webnovel

Wanita Yang Pantas Untuk Dicintai

Happy Reading

Imelda masih duduk bersama dua pria di sebuah kursi tunggu di klinik milik Kevin. Kebetulan sekali malam itu suasana klinik cukup sepi, hanya ada beberapa pasien yang terlihat datang lalu pergi. "Dokter Kevin. Bagaimana kamu bisa begitu dekat dengan Dokter Laura?" tanya Imelda pada seorang pria yang duduk di sebelah Brian itu.

"Laura itu teman kuliahku dulu. Kami berdua bersahabat cukup lama," jawab Kevin sambil memandang wajah cantik Imelda yang sedang duduk di sebelah sahabatnya itu.

Brian langsung mengerutkan keningnya mendengar percakapan mereka berdua. "Siapa nama dokter dan juga sahabatmu itu?" tanyanya cukup penasaran.

"Namanya Laura. Ada apa dengan nama itu?" tanya Kevin sangat penasaran.

Brian justru terkekeh mengingat sebuah nama yang terdengar familiar di telinganya. Meskipun dalam ingatan Brian wanita itu adalah seseorang yang berbeda dengan sang dokter anestesi namun nama mereka berdua benar-benar sama. Membuat pria itu mengingat kejadian memalukan yang telah dilakukan oleh wanita murahan yang juga memiliki panggilan yang sama. "Nama itu mengingatkan aku dengan seorang wanita murahan yang berusaha untuk menjebak ku dan tanpa lelah ingin menggodaku. Dia juga bernama Laura." Pria itu kembali tertawa mengingat betapa gilanya wanita yang selalu mendekatinya itu.

"Ku pikir ... Laura adalah kekasihmu," sindir Imelda tanpa melihat pria itu sedikit pun. Wanita itu sudah terbiasa melihat calon suaminya itu menghabiskan malam dengan banyak wanita murahan di club malam yang biasa didatanginya. Bahkan sudah terlalu sering dia melihat Brian bersama dengan wanita-wanita yang berpakaian terbuka dengan tubuh yang sangat sexy.

"Come on, Imelda. Apa kamu sedang menunjukkan kecemburuan mu pada wanita-wanita itu?" goda Brian sambil senyum-senyum menatap sang calon istrinya. Pria itu sangat tahu jika Imelda tak mungkin memiliki perasaan cemburu terhadapnya. Dia hanya ingin menggoda seorang wanita yang selalu bersikap dingin kepadanya.

Wanita itu tersenyum sinis mendengar ucapan Brian kepadanya. Jangankan cemburu, melihat Brian sedang bercumbu dengan wanita-wanita murahan itu saja tak membuat hatinya bergetar sedikit pun. "Jangan mimpi kamu! Aku tak mungkin cemburu melihatmu bersama wanita murahan itu. Aku hanya heran saja .... Mengapa kamu tak memiliki seorang kekasih?" Sebuah pertanyaan yang membuat Brian seolah menahan nafasnya. "Bukankah kamu memiliki segalanya? Aku yakin banyak wanita yang ingin bersanding denganmu," terang Imelda dengan sebuah tatapan penuh arti.

"Banyak wanita yang menginginkanku namun kamu tak pernah sedikit pun melirikku." Brian berucap di dalam hatinya. Dia masih mencoba menahan diri untuk mengendalikan perasaannya kepada wanita di sampingnya itu. "Sayangnya aku tak menginginkan mereka semua. Hanya ada satu wanita yang pantas untuk aku cintai," ucap Brian sambil menatap tajam wajah wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

Imelda tersenyum simpul mendengar jawaban dari Brian. "Mengapa kamu tak mengejar wanita yang pantas kamu cintai itu? Dan ... mengapa kamu justru akan menikahiku?" Imelda benar-benar sangat penasaran dengan sebuah jawaban yang akan diberikan oleh pria di depannya itu. Paling tidak jawaban itu akan menjadi pertimbangan untuk sebuah pernikahan yang akan digelar secara rahasia beberapa hari ke depan. Wanita itu ingin memastikan sebuah perasaan yang sedang ditutupi Brian terhadap dirinya. Imelda dapat melihat jika pria itu sedang menutupi sesuatu yang cukup besar dan juga sangat berpengaruh dalam hubungan mereka.

"Yang terpenting, aku akan menikahimu lebih dahulu dan menjadi seorang ayah dari anak yang sedang kamu kandung. Sedangkan untuk seorang wanita yang pantas untuk ku cintai, aku hanya bisa berharap suatu hari dia akan mengetahui kesungguhan cintaku. Tak peduli apa yang sudah ku lakukan untuknya," ungkap Brian dengan segala ketulusan yang terpancar dari sorot matanya. Pria itu hampir saja tak bisa menahan diri untuk mencurahkan seluruh perasaannya pada wanita yang sedang menatapnya lembut.

Kevin yang duduk bersama mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tertawa di dalam hati. Dia tak menyangka jika Brian sangat pandai bermain teka-teki di depan seorang wanita yang jelas-jelas sangat dicintainya. Kevin berpikir jika Brian pantas untuk diberikan piala Oscar untuk aktingnya yang sungguh luar biasa. "Sudah! Tak perlu mendebatkan apapun lagi, yang terpenting sebentar lagi kalian berdua akan menikah dan menjalani sebuah kisah cinta bersama sang buah hati," tegas Kevin pada pasangan yang selalu bersitegang setiap kali bertemu. Dia juga menginginkan Brian dan juga Imelda bahagia dalam pernikahan yang hanya beberapa hari lagi akan dilaksanakannya. "Aku sangat heran pada kalian berdua. Kalian selalu saja bertengkar satu sama lain. Seperti tikus dan kucing yang selalu tak bisa bersama," kesal Kevin pada pasangan di sampingnya itu. Pria itu juga terlalu bingung untuk menentukan sebuah perkataan yang sangat tepat untuk mereka berdua. "Apa kalian berdua akan bermalam di sini? Aku akan menyiapkan sebuah kamar di belakang klinik," ucap Kevin tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Pasangan itu langsung melemparkan tatapan tajam pada pria yang sudah bangkit dari tempat duduknya itu. Mereka tak menyangka jika Kevin melakukan hal gila pada mereka berdua. "Apa maksudmu dengan sebuah kamar untuk kami berdua?" tanya Brian dengan wajah penuh arti.

"Apa yang kalian ributkan? Pada akhirnya kalian berdua juga menikah, bukan?" tanya seorang dokter yang masih muda dan juga tampan yang menjadi pemilik klinik tempat Adi Prayoga mendapatkan perawatan.

"Sial! Kamu sedang mengerjai kami." Sebuah pukulan mendarat di punggung Kevin karena kekesalan Brian kepadanya. Pria itu tidak terima karena Kevin dengan sengaja ingin membuat dirinya merasa canggung dengan kedekatannya dan juga Imelda.

Kevin pun mendekatkan wajahnya pada Brian dan berucap sangat lirih di telinganya. "Seharusnya kamu berterima kasih padaku, bukan malah memberikanku sebuah pukulan," bisiknya di telinga sahabatnya. Pria itu lalu senyum-senyum penuh arti, dia sengaja melemparkan senyuman untuk meledek Brian yang semakin kesal. "Jika kamu tak mau menemani Imelda di kamar belakang klinik, biar aku saja yang menemani calon istrimu yang sangat aku idolakan sejak dulu," goda Kevin lagi.

Bukannya menjadi lebih tenang, Brian justru semakin murka pada sahabatnya itu. Dengan segala kekesalan yang semakin memuncak di dalam kepalanya, Brian menarik kerah baju Kevin dan sudah bersiap melayangkan sebuah pukulan keras pada pria di hadapannya. "Apa kamu ingin aku menghabisimu?" teriak Brian. Kevin hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan kasar dari Brian.

"Hentikan sikap kekanak-kanakan kalian!" Sebuah teriakan dari Imelda telah berhasil membuat Brian melepaskan Kevin begitu saja. "Dan kamu Brian! Apa kamu tidak menyadari jika Kevin hanya sedang menggodamu? Bagaimana kamu bisa kehilangan kontrol atas dirimu?" seru wanita yang terlihat sangat frustasi melihat dua pria dewasa yang hampir saja melakukan pertumpahan darah di depan matanya.

Bab berikutnya