.
.
.
"sebenarnya kau membawaku kemana?" tanyaku penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Yuri malah tersenyum dan itu sangat aneh menurutku. Aku kembali diam dan mengikuti dia masuk ke gedung itu.
Saat kami masuk ada beberapa orang yang menyapa Yuri, mereka terlihat ramah dan bermata tajam. Tatapan mereka begitu mengangguku seakan mencari tau tentang rahasiaku. Yuri kembali melangkah menaiki lift dan aku mengikutinya, Yuri menekan tombol 25 dan pintu lift mulai menutup.
Kami sampai di lantai 25, banyak orang disini namun mereka fokus pada layar komputer masing-masing. Mereka semua terlihat ahli memprogram komputer itu, bahkan sangat cepat dan tidak terlihat gerakan pada jari mereka.
Yuri berbicara pada seorang wanita berseragam yang serupa dengan yang lainnya, entah apa yang mereka bicarakan aku hanua memperhatikan saja. Lalu Yuri membawaku ke sebuah ruangan di sebelah meja wanita yang berbicara dengan Yuri tadi, aku melangkah mengikuti langkah Yuri.
Ruangan berdinding putih aku lihat, dengan semua alat kantor yang lengkap dan bersih. Semua terlihat rapi dan teratur, serta tata letak yang memanjakan mata. Terlalu sempurna untuk sebuah ruangan kerja, menurutku. Kulihat seseorang duduk di kursi dan membelakangi kami, melihat ke kaca yang menampilkan pemandangan kota ini.
"saya menghadap jendral, nona Almora ada di sini." ucap Yuri sambil menghormat pada seseorang yang berada di balik kursi itu.
"baiklah, kau boleh kembali." balas orang itu yang ternyata seorang pria, terlihat dari nada suara nya yang berat.
"baik, laksanakan." jawab Yuri lalu pergi meninggalkanku dalam ruangan ini.
Aku terdiam, memperhatikan apa yang akan orang itu lakukan. Dan kenapa juga Yuri malah meninggalkanku sendiri disini? Astaga, kepalaku terlalu malas untuk memahami semua ini.
"jadi kau Kisha Almora?" tanya pria itu tanpa melihatku.
"hn, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" balasku dengan malas.
"ya, tentu. Katakanlah!" jawab pria itu santai.
"jika bicara dengan orang lain lihat lah wajahnya, kau sangat tidak sopan jika seperti ini." tegurku dengan jelas.
Pria itu terkekeh mendengar teguranku, aku hanya bisa melipat dahiku merasa heran dengan reaksinya. 'dasar pria aneh' pikirku.
"kau memang menarik" ucap pria aneh itu membuatku mengernyit bingung.
Aku sama sekali tidak mengerti kenapa Yuri membawaku ketempat ini dan meninggalkanku bersama pria aneh ini, di ruangan ini. Sampai kursi itu berputar menghadapku memperlihatkan seorang pria tampan dengan pakaian formalnya dan terlihat muda, mungkin seusiaku.
"ini kan yang kau mau? Baiklah, perkenalkan namaku Michael. Pangkatku jendral utama, dan ya ini adalah organisasi yang kudirikan bersama pemerintah. Dan disinilah Markas Utama Detektif dan kami biasa menyebutnya MUD." jelas pria bernama Michael itu dengan wajah seriusnya.
"oh pantas saja, lalu apa hubungannya denganku?" balasku heran.
"kau ini tidak sabaran sekali," ucap Michael dengan seringainya.
"jadi?" balasku malas berbasa-basi.
"Kisha, aku harap kau bisa bergabung dengan kami. Menjadi salah satu detektif, dan membantu kami menyesaikan misi. Bagaimana?" jelas Michael dengan serius.
"apa untungnya jika aku bergabung dengan organisasi ini?" tanyaku meminta penjelasan pasti.
"mungkin kau akan mengetahui penyebab kematian papa dan mama mu, ya mungkin." jawab Michael mempermainkan.
"apa maksudmu?" tanya Kisha curiga.
"kau sendiri tidak bodoh, kau pasti tau kejanggalan dalam kasus kematian orang tuamu. Ku harap kau bisa memikirkan tawaranku, dan kami akan membantu kamu untuk mengetahui dalang di balik kematian orang tuamu. Bagaimana?" jelas Michael memulai kesepakatan.
Aku berpikir, bagaimana sebaiknya aku menjawabnya? Aku memang menyadari kejanggalan yang ada, tapi aku juga tidak punya bukti untuk itu. Mungkin Michael benar, aku bisa bergabung dengan mereka dan mencari tau maksud di balik kematian papa dan mama. Sepertinya aku harus mengikuti alur terlebih dahulu, baiklah.
"aku akan bergabung, lalu apa yang harus ku lakukan?" kataku serius, sambil terus menatap Michael curiga.
Kulihat Michael tersenyum miring, entah apa yang dipikirkan olehnya. Aku merasa curiga dengan sikapnya itu, namun aku tidak bisa asal menuduh semudah itu.
"bagus, besok kau bisa kembali dan akan ku beritahu misi yang harus kau selesaikan." jelas Michael dengan wajah santainya.
"baiklah, aku pamit." balasku, lalu pergi meninggalkan ruangan milik Michael.
Aku keluar ruangan dan di sambut oleh Yuri yang langsung menghampiriku. Dia bertanya-tanya tentang apa saja yang di tanyakan jendral Michael padanya, dan aku hanya jawab apa adanya. Lalu setelahnya Yuri mengajakku berkeliling gedung ini, menjelajahi setiap sudut dari gedung pemerintah ini.
Setelah puas melihat seisi gedung 30 lantai itu sungguh membuat kepala ku pusing sekali. Aku memutuskan untuk pamit dan kembali pulang ke rumah, sesampainya dirumah aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan diriku. Tanpa sadar aku tertidur pulas.
~~~~~
Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas, aku bangun lebih awal pagi ini. Aku bangkit menuju kamar mandi dan membersihkan diriku yang belum ku bersihkan sejak semalam, setelah selesai aku mengganti pakaian yang lebih simple karna aku akan menjalani misi pertama hari ini.
Aku keluar dari kamarku menuju dapur untuk sarapan, tepat sampai dapur ternyata sudah ada kak Kiano dan para pelayan yang menyiapkan sarapan. Aku menghampiri salah satu kursi dan mendudukinya, sedetik setelah aku duduk kak Kiano menyapaku.
"pagi Kisha," sapa kak Kiano santai.
"pagi kak, mau ke kantor?" balasku sambil memperhatikan pakaian formal yang dipakai kak Kiano.
"ya begitulah, masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan. Kamu liburan sekolah, bukan? Ada rencana kemana?" jelas kak Kiano dengan nada lelahnya.
"tidak kemana-mana, mungkin akan pergi main sebentar." jawabku ragu.
"bersama Yuri?" tanya kak Kiano memastikan.
"hn," gumamku membalas pertanyaan kak Kiano.
Aku membalik piring yang ada di meja dan mengambil nasi goreng yang disediakan. Aku menyantap sarapanku dan menghabiskannya, begitu juga kak Kiano yang sudah menyelesaikan sarapannya.
"ya sudah Kisha, kakak berangkat ke kantor dulu. Kau baik-baik yah, bye" pamit kak Kiano lalu pergi keluar mansion dan menuju ke kantor.
Aku kembali terdiam, keheningan kembali menguasai tempat ini. Sangat sepi, tidak ada siapapun yang bisa ku ajak bicara disini selain para pelayan. Kurasa aku akan langsung ke gedung pemerintahan saja, dirumah juga tidak berguna.
Aku mengambil tas punggung kecil, memasukkan ponsel dan dompet ke dalamnya. Lalu pergi keluar mansion, berjalan menuju halte yang paling dekat dengan mansionku. Kenapa aku tidak membawa mobil? Karna aku tidak mau, sangat membosankan munurutku.
Bus selanjutnya akan datang 1 menit lagi, aku memilih menunggu sebentar di halte. Tidak lama kemudian bus itu datang dan berhenti tepat di depanku, aku menaiki bus itu dan duduk di kursi belakang dekat jendela. Aku suka memperhatikan kota ini, karna itulah aku memilih duduk di dekat jendela.
Bus kembali berhenti, sepertinya ada penumpang yang ingin naik bus ini. Aku tidak memperdulikannya dan tetap menatap ke luar jendela, sampai lengan kiriku terasa menyentuh sesuatu. Ternyata ada seorang pria yang naik bus dan duduk tepat dikursi kosong yang ada di sampingku, kini aku harus berhimpitan dengannya. Namun bukan itu yang ku permasalahkan, hanya saja tampilan orang ini terlihat aneh dan sangat mencurigakan. Tidak lama kemudian bus kembali berhenti di halte berikutnya, lalu orang di sampingku turun di halte itu. Aku melihat nama daerah ini, dan tempat ini adalah tempat yang familiar dengan Mafia. Pantas saja aku merasa aneh dengan orang itu, sepertinya dia salah satu anggota mafia di kota ini.
.
.
.