Sebuah tepukan dipipinya membuat ia terpaksa harus bangun dari alam mimpinya itu. John mengerutkan keningnya dengan mata yang masih terpejam erat, kemudian menguap beberapa kali.
"John, buruan bangun. Gak kerja lo?"
John tahu suara itu. Ia kemudian membuka kedua matanya dan sebelah tangannya untuk menghalangi cahaya yang menyilaukan kedua matanya. Ia mencoba bangun dari baringannya di sofa yang begitu membuat seluruh tubuhnya seakan remuk.
Sekali, John mengusap wajahnya lalu menatap ruangan yang ternyata hanya ada dirinya dan Calvin sahabatnya. Kemudian menoleh kearah brankar dimana wanita yang begitu ia cinta masih terpejam erat dengan damai.
Menatapnya saja selalu berhasil membuat hatinya merasa teriris. Ia juga merasa bersedih karena setiap kali berada disini, John tetap selalu merindukannya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com