webnovel

Princess in Love

Penulis: Frisca_6869
Selebritas
Sedang berlangsung · 22.7K Dilihat
  • 7 Bab
    Konten
  • peringkat
  • N/A
    DUKUNG
Ringkasan

Pernikahan paksa seorang putri dari kerajaan Chosun dengan seorang pangeran dari China

tagar
2 tagar
Chapter 1Satu

Park Shinhye. Semua orang menganggap dia putri kerajaan yang bernasib beruntung. Memiliki kuasa dan harta berlimpah. Berwajah cantik dan dicintai oleh banyak orang. Namun siapa sangka sang putri kini menjadi tawanan di negeri seberang. Entah cinta atau kebahagiaan, ia tidak berani lagi mengharap semua itu. Semua bermula di hari itu, ketika kerajaan Chosun mengalami kekalahan dalam menghadapi perang dengan kerajaan Ling dari China. Perang antara dua negara yang begitu besar dan menelan banyak korban.

***

"Tuan Putri!" seru beberapa orang yang mengejar. Hanbok yang mereka kenakan sederhana, berbeda dengan junjungan mereka tersebut yang berpakaian mewah meski dandanannya terbilang sederhana. Rambut panjangnya hanya dijalin menjadi kepang satu dengan pita merah seperti gadis muda pada umumnya. Polesan di wajahnya juga terlihat natural, tetapi tawa lepas di wajah tersebut memang memikat siapa pun yang melihat.

"Ayo kejar aku!" ujar sang tuan putri. Dia kembali terkekeh melihat seorang pelayan justru hampir tersandung dan ditabrak oleh pelayan lain dari belakang.

Shinhye sibuk menertawakan sambil menunjuk mereka. Ia lalu berbalik dan menabrak dada bidang seseorang. Orang yang ditabrak tersebut hanya diam, begitu pula Shinhye. Tatapan keduanya bertemu dan saling bertaut.

Lelaki muda yang ditabraknya tersebut tidak lain adalah jenderal Song Jongki. Dia adalah jenderal muda yang cakap dan populer karena ketampanan wajahnya. Semua wanita baik itu dari kalangan pelayan maupun bangsawan, semua tergila-gila padanya. Tidak terkecuali Shinhye sendiri. Sudah lama dia mengagumi dan menaruh hati kepada sang jenderal.

Perasaan tersebut tidak bertepuk sebelah tangan karena Jongki juga menaruh hati pada sang tuan putri. Bukan karena kemolekan tubuh atau kedudukan, tetapi karena ia menyukai tawa yang menghias wajah gadis tersebut. Lekukan bibir yang khas dan sorot mata lebarnya yang polos telah membuat Jongki tergila-gila.

Saat bertatapan seperti ini, degup jantung keduanya berdebar keras seolah tidak terbendung. Pancaran mata yang melekat seolah mengungkapkan rasa tanpa kata yang berada di hati masing-masing.

"Kau ini selalu saja tidak pernah berubah. Ceroboh dan tidak berhati-hati," ucap Jongki yang masih saja menatap lekat gadis itu.

"Aku tahu tapi kau akan tetap mencintaiku, 'kan?"

"Jangan berbicara seperti itu. Bagaimana kalau orang-orang mendengarmu?"

"Kenapa memangnya jika orang-orang mendengarku? Mereka tahu kita berdua saling mencintai. Kita juga telah bertunangan. Sebentar lagi juga akan menikah. Semua orang juga tahu tentang itu. Jadi untuk apa kita tutupi lagi?" tanya Shinhye sambil tersenyum kecil. Jongki ikut tersenyum mendengar kata-kata polos gadis yang dicintainya. Orang-orang di sekeliling mereka ikut tersenyum.

Akan tetapi, di tempat lain tidak jauh dari situ, seorang gadis terlihat memasang wajah kesal. Tangannya mencengkeram kuat cangkir berisi teh yang tengah dibawa hingga pecah berkeping.

'Shinhye. Selalu saja Shinhye. Jika dia tidak ada, kau pasti akan lebih memperhatikan aku. Aku harus mencari cara untuk menyingkirkan Shinhye agar Jongki menjadi milikku!' ucapnya dalam hati.

***

Wajah Park Jiwon tidak berubah. Masih tetap datar dan tanpa ekspresi meski darah segar menetes membasahi lantai. Serpihan pecahan cangkir yang masih berada di tangan tidak terasa menyakitkan karena hatinya merasakan sakit yang lebih dalam.

"Tuan Putri, apa yang terjadi?" tegur seorang wanita paruh baya yang bergegas mendekat. Ia segera dengan hati-hati membersihkan serpihan kaca dan membalut tangan Jiwon yang terluka dengan sapu tangan.

"Tuan Putri, ayo kita kembali ke kamar. Tabib akan memeriksa luka Tuan Putri," ucap wanita itu lagi.

Tidak berapa lama, tabib keluar dari kamar tuan putri tersebut. Jiwon segera bangkit berdiri. Ditatapnya luka di tangannya dengan penuh rasa amarah yang membuncah. Kesesakan emosi dalam dadanya seolah tidak lagi bisa tertahan.

"Aku harus secepatnya mencari cara untuk menyingkirkan Shinhye. Sebisa mungkin dia pergi untuk selamanya, berani betul dia membuatku merasakan sakit seperti ini," desisnya geram.

***

Suasana di dalam istana sendiri berubah tegang. Semua karena laporan kekalahan yang didapat dalam peperangan melawan kerajaan Ling di China. Kerajaan Ling memang memiliki armada yang kuat serta ambisi untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan lain. Merasa terancam oleh keberadaan dan pertumbuhan kerajaan Chosun membuat kerajaan Ling menyerang kerajaan tersebut.

"Usul hamba, Yang Mulia, sebaiknya kita penuhi saja permintaan mereka," ucap seorang pria paruh baya.

Wajah sang raja berubah marah. Tatapannya dingin dan tajam saat menatap lelaki yang bersimpuh di hadapannya tersebut. Yang lain hanya menundukkan kepala tanpa berani membalas tatapan junjungan mereka tersebut.

"Perdana Menteri, pikirkan perkataanmu baik-baik. Kau ingin aku mengorbankan putri sulungku untuk dikirim ke sana?" ucap sang raja dengan nada marah.

"Yang Mulia, hamba tidak berani. Tapi saat ini rakyat juga dipertaruhkan. Jika kerajaan Ling benar-benar mengerahkan kekuatan untuk menggempur kerajaan kita, maka kita pasti akan hancur. Rakyat juga akan menderita."

Sang raja diam berpikir. Apa untuk kedamaian negeri dia harus mengorbankan putrinya menjadi istri tawanan di kerajaan musuh?

***

Seorang gadis muda terlihat tengah melangkah tergesa. Ia kemudian bergegas masuk ke kamar Jiwon setelah dipersilakan. Wajahnya terlihat tegang dan napasnya terengah-engah. Hanbok biru muda yang adalah seragam pelayan istana terlihat sedikit kusut.

"Beraninya kau menghadap Tuan Putri dengan penampilan berantakan seperti itu!" tegur seorang wanita paruh baya yang berdiri di samping Jiwon.

Pelayan yang baru tiba tersebut segera berlutut. Tubuhnya membungkuk hingga wajah menyentuh lantai.

"Maafkan saya, Tuan Putri. Maafkan saya. Saya hanya ingin memberitahu tentang kabar dari istana raja," ucapnya dengan suara gemetar. Ia benar-benar ketakutan. Jantungnya berdegup makin cepat. Semua tahu putri Jiwon adalah orang yang bahkan tega mencambuk pelayannya hingga tewas hanya karena salah menyajikan makanan.

"Cepat beritahu aku ada apa atau aku akan menghukummu dengan berat!" perintah Jiwon sambil menatap tajam.

"Tuan Putri, Yang Mulia telah mengatur agar Anda dikirim sebagai pengantin tawanan perang dengan kerajaan Ling."

Kata-kata gadis itu terhenti saat Jiwon menggebrak meja dengan keras. Dia menggeleng dan bergegas bangkit dari duduknya. Sang gadis pelayan terlihat makin ketakutan dan tidak berani mengangkat wajahnya. Sedang Jiwon justru melangkah menjauh. Dia harus memikirkan cara menghindar dari masalah ini. Seulas senyum tipis kemudian muncul di wajahnya.

'Ini adalah kesempatan bagus untuk menyingkirkan Shinhye. Aku akan mengirim dia sebagai pengantin tawanan dan dia tidak akan bisa menolak. Akhirnya keinginanku terkabul. Jongki akan menjadi milikku.'

Setelah itu, ia bergegas menuju kamar adiknya itu. Pikirannya hanya terpusat pada satu hal. Ia ingin menyingkirkan Shinhye dan memiliki Jongki. Shinhye sendiri merasa heran dengan kedatangan sang kakak. Selama ini mereka tidak pernah dekat, bahkan jarang bertegur sapa. Saat kecilpun mereka tidak pernah bermain bersama. Kini tiba-tiba Jiwon datang mengunjungi, meski begitu Shinhye tidak menaruh curiga. Ia tetap menyambut ramah sang kakak di kediamannya.

Anda Mungkin Juga Menyukai