kaki menghentak, Queeneira terlihat seperti tidak ikhlas saat tahu atau memang sebenarnya tidak ikhlas saat memikirkan sahabatnya menjadi idola banyak wanita gatal di luar sana.

"Bu! Tunggu, isk … Jangan tinggalkan aku," seru sang asisten__Andine.

"Ck … Pergi jauh-jauh. Jangan dekat-dekat," sembur Queeneira kesal, mambuat Andine yang merasa sang bos marah pun terkekeh canggung.

Ia mana tahu hubungan keduanya seperti apa, yang ia tahu hanya idolanya yang menyapanya ramah dan berkata jika dia adalah sahabat lama dari bos cantiknya.

"Yah … Queeneira, ayolah jangan ngambek. Aku kan tidak tahu, apalagi kamu kan tidak memberi larangan untuk oppa kesayanganku datang kemari," timpal Andine semakin menjadi, membuat Queeneira tiba-tiba berhenti dari jalannya, kemudian berbalik dan menatap tajam Andine, asissten sekaligus teman semasa ia kuliah.

Tatapan tajam dari Queeneira tentu saja membuat Andine kicep seketika, memang sih selama ini teman sekaligus Bosnya akan selalu memasang wajah garang jika ada laki-laki yang ingin melakukan PDKT, tapi masa iya dengan oppa idolanya juga seperti itu.

Hey! Ini Gavriel Wijaya loh yang sedang mereka bahas, laki-laki seribu umat dengan segala macam kesempurnaannya.

Bukan author edan tapi Gavriel, anak sulung pasangan Dirga dan Kiara Wijaya(Wicaksono), yang sukses menjadi pengusaha dengan segala macam pencapaiannya diusia muda.

"Ck … Jangan banyak alasan. Pokoknya jangan banyak tanya," ujar Queeneira cepat, saar Andine hendak menyela dan bertanya lagi.

"Yah, Queene, kalau kamu tidak mau kasih tahu aku bertanya saja denga-

"Jangan sampai kamu melakukan itu atau gaji kamu akan aku potong. Paham?"

Setelah menyela dengan galak ucapan asistennya__satu-satunya temannnya pula, Queeneira meninggalka Andine dan mauk ke dalam ruangannya, membuka dan menutup pintu dengan debaman keras.

Membuat Andine berjenggit kaget dan mengusap dadanya, menenangkan detak jantungnya yang berdetak kencang efek debaman pintu.

Brakk!

"Astaga, ini semua karena oppa Gav, coba kalau tidak memberikan senyum tipis layaknya keripik. Queene pasti tidak akan marah sama aku," dumel Andine antara mengeluh dan bersyukur.

"Tapi sebenarnya ada apa dengan mereka? Apa dulu mereka pacaran, terus putus karena oppa punya pacar lebih cantik? Oh atau karena oppa Gav pergi ninggalin Queene ke luar neger? Heum … Bisa jadi sih," lanjut Andine dengan segala macam

pikiran ngawurnya, namun tidak semuanya salah Karena memang salah satu alasan adalah karena kepergian keluar negeri.

Andine pun tersenyum lagi, saat ingat pertemuan pertamanya dengan Gavriel.

Saat itu ia baru saja keluar dari ruangan Queene habis meletakkan berkas, lalu tiba-tiba Gavriel berdiri di depan pintu, lengkap dengan wajah datar berganti senyum tipis saat ia menyebutkan diri sebagai teman sekaligus asisten Queeneira.

"Ah! Oppa Gavriel," pekik Andine kesenangan, sambil melangkahkan kakinya meninggalkan pintu ruangan Queeneira.

Sementara Andine dengan rasa senangnya, Queene yang saat ini sedang duduk di kursi kerjanya terdiam dengan pemikirannya.

Bagaimana ia bisa sekesal ini, sebenarnya karena apa ia kesal?

Apakah karena kedatangan tanpa kabar sahabatnya, temannya yang mengidolakan sahabatnya atau justru karena sahabatnya yang datang hanya sebentar lalu pulang?

"Entah aku pun bingung," gumam Queeneira.

Dan apa-apaan tadi sikapnya, menyalahkan orang lain terlebih itu temannya sendiri, yang tidak tahu kisah kebenaranya tentang ia dan sahabatnya.

"Gavriel payah, datang dan pergi sesuka hati." batin Queeneira kesal.

Bersambung.

Bab berikutnya