webnovel

Chapter 41 - Ibukota Diserang (Bagian 5)

Kesatria suci yang ditugaskan untuk melindungi sekolah akhirnya datang setelah dihambat oleh berbagai masalah. Mereka adalah kesatria suci pertama yang sekaligus menjadi pimpinan kesatria suci, Zee Blanks dan wakilnya yang biasa dipanggil nomor 2.

"Dua, ayo cepat selesaikan," Ucap Zee dengan sangat tenang.

"Baik Tuan," Sahut nomor 2.

Mereka mengambil nafas sangat panjang, lalu memasang kuda-kuda dan bersiap menarik pedang mereka "Jangan sampai mengenai mereka yang ada di dekat gerbang, meskipun itu dari organisasi gelap," Zee memberi peringatan sebelum memulai.

"Mengerti,"

Mereka berdua dengan satu tarikan pedangnya membuat hembusan angin sangat kencang menerpa mereka semua. Lalu ketika hembusan anginnya berhenti berhembus, kepala mayat hidup di depan mereka semua terpisah dari tubuh mereka dan terbakar hangus sampai menjadi abu.

"He-Hebat, kesatria suci memang luar biasa!" Ucap Troth terdengar sangat kagum.

Api yang membakar mayat hidup itu juga bukan api yang biasa, api itu berwarna putih dan membakar mereka dengan sangat cepat. Kedua kesatria suci itu berjalan mendekati mereka semua "Maaf atas keterlambatan Kami, apa kalian baik-baik saja?" Tanya Zee kepada mereka yang dapat bertahan di depan gerbang.

"Kami baik-baik saja, terima kasih telah menyelamatkan kami," Ucap Noah sambil memberi hormat kepadanya lalu di ikuti oleh yang lain, termasuk Teo.

"Syukurlah kalau begitu," Semuanya pun menegakan tubuh mereka kembali "Kalian dari organisasi gelap, kan?" Mereka yang memakai zirah hitam ketakutan sampai berlutut di depan kesatria suci itu "Untuk saat ini, Kami tidak akan melakukan apapun. Anggap saja genjatan senjata jika kalian mau," Ucap Zee dan perkataanya di turuti oleh mereka semua.

Matanya pun teralih kepada Teo untuk beberapa saat lalu membelakangi Teo dan Teo merasakan tatapan yang sangat menusuk dari atas. Tuannya tengah menatap tajam Teo "Ekk!" Teo mengingat apa yang harus ia lakukan jika ia bertemu dengan kesatria suci "Baiklah …," Teo mendekati Zee dan memanggilnya "Tuan Zee!"

Zee menoleh kebelakang tanpa berkata apa-apa dan Teo langsung berlutut di hadapannya sebagai tanda kesungguhannya "Tuan, tolong maafkan Saya. Apa yang Saya katakan di istana waktu itu mungkin Anda sudah mendengarnya, karena untuk itu Saya meminta maaf kepada Anda karena sudah lancang berbicara buruk tentang kesatria suci!"

Zee tidak menjawabnya, ia hanya memandangi Teo yang sedang berlutut di depannya. Lalu ia memegang pundak Teo "Berdirilah," Ucapnya dan Teo menurutinya "Aku sudah mendengar apa yang Kau katakan saat itu, tapi Kami tidak terlalu memikirkannya. Kami sudah terbiasa dengan pendapat sepertimu, wajar jika seseorang dari luar kerajaan mencurigai Kami, jadi tidak perlu dipikirkan," Ucapannya membuat Teo merasa sangat tenang karena dengan respon Zee membuat ia aman dari Tuannya "Tapi, jangan berkata seperti itu sembarangan, bisa-bisa Kau di eksekusi," Dan Ucapannya itu membuat Teo menjadi waspada lagi.

"Ba-Baiklah! Saya mengerti," Ucap Teo antara merasa tenang dan waspada, namun ada satu hal lagi yang membuatnya penasaran "Tuan Zee, ada yang membuat Saya penasaran. Jika Anda tidak memikirkan apa yang Saya katakan waktu itu, kenapa Anda menatap Saya dengan tatapan curiga?" Teo menanyakannya karena sudah dua kali Teo di tatap oleh Zee.

Zee pun menjawabnya "Ah itu …," lalu ia berbisik "Tentu karena Aku penasaran seperti apa orang yang telah mengalahkan jenderal," Bisiknya membuat Teo sedikit menegang.

"Be-Begitu ya, jadi Anda sudah tau tentang itu."

"Ya, beliau sendiri yang bercerita tentang seseorang dengan senjata yang unik tidak memberinya kesempatan untuk menyerang balik. Kau tau, jika dia tidak merapalkan mantra peningkat fisik, dia bisa saja tewas," Teo merasa bersyukur setelah mendengar itu, ia bersyukur karena William merapalkan sihir peningkat fisik dan akhirnya Teo tau kenapa William tidak tewas saat itu "Oh iya satu lagi," kini ia ingin berbisik di telinga Teo lagi, ia membisikan sesuatu yang membuat Teo sangat terkejut dan wajahnya berubah menjadi datar "Aku tidak tau kenapa Kau melakukannya, tapi itu pasti karena Kau membutuhkannya kan. Sampai mata Nona Cattalina tidak menyadarinya, jika aku boleh mengatakannya, Kau adalah yang terburuk Teo. Karena hal itu juga Kau ku waspadai selama Kau masih ada di kerajaan ini, Teo. Kuharap Kau tidak melakukan hal yang dapat merugikan kerajaan ini, jika Kau melakukannya. Bahkan tanpa perintah Ratu pun Aku akan memburumu," Ucapan Zee itu bagaikan ancaman yang luar biasa yang ia dapat selama ia berada di dunia ini "Tapi jangan salah paham, bukan berarti Aku membencimu. Seperti yang Aku katakan, Aku tertarik denganmu," Ucapannya lagi membuat Teo tersenyum lebar.

"Tenang saja, Tuan Zee. Saya tidak akan melakukan hal yang merugikan untuk kerajaan ini, selama kerajaan tidak terlibat dengan urusan Saya,"

Zee melihat senyumannya itu namun sekejap memejamkan matanya dan berpaling terus ia berjalan menjauh "Sudah kuduga Kau adalah yang terburuk," Ucapnya.

"Apa-apaan Kau itu!? Kenapa Kau bisa berbicara dengannya!? Zee itu pemimpin kesatria suci loh! Apa Kau tidak tahu tentang itu!?" Rentetan pertanyaan dengan bentakan langsung dilontarkan Troth ketika melihat orang yang dibencinya dapat berbicara dengan mudahnya dengan pemimpin kesatria suci.

Teo hanya memalingkan wajahnya dari Troth dan mengabaikan semua pertanyaanya.

Celica yang melihatnya tidak berekspresi apa-apa saat melihat Teo meminta maaf kepada Zee, Cattalina bertanya kepadanya "Apa dengan ini Teo sudah dimaafkan?" Tanya Cattalina sambil tersenyum.

"Ya-Yah, mungkin itu sudah cukup untuk saat ini … Aku hanya melakukan agar nama kita tidak jadi buruk!" Ucap Celica terdengar malu mengakui itu.

"Cih," Suara kecewa keluar dari mulut perempuan yang berasa diatas menara jam "Menyebalkan sekali mereka itu … Aaaaaaaah, Aku jadi bosan–. Huh!"

*Boom!*

Sebuah tombak api melesat kearahnya, ledakannya cukup besar bahkan sampai membuat bagian atas menara jam hancur dan runtuh. Meskipun, perempuan itu masih tetap berdiri disana dengan pelindung yang mengelilinginya, seperti dirinya berada di dalam bola.

"Tidak kusangka Kau sampai turun tangan," Ucap perempuan itu melihat kearah seseorang yang berdiri dibalik asap "William," Ucapnya lagi terdengar tajam

"Yah, Ratu bilang mengakhiri ini, jadi Aku datang," William dari balik asap meluncurkan beberapa tombak apinya lagi kearahnya.

Daripada menahannya, perempuan itu menghindarinya dengan melompat dari atas menara jam itu "Hey! Curang, bagaimana caramu melayang," Ucap perempuan itu.

Teo melayang, lebih tepatnya ia seperti menginjak suatu pijakan yang tidak terlihat "Hahaha Aku baru mencobanya, hebat bukan?"

"Sialan!" Bola api berwarna ungu melesat kearah William namun William tiba-tiba menghilang.

"Aku disini!" William muncul tepat dibelakangnya dan langsung menusuknya dengan tombak apinya "Kau sepertinya sudah mencari tahu tentang diriku. Tetapi, Kau tetap saja kalah dengan teknik kecil seperti ini," William berjalan menjauh dan membiarkan tombak itu menancap dan menembus tubuh perempuan itu.

"Akh–. Akha … Akhahahahahaha!" Dan perempuan tiba-tiba tertawa meskipun tubuhnya, mulutnya dan matanya sudah banjir darah "Ja-Jangan besar kepala William!"

"Uh!" Tombak api dengan warna api yang berbeda melesat hampir mengenai wajah William.

Wujud perempuan itu menjadi sangat mengerikan, tubuhnya berubah menjadi warna ungu dan luka yang dibuat oleh William sembuh kembali seolah tidak ada luka disana.

"Hahahahahahaha! Ayo kita lebih serius William!" Perempuan itu melesat dan menghajar Teo tepat di wajahnya sampai William terpental menabrak bangunan yang ada disana.

"Ahahahaha! Apa hanya seperti itu kemampuanmu William!" Serang terus diberikan perempuan itu kepada William.

William terus melakukan teleportasi pendek agar dapat memberi jarak dengan perempuan itu meskipun apa yang dia lakukan seperti sia-sia karena perempuan itu seolah tau kemana William berpindah "Percuma saja William! Kau tidak akan lolos! Rasakan ini!" Pukulan perempuan itu tepat mengenai wajah William dan lagi membuatnya terpental.

Teo dan yang lain mendengar suara benturan berkali-kali sampai tepat di depan mereka, William keluar dari tembok salah satu rumah "Tu-Tuan …,"

"O-Oh ... Kalian, berhati-hatilah … Dia datang," Meskipun sudah dipukul beberapa kali, William masih kuat untuk berdiri.

Perempuan itu datang lagi dengan sangat cepat, ia melesat dan sebelum menabrak William dengan pukulannya, William menghindar "Oh, tidak kusangka akan sampai kesini. Tapi itu bagus, karena Kalian semua akan–."

*Bang!*

Suara tembakan yang cukup nyaring itu memotong ucapan perempuan itu dan membuat semuanya terkejut "Kau–."

*Bang! Bang! Bang!*

Tiga tembakan kali ini mengenai kepalanya sampai kepala perempuan itu menoleh keatas karena hantaman peluru dikepalanya "Sialan! Biarkan Aku bica–."

*Bang! …*

Teo menghabiskan seluruh sisa peluru di pistolnya dan mengenai kaki perempuan itu sampai membuat kakinya hancur "Aaaaaaaaaaaagh! Keparat!" Perempuan itu melesat namun kecepatannya lebih lambat daripada sebelumnya sampai Teo dapat melihatnya dan menghindarinya dengan mengambil satu langkah ke samping saja.

"A-Apa … Mutah–. Ugh!"

Perut perempuan itu langsung Teo tendang lalu di susul tendangan kedua tepat diwajahnya sampai membuat perempuan itu terjatuh "Keparat!"

*Bang! …*

Teo menembakan pistolnya lagi setelah ia memuat pelurunya lagi pada pistolnya, tembakan beruntun diarahkan ke kepalanya sampai kepalanya hancur dan peluru milik Teo habis. Perempuan itu tidak dapat bergerak untuk sesaat dan hanya menunjukan wajah yang kesakitan dan mulutnya terbuka seolah ia ingin berteriak "Menjijikan," Ucap Teo sambil menatap perempuan itu dengan tatapan kasihan.

"Te-Teo, Kau tidak kenal ampun ya," Ucap William.

"Hm? Ya soalnya dia akan membunuh kita kan?" Teo bertanya itu dengan polosnya.

"Ya, iya sih …," Karena tindakan Teo yang terbilang diluar perkiraan semua orang, William kehabisan kata untuk berbicara.

"Ggghhh …," Perempuan itu kembali bergerak, luka-lukannya perlahan pulih kembali. Teo menembakan pistolnya lagi, namun kali ini serangannya tidak berpengaruh.

Teo langsung melompat mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Tubuh perempuan itu diselimuti api berwarna ungu "Ghhhaaaaaaa!" Ia berdiri dan berteriak seperti ingin mengamuk "Ghaaaaaaaaaaaaaa! Aku akan habisi kalian semua!" Pusaran awan hitam kini berada tepat diatas mereka.

Zee, nomor 2, William, Noah, Troth dan Teo sudah bersiap untuk menyerangnya lagi, namun tiba-tiba ...

*Blar!* Petir menyambar di dekat perempuan itu dan sosok seseorang dengan jubah sampai menutup kepalanya muncul di dekat perempuan itu "Hentikan, Shami. Rencanamu sudah gagal,"

"Hah!? Aku belum selesai! Aku bisa habisi mereka semua!"

"Jangan berkhayal, saat ini Kau sedang berhadapan dengan jenderal pasukan Lumenia, pemimpin kesatria suci Lumenia, dan orang itu," Ketika menyebut orang itu, sosok itu menoleh sedikit kearah Teo.

Saat ini, Teo menatap tajam dengan emosi yang sangat meluap, tatapan tajam itu ia tujukan kepada sosok berjubah itu. Ia mengingatnya, sosok itu adalah sosok yang membawanya kemari, sosok yang menjadi petunjuk akan tragedi menghilangnya 50 orang bersamaan.

*Bang!*

Teo langsung menembak kearah sosok itu, namun pelurunya menembus sosok itu "Huh? Mengerikan, Aku tidak dapat melihat serangannya, luar biasa. Tapi sayang ini bukanlah–."

"Dimana mereka semua! Katakan keparat!" Umpatan kasar langsung Teo lontarkan kepada sosok itu.

"Fufufu … Hahahahaha! Ternyata Kau masih mengingatku!"

"Bangsat! Dimana Kau menyembunyikan mereka! Kembalikan mereka semua!"

"Uwah kasar, seorang serigala penyendiri dari dunia lain memang mengerikan ya,"

"Bahasa itu …," Cattalina pernah mendengar bahasa yang sama, bahasa yang sebelumnya digunakan oleh Karina ketika datang menemui Teo pertama kali.

"Tenang saja. Aku menggunakan Bahasa Indonesia tadi, jangan khawatir. Oh ya, tentang manusia-manusia itu. Kami tidak memiliki semuanya, mungkin hanya setengahnya saja." Ucap Sosok itu menggunakan Bahasa Indonesia lagi.

"Jangan bercanda!"

"Aku tidak bercanda, tapi yah terserah Kau saja. Mungkin lebih baik Kau tidak percaya, dengan begitu Kami dapat dengan mudah menjalankan rencana Kami. Ah sayang, Kami tidak memiliki waktu lagi."

"A-Apa!? Aku belum selesai berbicara!"

"Kita akan bertemu di lain waktu, Teo. Selama Kau masih hidup, kita dapat bertemu lagi. Karena itu adalah takdir Kita," Sosok itu menggunakan bahasa dunia lain, meskipun bagi Teo tidak ada bedanya "Dengar Lumenia! Ini hanyalah awal dari semua rencana Kami! Lebih baik Kalian bersiap, sampai jumpa," perempuan yang tidak dikenal itu dan sosok yang terduga membuat 50 orang penduduk Indonesia menghilang itu berteleportasi ke tempat yang tidak mereka ketahui.

"Bangsaaaaaaaaat!" Teo merasa sangat gagal dalam hidupnya, ia benar-benar marah dan kecewa kepada dirinya sendiri. Ia terus memukuli tanah karena kegagalannya "Suatu saat nanti, Aku pasti … Akan menyelamatkan Kalian," Ucapnya pelan dipenuhi dengan emosi yang meluap.

Setelah semua kejadian itu, hujan turun sangat deras. Mereka terdiam melihat Teo yang tengah bersujud ditanah menyesali keadaanya, semuanya menatap Teo, tidak ada yang berani mendekatinya.

Teo mengatur nafasnya kembali, ia menyimpan pistolnya di balik mantelnya lalu ia berdiri dan berjalan menunduk kearah sekolah.

Tidak ada yang berani menegurnya saat Teo melewati mereka, mereka tidak tahu apa yang sosok itu bicarakan dengan Teo. Tapi William dapat memperkirakan apa yang mereka bicarakan, apalagi ia sudah tahu tentang masalah Teo yang terdampar di dunia ini, begitu juga dengan Cattalina, Celica, dan Zack.

"Hey! Kau barusan berbicara dengan musuh kan? Kau mengerti apa yang musuh katakan kan!?" Troth mengintrogasi Teo disaat yang tidak tepat, namun Noah tidak menghentikannya karena Troth sudah mendekati Teo "Kau! Apa yang Kau–."

"Berisik, biarkan Aku sendiri," Ucap Teo dengan suara datar.

"Hah? Jika Kau dapat mengerti ucapannya, Kau harus memberitahu Jenderal! Kau–."

"Aku bilang diam atau kulubangi kepalamu," Teo menodongnya dengan pistol dan mengarahkannya tepat dikepala Troth.

Dengan wajah yang datar, ia sama sekali terlihat tidak ragu untuk melubangi kepala orang lain "Troth, hentikan," Noah pun menegurnya dan membawa Troth menjauh dari Teo.

"Tapi Tuan …,"

"Diamlah, apa Kau tidak melihat wajahnya? Seandainya Aku tidak menarikmu sekarang, mungkin Kau sudah tewas. Dia sekarang sama sekali tidak ragu untuk menembak orang disekitarnya, jangan mengganggunya," Bisik Noah.

Teo berbalik dan kembali berjalan menuju ke sekolah, mengabaikan semua orang. Teo sadar kalau bukan saatnya untuk bersantai, ia sadar waktunya tidaklah banyak, karena itu ia putuskan untuk memfokuskan dirinya untuk mencari orang yang hilang itu "Aku akan keluar," Ia pun melepas kalung pemberian Cattalina.

To be continue.

Bab berikutnya