webnovel

Om Kaif

"Gus Zayn, kenapa gus tidak membantu abah dan umi gus Zayn saja di Kudus? kenapa malah mau tinggal dipesantren nya Habib Mustofa? lagi pula kan gus Zayn baru kembali, apa gus tidak merindukan abi dan uminya gus?" kang Fuad menjadi kepo, padahal biasanya anak sekecil itu masih ingin dimanja oleh kedua orang tuanya.

"Di Kudus aku tidak memiliki teman sebaya kang Fuad, soalnya jarang santri yang seusiaku. Rata-rata mereka sudah seusia sekolah madrasah tsanawiyah, kan kalau ngobrol nggak nyambung dan yang paling menyebalkan, mereka menganggap aku anak kecil dan aku nggak mau diperlakukan seperti itu." Zayn mendengus, kang Fuad merasa geli dengan sikap gusnya ini. Bukankah kenyataannya gusnya ini kan masih anak-anak, mana wajahnya imut dan unyu-unyu lagi. Mana mungkin para santri itu tidak pada gemas dengan gus Zayn.

"Tapi saya tidak seperti itu gus, saya lebih menganggap gus Zayn itu seperti teman saya. Gus Zayn bahkan sangat pandai, saya senang sekali bisa bergaul dengan gus Zayn." Kang Fuad tidak berbohong, dia sangat menyukai Gus Zayn.

"Terima kasih kang Fuad, kamu memang yang terbaik. Hanya saja kalau di Malang kan ada om Kaif, dia benar-benar mengerti aku kang. Karena mungkin kami sebaya, aku merasa sangat nyaman saat bersamanya. Aku juga sangat merindukannya kang, aku ingin bercerita banyak dengannya. Tentang yang aku alami dua tahun ini." Zayn mengobrol banyak dengan kang Fuad. Itu karena Zayn merasa sangat nyaman juga dengan kang Fuad, biasanya Zayn akan sulit menerima kehadiran orang yang baru dia kenal.

"Zayn tertidur setelah lelah bercerita, kang Fuad melirik nya dan tersenyum. Dia kemudian berkhayal, sandainya dia sudah menikah dan memiliki seorang putri, ingin rasanya dijodohkan dengan gus Zayn. Bakat langka yang kini tertidur disampingnya sangat sayang jika diabaikan. Sayangnya, kang Fuad belum menikah, eh, boro-boro menikah, calon saja belum kepikiran. Sebenarnya kang Fuad ada hati dengan mbak ndalem yang membantu dirumah Kyai Bashori juga, tetapi belum juga ditanyakan dia sudah boyong karena dijodohkan oleh orang tuanya. Kang Fuad kembali fokus menyetir, saat ini dia sudah memasuki kota Malang.

"Kang Fuad, kita sholat ashar dulu. Kalau ada masjid, kita berhenti dulu ya." Zayn meskipun masih kecil karena dia adalah cucu dari KH. Ahmad Ziyad tentu saja sangat menjaga waktu sholatnya.

"Baik gus, didepan ada sebuah masjid yang lumayan luas area parkirnya. Kita akan sholat disana sekalian mencari makan ya gus, perut saya berbunyi terus dari tadi." Kang Fuad sebenarnya merasa malu, tetapi perutnya dari tadi sudah protes. Tak lama mereka pun melewati sebuah restoran, Zayn meminta kang Fuad untuk menepikan mobil mereka dan keduanya segera turun dan masuk kedalam restoran tersebut. Mereka kemudian memesan makanan sesuai dengan yang mereka inginkan, Zayn yang akan mentraktir kang Fuad karena tadi malam dia baru saja mendapat gaji pertamanya menjadi bug Hunter dan jumlahnya tentu saja sangat fantastis. Seandainya kang Fuad mau membawa orang se Rt, uang Zayn masih sisa kok.

"Gus, kenapa kita malah makan terlebih dahulu? nanti kita akan terlambat sholat berjama'ah." Kang Fuad bertanya kepada Zayn sambil menunggu makanan mereka datang.

"Kang Fuad sudah lapar kan? lebih baik kita makan dulu, nanti kan kita tetap bisa sholat berjama'ah kalau misalnya kita ketinggalan, tetapi sepertinya tidak ini baru jam tiga kurang lima belas menit. Waktu kita masih cukup banyak kang, kalau kita mendahulukan sholat disaat perut kita lapar itu akan menganggu ke khusyukan sholat kita kan kang?" Zayn memang dewasa sebelum waktunya, meski tubuh dan usianya masih anak-anak tetapi otak jeniusnya membuat nya menjadi seperti sepantaran dengan kang Fuad saat mengobrol.

Setelah mereka selesai makan dan melaksanakan sholat keduanya melanjutkan perjalanan mereka kembali, paling tidak setengah jam lagi mereka akan tiba dipesantren tempat omnya berada. Saat melewati seorang penjual bakso keliling, Zayn meminta kang Fuad kembali meminggirkan mobilnya sebentar kemudian Zayn meminta kang Fuad untuk membeli semua bakso yang dijual bapak itu, "SEMUANYA". Kang Fuad pun heran tetapi dia tidak bertanya, dia segera menuruti kata-kata gusnya. Dalam waktu setengah jam, bakso-bakso itu sudah berpindah ke dalam mobil Zayn, kang Fuad pun segera melanjutkan lagi perjalanannya.

"Gus, kenapa gus Zayn memborong semua bakso itu?" tanya kang Fuad pada akhirnya, sebenarnya dia sudah menahan keinginannya untuk tidak bertanya tetapi kang Fuad benar-benar penasaran.

"Kang Fuad kurang fokus sih, apa kang Fuad tidak melihat disamping gerobak bapak itu tadi ada dua orang anaknya yang bersedih karena dagangan ayahnya belum laku satu pun. Makanya Zayn memborongnya, biar bapak itu dan anak-anaknya bisa segera pulang. Aku tidak tega melihat kedua anak itu berjalan tak tentu kearah mana mereka dan belum tentu juga akan segera ada yang membelinya, kan kasihan sekali. Makanya Zayn beli semuanya, nanti kita bagikan untuk kang-kang pengurus di pesantren kakek buyut. Anggap saja itu rejekinya mereka." setelah Zayn menjelaskan kang Fuad bertambah kagum pada gusnya itu.

"Seandainya semua orang didunia ini seperti gus Zayn, pasti tidak ada orang yang akan kesusahan didunia ini. Semuanya akan hidup dengan harmonis karena yang memiliki kelebihan akan membantu mereka yang kekurangan, tentu akan terasa indah dunia ini ya gus?" kang Fuad tersenyum, lagi-lagi hatinya menghangat. Terlalu banyak kejutan yan ada didalam diri gus kesayangannya ini. Tak terasa mereka akhirnya sampai di pesantren Habib Mustofa. Gus Kaif dan Habib Mustofa juga umi Farida sudah menunggu Zayn di depan pintu ndalem. Setelah Zayn keluar dari dalam mobil, Kaif langsung memeluknya dengan erat. Mereka langsung melupakan semua orang yang berada disekitar mereka, setelah Habib Mustofa mengingatkan barulah keduanya tersadar. Lalu Zayn mencium tangan kakek dan nenek buyutnya kemudian Zayn menarik tangan omnya dan keduanya segera meninggalkan orang-orang yang kini terbengong-bengoong melihat kedua anak kecil itu pergi, sebelum pergi zayn berteriak pada kang Fuad.

"Kang Fuad, tolong bagikan bakso-bakso itu lalu beristirahat. Besok pagi, kang Fuad baru boleh meninggalkan pesantren menuju Ngawi." mendengar itu kang Fuad hanya bisa mengangguk menyetujui perintah gus kecilnya.

"Baik gus," Kang Fuad langsung membuka bagasinya. Seketika bau aroma bakso menyebar, melihat begitu banyak bungkusan bakso itu Habib MUstofa memanggil kang Fatih untuk membantu kang Fuad. Mereka semua pun kemudian makan bakso bersama-sama. Sementara itu, kedua anak kecil yang baru bertemu itu kini duduk diatas pohon sambil bercerita.

"Om Kaif, aku sangat merindukanmu. Apakah kau sehat selama ini?" tanya Zayn kepada omnya. Kaif mengangguk dan tersenyum, kedua bocah imut itu kemudian kembali kekamar mereka ketika langit sudah mulai menggelap.

Bab berikutnya