webnovel

Part_03

Aku mengerjap, "Wow, apa dia barusan tadi itu melakukan teleportasi? Keren sekali. Madam Ro itu sebenarnya siapa? Salah satu guru di sini?"tanyaku penasaran.

"Dia adalah kepala koki, jarang sekali keluar dari gedungnya. Dia ramah dan kadang menyapa murid baru yang menarik perhatiannya. Teleportasi seperti yang dilakukannya tadi dan telekinesis adalah keahliannya."

Aku mengangguk-angguk. "Berapa umurnya?"

"Eum, sekitar 140 tahun."

Aku sempat menutup mulut kaget selama dua detik kemudian membuka mulut lagi. "Eh? Sungguh? Apa dia bukan manusia? Maksudku dia tidak terlihat begitu tua sebagai seorang nenek, sebelumnya ku pikir umurnya baru 80-an."

"Dia memiliki kekuatan tapi tidak punya darah makhluk lain selain manusia. Intinya dia manusia murni yang spesial, tapi potensi kekuatannya tidak sebesar anak-anak lainnya."Aku mendengar saksama sembari membayangkannya.

Wilson memungut kopernya kemudian melanjutkan, "Karena itu dia akhirnya memilih menetap sebagai koki hingga suatu kecelakaan di umur lima puluhnya membuatnya menjadi setengah vampir."

"Apa yang terjadi? Dia di gigit vampir?"aku tidak bisa menyembunyikan dan menahan rasa penasaran ku sejak menginjakkan kaki di tanah baru ini, sungguh.

"Dia diracuni, dengan darah vampir."

Aku melotot, "Astaga. Siapa orang jahat yang melakukan itu?"

"Seorang vampir dari angkatan yang iri dengannya. Sebagai manusia yang spesial, Madam Ro berhasil selamat dan menjadi setengah vampir sejak itu."

"Wah, Madam Ro beruntung sekali ya."

"Ya begitulah, dia juga pernah bercerita kalau dia bersyukur dapat melakukan ini-itu sampai sekarang di tambah lagi tubuhnya tidak akan mudah lelah seperti manusia biasa."

Lagi, aku membayangkan Madam Ro melakukan banyak hal dengan senang. Wah, hebat sekali.

"Wil, katamu kita adalah keturunan dewa dewi. Apa mungkin kita bisa abadi?"

Wilson mengangkat bahunya, "Entahlah. Tapi seingat apa yang aku pelajari dulu itu.. walaupun kita anak dari dewa dewi atau bahkan adalah reinkarnasi dewa dewi hebat, kita tidak bisa abadi jika belum resmi dilantik menjadi seorang dewa dewi."

"Jadi intinya, kita harus benar-benar menjadi dewa dewi resmi dengan kekuatan kita sendiri yang sekarang ini tanpa mengingat bagaimana asal usul atau diri kita di masa lalu?"

Wilson menjentikkan jarinya, "Tepat sekali."

"Oke, lalu bagaimana masa depan kita nantinya?"sebelum Wilson salah paham, aku cepat-cepat melanjutkan. "Maksudku.. kita sekolah sampai kelas tiga seperti sekolah pada umumnya 'kan? Mengulang jika kemampuan kita masih kurang. Pertanyaannya adalah, apa yang akan kita lakukan setelah keluar dari Academy ini? Di mana kita akan bekerja? Kita.. apa kita bahkan tidak bisa bekerja seperti orang biasanya?"

Wilson mengangkat bahunya, "Kita baru masuk sebagai murid kelas satu, masa depan tentu belum jelas. Ada banyak jalan. Kamu bisa tinggal bekerja di sini jika pihak Academy menyetujui, kamu bisa bekerja pada kelompok semacam pemerintahan yang mengurusi kekuatan dan sebagainya atau kamu bisa membentuk kelompok. Ingin menjadi orang biasa? Tentu saja bisa, ada ujian khusus yang diadakan pada akhir kelas tiga untuk berjaga-jaga jika ada murid yang ingin hidup biasa."ia kini memungut koper milikku, "Masa depan adalah milik kita, kita yang menentukannya."

"Lalu bagaimana denganmu? Kamu ingin me—"

"Aku hanya ingin hidup sederhana. Aku ingin kekuatan yang ku miliki ini dapat berguna dengan baik."jawabnya sebelum aku selesai bertanya.

Aku tersenyum, lalu tiba-tiba mengingat sesuatu. "Oke, lalu Vilcathe Academy benar-benar berada di langit? Di atas awan atau pulau terbang begitu?"

"Makanya, di perjalanan tadi seharusnya kamu lihat sekeliling."nada bicaranya terdengar seperti orang tua yang memberi nasihat.

"Maaf, kan tadi aku terlalu serius mendengar penjelasanmu." ucapku sedikit membela diri sembari mengambil alih koperku dari tangannya.

"Sudahlah, ayo kita ke aula. Kita mungkin akan terlambat." ucapnya mendorong koper dan menggandeng tanganku.

Dia bilang kita mungkin terlambat, tapi lihatlah cara jalannya sekarang. Tetap santai seperti tidak ada apa-apa.

Aula

Eville pov

Aula Vilcathe Academy luas sekali, ratusan kursi telah tersedia dengan apik di dalamnya. Kursi-kursi itu dibangun dengan posisi semakin tinggi ke belakang, seperti di bioskop. Letak aula sendiri ada di lantai 3. Kami menaiki tangga melingkar untuk sampai ke sini, cukup melelahkan sebab aku terbiasa menaiki lift.

Saat aku dan Wilson melangkahkan kaki menuju kursi barisan depan, barisan itu yang masih kosong. Dari belakang, terdengar samar-samar suara dari murid-murid baru.

Aku tidak berbohong atau terlalu percaya diri! Suara-suara yang kebanyakan mengatakan soal fisik kami yang bagus itu tertuju untuk kami. Telingaku sampai panas mendengarnya, untung saja Wilson menyadarinya dan cepat-cepat menarik tanganku menemukan bangku kosong.

Akhirnya para guru masuk tidak lama kemudian, salah satu dari guru itu naik di atas panggung. Pasti dia adalah Kepala Vilcathe Academy. Dia memakai gaun krem yang indah, wajahnya tegas namun sorot matanya lembut. Dia begitu menawan.

"Selamat pagi para murid baru, selamat datang di Vilcathe Academy. Saya adalah kepala sekolahnya di sini, nama saya Fetty Renian, panggil saya Mrs. Fett. Ada beberapa peraturan di Vilcathe Academy atau disingkat VA, yaitu:

1) Dilarang membully, membuat keonaran, dan berhubungan dengan hal porno

2) Setiap anak memiliki hewan pendamping atau partner minimal 1 (ditemukan di hutan)

3) Setiap murid memiliki tongkat sihir (didapat di VA shop)

4) Kalian boleh memiliki pasangan, jika telah memiliki pasangan harus terus bersama (setia) jadi tidak boleh mengganggu pasangan lain.

5) Pada pukul 21.00 malam, tidak ada yang boleh keluar dari asrama.

6) Jika melanggar aturan akan diberi hukuman."jeda sebentar.

"Peraturan aneh macam apa pada nomor 4 itu? Aneh sekali."aku bergumam dan Wilson yang sepertinya menyadari itu langsung mengisyaratkan untuk diam.

"Dan mengenai kamar, fasilitas dan kelas, yaitu:

1) Asrama digabung, kamar wanita dan pria saling berhadapan. 1 kamar untuk 3 orang

2) Dalam 1 kamar terdiri dari 3 kasur, 3 lemari, 3 meja belajar, 3 kamar mandi, 1 karpet lebar, 1 ruangan untuk hewan pembantu atau partner

3) Di dalam lemari telah tersedia seragam berbagai kelas dan 1 buah VA-Phone, VA-Phone hanya boleh digunakan di dalam kamar

4) Untuk sarapan pagi dan makan malam ada ruang makannya. Sementara makan siang di jam istirahat, kalian dapat makan di kantin sekolah

5) Waktu untuk sarapan pagi dari pukul 06.00-07.30, makan siang jam istirahat pada 12.00-13.00, dan makan malam pukul 19.00-20.30. Kalian boleh datang jam berapa pun diruang makan tetapi makanan hanya disiapkan pada jamnya. Sedangkan masuk kelas pada 08.00-15.00.

Kami di sini tidak akan begitu menuntut kalian. Jika ada yang melanggar aturan lebih dari 3 kali dan ketahuan, maka murid itu akan di karantina seminggu di penjara bawah tanah. Ada yang ingin bertanya?"jelas Mrs. Fett panjang lebar diakhiri pertanyaan.

Salah satu murid baru mengangkat tangan, sepertinya dia vampir terlihat dari pakaiannya yang gelap dan taring.

"Mrs, kapan kelas dimulai? Dan apa kami boleh keluar dari lingkungan VA?"tanyanya.

"Selama 2 minggu ke depan kalian akan diliburkan, lalu akan diadakan pembagian kelas, setelah itu kelas dapat dimulai esoknya. Kalian hanya boleh keluar dari VA jika telah mendapatkan izin dari saya. Paham? Ada lagi?"

"Paham, Mrs."ucap kami serempak.

"Baiklah, silahkan melihat pembagian kamar kalian pada mading yang ada di sana. Kalian juga dapat melihat peta di samping mading. Kemudian kalian boleh ke kamar masing-masing."tunjuk Mrs Fett ke arah mading.

Eville end pov

"Masih banyak orang-orang yang berkerumun, aku jadi malas."gerutu Eville mengunyah snack yang cukup jauh dari mading.

"Kamu mau, Wil?"tanya Eville menyodorkan snack-nya dan Wilson tanpa ragu memakannya.

"Sudah sepi, ayo ke sana!"ucap Wilson berjalan menuju mading dan Eville menyusulnya.

Mereka menelusuri setiap nama dan akhirnya menemukan nama masing-masing.

"Ketemu, kamar nomor 63. Kalau kamu, Wil?"ucap dan tanya Eville menatap Wilson.

"Aku dikamar 73. Menurut perkiraanku kamar kita tepat berhadapan."jawab Wilson, tersenyum.

"Oh ya? Bagus, kita jadi dekat dan tidak perlu jalan jauh untuk bertemu."Eville tersenyum juga, "Ayo ke sana!!"

"Maaf, Vill. Tapi aku harus menemui temanku."

"Ya sudah, kamu pergi aja. Aku bisa jalan sendiri ke asrama."

"Kamu yakin? Tidak apa kutinggal?"

"Nggak apa-apa kok, lagian cuma ke asrama doang 'kan dekat. Kita ketemu lagi nanti, hati-hati ya..."ucap Eville santai, ia melambaikan tangan dan berbalik pergi.

Sementara Wilson terus menatap punggung Eville yang semakin menjauh hingga tak terlihat lagi.

****

Bab berikutnya