webnovel

Itu Namanya Cemburu

"Ah..." Setelah melihat anaknya meninggalkan ruang keluarga Agnes melihat ke arah suaminya lalu bertanya, "Hey, menurutmu apa ada masalah antara Gabby dan Michael?"

Daniel memegang leher belakangnya dan menjawab dengan nada datar, "Gimana aku bisa tahu? Tapi yang pasti aku tahu kalau Michael yang salah, sepertinya dia tidak bisa menjadi calon suami anak kita."

Setelah berkata itu, Daniel pergi meninggalkan Agnes sendirian dan pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian rumah. Agnes mengerutkan keningnya dan berpikir kalau nggak mungkin Michael melakukan kesalahan yang fatal.

Apapun yang terjadi Michael akan tetap menjadi calon menantunya, tanpa berpikir lama Agnes melangkahkan kakinya ke arah kamar Gabby lalu membuka pintu kamarnya dengan pelan.

Saat memasuki kamar anaknya, dia langsung disambut oleh tembok kamar Gabby yang berwarna cokelat muda, tirai jendelanya yang berwarna putih ditiup oleh angin dengan pelan, dia melihat anaknya sedang tidur membelakanginya di atas kasur.

Jika Agnes sedang tidak penasaran sampai mati, dia mungkin akan memarahi anaknya karena kamarnya terlihat seperti kapal pecah, lantai kamarnya dipenuhi oleh buku-buku dan beberapa pakaian kotor. Agnes menghembuskan nafasnya dan berjalan dengan hati-hati menuju tempat tidur anaknya.

"Gabby." Panggil ibunya dengan pelan.

Gabby membalik badannya lalu duduk sambil memeluk kakinya yang di tekuk saat mengetahui ibunya sedang duduk di pojok tempat tidurnya, "Kenapa bu?"

Ibunya duduk mendekat lalu mengelus lengan Gabby dan bertanya, "Ibu cuman penasaran, apa kamu dan Michael sedang bertengkar?"

"Dia mendiamkan ku selama di sekolah." Jawab Gabby sambil mengerucutkan bibirnya.

Mendengar jawaban anaknya membuat ibunya mengangkat kedua alisnya, "Mendiamkan mu? Kenapa dia melakukan itu?"

Gabby memeluk kakinya lebih erat, melihat wajah ibunya lalu menjawab, "Ada laki-laki di sekolah yang mengejarku karena dia ingin menjadikan ku sebagai bos di geng mereka, aku menolaknya terus laki-laki itu akhirnya memintaku untuk mengajarinya karate, yang tentu saja aku tolak. Waktu aku kembali ke kelas dan menceritakannya ke Michael, dia tidak menghiraukan ku."

Gabby menghembuskan nafasnya lalu melanjutkan, "Dia tidak memberiku perhatian, aku merasa marah sekali sampai aku membalas mendiamkannya dan akhirnya pulang sekolah bersama ayah."

Ibunya melihat wajah marah Gabby lalu tertawa keras, dia tidak menyangka kalau calon menantunya yang pendiam dan dingin itu ternyata bisa cemburu.

Melihat ibunya tertawa membuat Gabby merasa bingung, dia mengerutkan keningnya, "Nggak ada yang lucu bu!"

"Hahaha" Ibunya berusaha untuk berhenti tertawa lalu melihat wajah Gabby sambil tersenyum, "Kamu benar-benar tidak tahu alasan kenapa Michael tidak mengajakmu bicara?"

"Iya, aku benar-benar nggak tahu bu."

"Aduh, kamu ini bodoh atau gimana sih?" Gumam ibunya, dia lalu mengacak-ngacak rambut anaknya dengan pelan, "Michael itu calon suami mu, jelas saja dia merasa cemburu! Kalau kamu melihat ada perempuan lain yang mendekatinya apa kamu merasa bahagia?"

"Ya jelas aku nggak merasa bahagia lah, bu!" Jawab Gabby dengan serius. Mengingat Michael makan siang bersama Elizabeth tempo hari saja membuatnya naik darah.

"Nah itu, kamu sudah dapat jawabannya kan? Seharusnya kamu tidak usah cerita mengenai laki-laki lain di hadapan Michael. Sebelum langit semakin gelap, cepatlah ke rumahnya dan meminta maaf." Ujar ibunya sambil berdiri dan meluruskan punggungnya.

Gabby terdiam, semakin di pikir-pikir ucapan ibunya terasa benar di telinganya, dia berpikir sebentar, melihat ibunya lalu turun dari tempat tidurnya yang hangat itu dan berkata, "Aku ke rumah Michael dulu ya bu."

"Silahkan, hati-hati ya." Ibu melambaikan tangannya ke arah Gabby, lalu menggelengkan kepalanya saat anaknya sudah tidak ada di dalam kamarnya, "Ha.. Kenapa kedua remaja itu sangat bodoh? Jelas-jelas mereka saling suka."

--

Daniel yang sedang bersenandung dengan gembira sambil memotong daging ayam di dapur tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang sedang berlari menuruni tangga rumahnya, bunyinya sangat keras seakan-akan dia berpikir ada seekor babi di dalam rumahnya.

Dia cepat-cepat berlari keluar sambil membawa pisau dapur dan melihat ternyata yang sedang berlari itu adalah anaknya. Daniel melihat Gabby berlari secepat kilat ke arah pintu keluar tanpa memperdulikan ayahnya.

"Hey! Mau kemana kamu? Ayah lagi-" Teriak ayahnya.

Belum selesai bertanya, Daniel mendengar pintu rumahnya dibanting.

Bab berikutnya