webnovel

Drama Haid

Perut Dee kram sekonyong-konyongnya. Ia meringkuk di bawah selimut. Ia selalu kesakitan saat haid hari pertama. Ia kembali menggoyangkan pantatnya untuk menetralisir rasa sakit di perutnya. Demir yang baru saja selesai sholat subuh geleng-geleng kepala melihat Dee menggoyangkan pantatnya. Antara kasihan dan sange melihat sang istri seperti itu. Kadang pikiran mesum itu muncul membayangkan menyergap Dee dari belakang. Pasti seru.

Demir menyingkap selimut Dee. Tangan nakalnya mengelus pantat sang istri. Memberi ketenangan seraya mengambil kesempatan grepe-grepe sang istri.

"Masih sakit?" tanya Demir prihatin. Ia melihat wajah Dee pucat.

"Masih Mas," jawab Dee meringis.

"Ya udah tunggu ya," kata Demir beranjak pergi.

Tiga puluh menit kemudian Demir kembali dan minta Dee tidur telentang. Ia mengangkat baju Dee ke atas. Demir memijit perut Dee untuk meredakan rasa nyeri.

Demir memberikan segelas minuman berwarna kuning pada Dee.

"Ini apa Mas?" tanya Dee sebelum minum.

"Ini minuman pereda nyeri haid. Mas curi resep dokter Zaidul Akbar."

"JSR ya?" tebak Dee dijawab anggukan oleh sang suami.

Dee meneguk habis minuman yang dibuatkan Demir untuknya.

"Mas, enak. Apa saja bahannya? Nanti jika sakit lagi aku bikin sendiri."

"Bahannya vegan milk, kunyit bubuk, kayu manis bubuk, jahe bubuk dan madu murni. Cara bikinnya cukup blender dan disaring."

"Gampang banget ya Mas. Kirain bakal susah dan rasanya enak sekali."

Demir mengelus kepala Dee, "Tidak sayang. Buatnya gampang sekali."

"Makasih suamiku sayang," balas Dee mengecup bibir Demir sekilas.

"Dasar anak kecil nakal. Coba kamu enggak haid udah Mas terkam."

"Jangan bilang aku anak kecil Mas. Walau kecil udah bisa bikin anak loh."

"Mana buktinya?"

"Sekarang enggak bisa buktikan Mas karena aku masih mens. Sabar ya suami sayang," ucap Dee nakal membelai brewoknya Demir. Dee menyandarkan bahu di kepala suaminya.

"Kenapa kamu suka banget membelai brewok Mas?"

"Abisnya geli kalo di poppo Mas."

"Poppo itu apa sich?" Demir geleng-geleng kepala. Banyak istilah ajaib dari Dee yang tak dia mengerti.

"Poppo artinya cipok," balas Dee memonyongkan bibir sehingga Demir dengan cepat menyergap bibirnya. Tak hanya itu Demir juga mengendus leher Dee dan menggesekkan brewoknya.

"Mas geli," pekik Dee antara tertawa dan nangis.

"Siapa suruh jadi cewek nakal." Demir melotot pada Dee.

"Aku jadi cewek nakal cuma sama Mas biar mesum Mas ada yang imbangi." Jawab Dee tanpa rasa bersalah.

"Sesama mesum dilarang saling menghujat. Dasar istri mesum," balas Demir tak terima ucapan sang istri.

"Dasar suami mesum," kekeh Dee menjulurkan lidahnya pada Demir.

Demir langsung menggelitik pinggang Dee karena telah mencandainya. Mereka guling-guling di atas kasur hingga ranjang mereka berantakan.

"Mas ampun. Aku enggak kuat mau pipis kalo di gelitik. Udah ah."

"Pipis enak mau?" Seperti biasanya kemesuman Demir muncul. Menaik turunkan alisnya menggoda Dee.

"Enggak bisa sekarang lagi palang merah. Sabar atuh. Mas lucu ya kalo diingat-ingat." Dee duduk di atas ranjang dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

"Lucu apanya?" Demir duduk di sebelah Dee menaruh kepalanya di bahu istrinya. Ia merasakan kenyamanan bersandar di bahu istrinya. Dee mengelus rambut sang suami yang dicukur model buzz cut. Penampilannya semakin menarik dan lebih muda. Sejak menikah entah kenapa Demir punya hobi baru mencium aroma tubuh Dee bahkan ia tak segan mencium ketek Dee.

"Mas kalo cium ketek aku keingat ma iklan jadul dulu dech. Iklan deodorant. Jadi untuk membuktikan produk mereka memang ampuh membunuh biang keringat diadakan kontes cium ketek. Cowok cium ketek cewek yang make produknya dan produk lain. Mana yang tahan ciumnya."

Demir memegangi perutnya yang sakit karena kelucuan Dee. "Ingat. Kalo istilah sekarang viral namanya. Waktu iklannya booming kamu umur berapa?"

"SD Mas."

"Kecilnya."

"Awet muda Mas dapat istri lucu dan muda kayak aku. Jika ingat perjalanan cinta kita lucu ya Mas. Dulu ingat Mas jadi dosen aku. Naik pangkat akunya. Mahasiswa jadi istri. Padahal dulu aku benci sama Mas karena sebagai dosen sangat menakutkan. Aku kasih Mas julukan pria kutub. Ya Allah sakit perut kalo ingat itu. Pernah jadi pacar sewaannya Mas biar enggak dijodohkan sama mami. Kalo difilmkan aku mau kasih judul 'My Lecture My Husband'."

"Kayak judul novel dong. Cari judul yang berbeda dong Dee." Protes Demir tak setuju dengan judul yang diberikan Dee.

"Mau judulnya anti mainstream? Baiklah." Dee menyentuh dahi dan menatap langit-langit kamar hotel. Sedang bertapa mencari inspirasi judul kisah cinta mereka.

"Aha…." Dee menjentikkan jarinya dan tersenyum riang.

"Udah ketemu judulnya?" Dee menggangguk. "Apa?"

"Azab mahasiswi menyumpahi dosennya si pria kutub dan ternyata dosennya itu menjadi suaminya," ucap Dee membuat Demir tertawa ngakak hingga jatuh dari ranjang.

"Awww…. Demir mengelus pantatnya yang telah mendarat di lantai.

"Kok ketawa sampai jatuh Mas?"

"Abisnya kamu sich. Masa kasih judul kisah cinta kita Azab sich? Itu kayak sinetron ikan terbang. Gak sudi. Lebih keren dong ah."

"Menikahi Tuan Dosen Tampan," ucap Dee memperlihatkan barisan gigi putihnya.

"Nah gitu dong baru Mas suka." Demir menangkup kedua pipi Dee dan mencubitnya. "Iya ya sayang. Lucu ingat semuanya. Enggak ada yang menyangka kita akan menikah. Mas masih ingat lo kamu tendang tongkat sakti Mas saat cium bibir kamu dulu. Masih ingat nggak?"

Dee tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit. "Gimana enggak ingat Mas mencuri ciuman pertama aku. Tongkatnya masih sakti nggak?" Dee melirik selangkangan Demir.

"Sangat sakti mandraguna," jawab Demir narsis. "Buktinya tangan kamu pegel hampir satu jam kan?"

"Issshhh mesum."

"Bukannya kamu suka hal berbau kemesuman?"

"Kampret banget sich suami aku."

"Language Dee." Demir mengingatkan.

"Maaf," cicit Dee. Tiba-tiba perut Dee kram seperti ditusuk-tusuk. Dee menjerit dan merintih kesakitan. Dee kembali bergelung di bawah selimut. Ia meringkuk seperti bayi menahan sakit.

"Kamu kenapa Dee?"

"Kayaknya aku kena azab," ucap Dee mengundang tawa Demir.

"Azab apa?" Tanya Demir dibarengi tawa.

"Enggak sopan sama suami. Kayaknya karma dibayar kontan," balas Dee meringis memegangi perutnya.

Demir meninggalkan Dee dan membawa air hangat dan handuk. Demir membuka selimut dan baju atas Dee.

Dee mencekal tangan Demir, "Mas jangan mesum ah. Perut aku lagi sakit."

"Siapa mau mesum?" Demir mencibirkan bibirnya.

"Lalu?"

Demir segera menaruh handuk panas di perut Dee untuk meredakan rasa sakit. Dee merasa lebih baik dan nyeri mulai berkurang.

"Mas enggak mesum. Pikiran kamu aja yang perez."

"Kata orang lo Mas." Dee memberikan senyum terbaiknya supaya Demir tidak marah. Bukankah cowok akan klepek-klepek jika cewek kasih senyum paling manis?

"Orang mesum itu tandanya orang pintar."

"Jadi bintang porno orang pintar?"

Dee melambaikan tangan ke udara, "Kalo itu aku enggak tahu." Dee terkekeh.

Hai Para pembaca terima kasih telah setia menunggu cerita ini untuk publish kembali. Setelah pindah tempat akhirnya bermuara di aplikasi webnovel. Aku akan update secara rutin. Jangan lupa kalian kasih review, power stone dan komentarnya.

Aku sedang adakan give away pulsa gopay senilai 25ribu buat dua orang yang beruntung dan diumumkan akhir bulan. Cara ikutan gampang banget. Tinggal kasih review dan power stone. Kalian beri review dan power stone maka kesempatan menang semakin besar.

ViviBarbaracreators' thoughts
Bab berikutnya