Noel menatap pemandangan yang tidak biasa yang kini ada di lapangan. Rasanya ia belum pernah melihat suasana seperti ini di Jurer secara langsung, bisa di bilang sesuatu yang asing. Kairi melihat kearahnya, yang berdiri di depan pintu dengan ekspresi penuh heran, memintanya untuk duduk.
"Duduklah." Ujar pemuda itu tanpa basa-basi sedikitpun.
Dengan heran Noel tetap mematuhinya, ia duduk di salah satu kursi yang ada di meja pelanggan. Kini tertarik tertarik pada sebuah Buku besar berwarna merah yang sengaja di atas meja. Bahkan tanpa di beri tahupun pria itu sudah mengenalinya, Katalog Keluarga Lupin.
Beberapa saat setelahnya pandangannya tertuju pada kenyataan yang aneh kali ini. Kairi yang terdiam sambil menyandar tembok, Toma yang duduk membelakanginya, juga Umika yang duduk sambil terus menggosokkan yang memegang teguh seolah menyimpan rasa cemas yang sangat besar. Tapi dari semua itu hal yang paling mencolok bagi Noel adalah, pandangan mereka yang kosong.
"Aku terkejut kalian sudah pulang Cipta ini. Jadi, bagaimana Ryokannya? " Tanya Noel.
Lumayan! Jawab Kairi singkat.
"Sungguh! Wah, aku jadi sedikit iri. " Canda Noel, yang sama sekali tidak diindahkan oleh ketiganya. Menyadari itu Noel langsung mengerti, mereka sedang tidak ingin bercanda saat ini. "Jadi... .apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Noel lagi.
Awalnya tidak ada yang menjawab, suasana masih sama sunyinya seperti semula. Sementara Noel yang menunggu jawaban terus berpikir apa yang sebenarnya telah terjadi. Apa mereka gagal dalam misi, apa mereka tidak menemukan koleksinya. Terus begitu sampai Kairi menghampiri mejanya lalu meletakkan Juste Une Ilusion di sana.
Ini?
"Kami mendapatkannya bukan dari gangler tapi...." Kairi tidak melanjutkan kalimatnya.
Dari manusia. Sahut Toma tiba-tiba.
"Apa?"
-----
PRANK!
Bunyi pecahan terdengar dari dalam ruangan, dari balik pintu tampak beberapa Podermen sedang meludahi tubuh yang bergetar saat melihat bagaimana rambut menghancurkan patung-patung batu berbentuk Podermen yang ada di dalam tubuh dengan sadis. Sementara Empusa hanya bisa menunduk sambil membayangkan seperti apa bentuk mayat-mayat yang menjadi batu itu nantinya.
"Sssstt! Bagaimana.... "
"Bukankah ini terlihat sangat bagus?" Tanyanya sambil melihat kearah Empusa, yang sontak langsung terkejud.
"I-iya Te-tentu saja Nona. Karya seni yang sangat menarik potongan tubuh, ah! Maksudnya patung batu yang bagus. " Ujar gangler itu, berhati-hati agar tidak salah bicara dan memperburuk situasinya.
"Tentu saja, itu sudah pasti."
"Oh, iya kemana Zanjio. Aku belum melihatnya sejak tadi? " Mendengar pertanyaan itu sontak membuat Empusa terdiam, sementara para Podermen yang mengintip dari balik pintu langsung kembali.
"Ah... .Zanjio ya, dia tentu sedang melaksanakan perintah dari Nona sekarang." Jawab Empusa dengan terbata-bata.
"Perintah?"
"Bagaimana Nona bisa lupa? Padahal Nona sendiri yang mengetakannya semalam. " Mendengar ucapan Empusa membuat Medusa teringat akan rencana yang ia katakan pada kedua bawahannya itu. Mengingat itu perlahan membuat suasana semakin membaik sehingga ular-ular yang ada di sini ikut tenang.
"Hahahaha, sepertinya kematian Patricia membuatku sangat terpukul. Baguslah jika dia sudah memulainya. " Mendengar itu membuat Empusa bisa bernafas lega.
Sayang itu tidak berlangsung lama, saat salah satu suasana Podermen mendatangi mereka dan memberikan kabar yang baru di dapat dari Zanjio. "Apa kau bilang?" Tanya Medusa sambil menatap tajam Podermen yang sedang berlututut di lapangan.
"Aa Nona tenanglah... .i-itu mungkin hanya kabar palsu, kita bisa menyesuaikannya." Sahut Empusa, yang memperbaiki hal itu malah semakin memperburuk situasi mereka semua.
"Apa kau bilang? Tenang? "
"APA KAU PIKIR AKU BODOH EMPUSA !!! KAU MENYURUHKU UNTUK TENANG... .. !!! "
"CARI! PENCURI ITU !! AKU TIDAK PEDULI BAGAIMANAPUN CARANYA !!! "
"Tidak-Nona...."
"Jika tidak di temukan... .KALIAN SEMUA AKAN KUPENGGAL !!!!"
Di tempat Zanjio yang lumayan jauh dari markas para Gangler yang mendengar suara teriakan itu dari kejauhan. "Yaampun... .bahkan teriakannya terdengar hingga kemari." Sambil menggelengkan sebuah kepala.
"Untung saja aku tidak berada disana, jika tidak aku pasti sudah tuli sekarang."
"Hah... Medusa jika bukan dia yang memintanya aku pasti sudah mengatakan jika itu adalah ide konyol yang pernah kudengar."
"Hahahaha, Menghidupkan mereka kembali? konyol sekali. "
"Ha ha ha...."
-----
"Apa? Gangler hasil percobaan? Tidak, bagaimana mungkin? " Ucap Noel tidak percaya, mendengar jawaban itu Kairi, Toma dan Umika hanya menghela nafas panjang. Mereka bisa mengerti kenapa pria itu tidak mempercayainya.
"Kau pikir kenapa kami mengatakannya." Sahut Toma sambil melihat keqarahnya. Noel terduduk kebangku di belakangnya, kini ia sudah tidak bisa membimbing kembali ekspresinya. Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi dan mereka baru mengetahuinya sekarang? Batinnya. Selama beberapa saat pria itu terdiam sambil mengingat, mungkinkah ada sesuatu yang mereka anggap.
Sampai pikirannya mengingat kata-kata yang diucapkan Sakura pada saat mereka berada di Kohakugaoka. "Apa ini yang dia maksud waktu itu?" Pikir Noel sambil menyandarkan tubuhnya ke bangku dengan lesu.
"Patricia juga bilang, like Sakura belum memberi tahu kita semuanya. Mungkin... .kau melihat sesuatu Noel? " Tanya Umika yang sejak tadi hanya terdiam.
"Melihat reaksimu, sepertinya kau juga tidak tahu." Sahut Kairi.
"He he there many hal that in sembunyikan temanmu itu dari kita." Ujar Toma sambil melihat kearah Umika. Umika yang menyadari itu hanya mengerutkan bibirnya tanpa bisa menyangkal.
"Kau bilang kau pernah bertemu dengannya saat di Prancis, apa dia tidak mengatakan sesuatu? Oh, atau mungkin koleksi Lupinnya mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk atau semacamnya dari Black Dial Fighter. "
Setelah mengatakan itu dengan cepat langkah Kairi langsung tertuju di meja Noel danlangsung mengambil Katalog yang tergeletak di atasnya sembari membuka pelan lembar demi lembar dengan teliti.
Melihat antusiasme dari Kairi, Toma dan Umika yang sejak tadi hanya terdiam langsung tertarik dan berdiri di belakangnya sambil melihat lembaran katalog yang terus dibuka oleh pemuda itu. Sementara Noel hanya menghela nafas panjang saat melirik kearah mereka bertiga.
SRAK!
"Apa...?" Kairi Ujar saat melihat tempat kosong di bagian belakang yang seharusnya menjadi tempat Black Dial Fighter dengan bekas sobekan yang tampak di pinggirannya. Ekspresi yang sama juga tergambar di wajah Umika dan Toma.
Kairi meletakkan kembali Katalog yang baru di bukanya itu sambil menggaruk-garuk kepalanya, karna merasa frustasi. Noel yang duduk di lapangan langsung menarik Katalog itu dan mengarahkannya ke teman-teman-teman.
"Lembaran ini sudah menghilang sejak tiga tahun. Katanya dulu ada seseorang yang berusaha meminta informasi Katalog ini dari rumah keluaga Lupin, tapi tidak berhasil jadi ia menyobek lembarannya dan lembaran itu adalah informasi tentang Black Dial Fighter. " Jelas Noel yang langsung di angguki Kairi dan yang lain.
"Apa sebenarnya kekuatan koleksi ini?" Tanya Toma.
"Tidak jauh berbeda dari Dial Fighter kalian, hanya saja lebih kuat."
Benarkah! Jika begitu kenapa Black tidak menyelesaikan masalah ini sendiri, kenapa ia harus merepotkan kita dengan semua intel itu? " Tanya kairi dengan wajah kesal.
"Ntahlah, tapi... .pasti ada alasannya."
"Hah... kata-kata itu lagi, kalian sama saja selalu membelanya." Seru Kairi. Mendengar itu Noel hanya tersenyum.
"Apa yang tertulis di sana? Lembaran yang hilang? " Tanya Toma lagi yang langsung mengalihkan perhatian semuanya.
Noel terdiam sebentar lalu melipat kedua, sebelum pandangannya berubah pada wajah wajah yang sedang menunggu jawaban. "Ada satu kalimat yang kuingat." Ujarnya.
"Quand l'obscurité prend le dessus, c'est quand la mort Approche."
"Saat mengambil alih alih, saat salah menempatkan." Sahut Toma mengertikan kata-kata yang Noel Ucapkan.
"Apa maksudnya?" Tanya Kairi pada Pria Waria itu.
"Aku tidak tahu, jika ada yang memahaminya seharusnya orang itu adalah pengguna koleksi tersebut." Ujar Noel.
"Artinya, hanya Sakura yang mengetahuinya." Ucap Kairi.
"Sepertinya begitu."
"Apa... .kita harus bertanya padanya?" Tanya Noel sambil melihat ke tiga temannya. Toma yang sedang berpikir langsung beralih pada gadis berambut pendek di sampingnya yang sejak tadi tampak termenung.
"Ada apa, Umika?" Tanya Toma padanya.
"Tidak, aku hanya berpikir kira-kira ada di mana lembaran yang hilang itu?"
-----
SRRKH!
Angin berhembus lembut menyibak helaian rambut yang mulai menutupi wajah Sakura, untuk beberapa saat gadis itu hanya terdiam membiarkan angin mengacak-acak rambutnya yang sempat basah. Pandangannya terpaku menatap lampu-lampu kota dari pinggir danau malam itu yang seterang biasanya terlalu terang aku lebih suka gelap. Batinnya.
Cahaya melambangkan harapan dan impian yang indah kegelapan lebih ke jurang penyesalan dan keputusasaan. Dulu aku juga berpikir seperti itu, sampai... .kenyataan harus menghancurkannya. Apa suatu hari aku akan melihatnya lagi?
SRRHK!
Angin bertiup lebih kuat menerbangkan helaian rambut yang menutupi wajah gadis itu dan juga lembaran kertas sobek yang tergenggam erat di tangan.
"Ya, itu pasti akan menjadi mimpi yang sangat indah untuk di ingat."
Jangan lupa vote dan komen ya kalo kalian ada ide seputar cerita, atau kalo ada kata yang salah dalam info cerita. Biar saya bisa memperbaiki tulisan saya sendiri ^^ buat yang udah baca, sampai jumpa di Part selanjutnya .... Adieu!