=Ami POV=
Tuk tuk tuk tuk.
Kupukulkan tongkat pada lantai untuk memecahkan keheningan. Kami masih dengan pikiran kami masing-masing mengenai dimana kiranya benda itu berada.
"Apakah mungkin, jika sbenarnya tuan Hadiyaksa sudah tidak memilikinya lagi? Namun beliau mengatakan kalau menyimpannya dengan baik sehingga semua orang berpikir kalau itu sungguh masih ada?" gumam Ge. Dia masih sesekali meringis menahan nyeri di tubuhnya, namun tetap bersemangat untuk terus mencari.
Tuk tuk tuk tuk.
Aku tidak ingin merepon. Terlalu banyak hal yang menjadi kemungkinan di kepalaku. Aku mengangkat tongkat tuan Hadiyaksa dan memainkannya seperti sedang bermain pedang. Ada sesuatu yang terasa berbeda di tanganku.
Aku mencoba untuk mengoyangkan tongkat itu dengan seperti mengocoknya. Ada suara lirih yang kudengar.
"Teman-teman …," ujarku meminta perhatian. Tuan Presiden dan Ten segera menolehku, mereka tidak begitu minat dengan permainanku.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com