Satria nggak bisa menghadiri sidangku. Dia ada perjalanan bisnis ke Filipina. Aku sempat merajuk dan kecewa karena itu. Tapi pertemuan dengan investor nggak bisa ditunda begitu saja. Kerjasama ini penting bagi Satria. Dan aku nggak mungkin melarangnya pergi demi menghadiri sidangku. Kata Ruben, proyek yang sedang Satria garap bernilai triliunan.
"Maafin aku ya Sayang. Aku janji setelah ini kamu boleh minta apa pun padaku," ujar Satria saat melakukan panggilan internasional denganku.
Aku nggak minta apa-apa. Keinginanku yang sebenarnya, dia menjadi orang pertama yang memberiku selamat ketika aku keluar dari ruang sidang nanti, simpel.
"Ya udah, Bang. Nggak apa-apa. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu. Kan itu lebih penting."
"Bukan begitu. Kamu juga penting, hanya saja waktunya... Duh kenapa harus barengan seperti ini sih."
"Ya udah, Bang. Kamu lanjut aja kerjanya. Nggak usah mikirin aku."
"Aku minta maaf, Sayang."
"Iya."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com