webnovel

57. Harus jauhi Lily?

Angkasa menatap Lily dengan cemas saat Lily masih betah memejamkan matanya di UGD. Padahal Angkasa sudah pergi sebentar untuk menengok kondisi Intan, tapi saat kembali Lily belum juga sadar.

Dokter yang berjaga tadi bilang, Lily memiliki kondisi yang sehat. Jadi dokter hanya memberikan infus sebagai penambah energi.

Kenapa Lily betah sekali menjadi putri tidur akhir-akhir ini?

Angkasa terkejut saat tiba-tiba seorang dokter wanita yang terlihat masih muda menghampirinya. Dokter itu berbeda dengan dokter yang memeriksa Lily tadi.

"Kamu Sky Flower kan?" Angkasa mengangguk, dokter itu langsung mengulum senyum.

"Aku fans kamu loh. Saya dokter Mita, psikiater." Angkasa menyambut jabatan tangan dokter Mita.

"Salam kenal. Dokter kenapa bisa ada di ugd? Bukannya tadi yang jaga orang lain ya?" Tanya Angkasa basa-basi.

"Biasa, temen saya lagi sakit perut. Kebetulan cuma saya yang lagi nganggur, jadilah saya yang gantiin dia sebentar padahal bukan bidang saya." Dokter Mita mendekat. "Katanya cuma ada anak remaja pingsan, ada kemungkinan hamil katanya. UGD gak rame di jam-jam begini." Ucap Dokter Mita sepelan mungkin.

"Maksud dokter remaja pingsan itu dia?" Tunjuk Angkasa kearah Lily. Sontak dokter Mita membulatkan matanya lebar.

"Astaga, Lily!" Kenapa Mita tidak melihat Lily yang terbaring disini? Bukankah temannya berkata hanya ada satu pasien disini dan model Sky Flower disini pasti sedang menunggui pasien itu bukan? Bodoh.

"Dokter kenal Lily?" Dokter Mita mengangguk cepat.

"Dia pasien saya." Jawab dokter Mita cepat sembari memeriksa kondisi Lily. "Argh, Ajeng kok gak periksa rekam medisnya dulu sih, pake acara bilang kalau hamil lagi. Tuh anak pasti buru-buru kebelet." Gumam dokter Mita, sepertinya sedang mengutuk temannya yang berbicara sembarangan tentang Lily.

"Dokter itu dokternya Lily? Dan dokter dokter psikiater?" Angkasa mulai merasa aneh, pasalnya Lily tidak pernah cerita jika dia pergi menemui psikiater akhir-akhir ini.

"Tadi sebelum pingsan dia ada tanda-tanda kejang atau kesulitan nafas gak?" Angkasa menggeleng.

"Fyuh, kalau gitu ini murni pingsan biasa." Mita menghela nafas lega.

"Habis ada kejadian apa dia bisa pingsan? Yang sekiranya bisa bikin dia syok kayak gini?"

Angkasa memutar otaknya sejenak. "Bagaimana bilangnya ya dok. Pacar kakaknya Lily alerginya kumat sampai masuk rumah sakit ini."

"Ada hal lain lagi?" Angkasa menggeleng tak yakin. Ya, sepertinya ini murni karena syok saja.

"Eh, tapi dia gak ngebolehin saya ketemu sama pacar kakaknya. Gak tahu kenapa?"

"Oh ya, mungkin itu bisa jadi penyebabnya. Emang agak aneh aja kalau dia pingsan cuma gara-gara itu, mungkin ada penyebab lain lagi. Tunggu, tunggu, tunggu jangan bilang kamu orang istimewa yang dimaksud Lily." Mita segera menutup rapat mulutnya, setelah tanpa sengaja mengatakan hal yang seharusnya tidak di ucapkan.

"Orang istimewa?" Dokter Mita tersenyum kikuk, lalu menganggukkan kepala.

"Lily punya masalah apa dok sampai menemui dokter?" Dokter Mita berfikir sejenak. Tidak mungkin bila dirinya membeberkan informasi tentang pasiennya kepada orang lain.

"Eehm, kita bicara sebentar, tapi jangan disini." Angkasa mengangguk setuju. Setelah memastikan kondisi Lily, Angkasa segera bangkit dan mengikuti langkah dokter Mita menuju bagian lain dari ugd.

Dokter Mita segera menarik satu kursi untuk Angkasa agar bisa berbicara dengan leluasa di belakang meja UGD.

"Kamu tahu Lily punya trauma?" Angkasa mengangguk.

"Lily emang punya trauma dok, sampai sesak nafas gitu di awal-awal pertemuan kita. Tapi setahu aku itu sudah sembuh." Dokter Mita menghela nafas sabar.

"Trauma itu bisa muncul kapan saja. Lily mengeluhkan gak bisa dekat-dekat dengan orang istimewanya. Saya rasa orang yang dimaksud Lily itu kamu."

"Kenapa Lily gak bisa dekat-dekat sama aku? Tapi... emang benar tadi di sekolah Lily sempet pingsan. Cuma aku gak tahu penyebabnya aja dan anak pmr ada yang bilang itu bukan penyakit serius. Jadi itu traumanya? Gitu dok?"

"Lily pingsan disekolah? Seharusnya aku gak meresepkan obat itu buat Lily."

"Terus alasan kembalinya trauma Lily apa dok?"

"Lily mengalami gangguan pasca trauma. Trauma Lily cuma muncul saat bersama orang istimewanya Lily. Jadi kemungkinan besar ada faktor yang buat Lily ingat tentang kejadian buruknya saat berada di dekat orang istimewanya."

"Jadi maksud dokter saya yang menyebabkan trauma Lily kembali?" Dokter Mita mengangkat kedua bahunya. Dokter Mita tahu penyebab sebenarnya trauma Lily kembali, yaitu karena melihat kejadian serupa dari foto yang ditunjukkan ayah dari orang istimewanya.

Tapi dokter Mita tidak bisa mengatakan hal itu, karena tujuannya mengajak model ini bicara adalah untuk membantu trauma Lily sembuh.

"Saya gak bilang itu kamu. Faktornya bisa saja dari lingkungan sekitar."

"Jadi saya harus jauhi Lily dok?" Dokter Mita menggelengkan kepalanya.

"Jadi saya harus bagaimana supaya trauma Lily berkurang?"

"Terakhir saya sarankan Lily untuk pergi melihat laut yang luas bersama orang istimewa itu. Tapi kata Lily orang itu tidak bisa. Padahal itu sedikit membantu." Ucap dokter Mita dengan ekspresi yang dibuat semelas atau sesedih mungkin. Namun dalam hati dokter Mita tersenyum lebar, melihat model ganteng ini termenung.

"Oh itu Ajeng. Kayaknya saya harus balik." Dokter Mita melangkah pergi meninggalkan Angkasa yang masih terdiam. Tak lupa memberi dokter Ajeng isyarat untuk tidak berkata macam-macam lagi.

*

"Udah sadar?" Hal yang pertama kali Sean katakan saat melihat Intan tersadar dan bangun dengan kesulitan karena tubuhnya yang masih lemas.

"Kalau gitu aku pergi dulu." Intan mencekal tangan Sean dengan cepat. Mau kemana pacarnya saat Intan sedang kesakitan seperti ini?

"Kamu mau kemana? Jangan tinggalin aku."

"Aku mau kejar Lily, tadi dia marah sama aku." Intan tercengang, ingin sekali menangis saat ini juga.

"Tapi aku lagi sakit yang. Aku juga pacar kamu. Jangan pergi ya?" Intan memohon agar Sean tetap tinggal.

"Iya, kamu memang pecar aku. Tapi tadi aku bikin Lily marah. Aku mau pergi jelasin dulu ke dia."

"Apa Lily lebih penting daripada aku yang pacar kamu?" Ada nada kesedihan dari pertanyaan yang Intan lontarkan.

"Yang penting kamu udah siuman." Putus Sean segera keluar dari bangsal yang ditempati Intan. Tanpa Sean sadari Intan meneteskan air matanya ketika Sean benar-benar pergi meninggalkannya.

Sean pergi berlari ke UGD, tempat dimana Angkasa memberitahunya bahwa Lily pingsan. Perasaannya penuh dengan kekhawatiran.

Sean mengitari UGD mencari keberadaan Lily. Mata Sean membulat sempurna menemukan Lily yang masih tak sadarkan diri. Sean juga menemukan Angkasa duduk disamling ranjang Lily sambil menggenggam dan menciumi tangan Lily berkali-kali.

Sean tidak suka itu.

Sean melangkah masuk bersamaan dengan Lily yang mulai membuka matanya perlahan. Dengan sigap Angkasa membantu Lily untuk duduk.

"Lily." Sean segera memeluk Lily hingga membuat Angkasa terkejut, spontan bergeser karena Sean menyela tempatnya.

Sama seperti Angkasa, Lily juga sama terkejutnya.

"Lepas!" Lily melepaskan pelukan Sean dengan cepat. Sean tersenyum lega, sepertinya tenaga Lily sudah pulih sepenuhnya.

"Sa, biar gue yang anter Lily." Angkasa hampir mengeluarkan protes, namun kalah cepat dengan Lily.

"Gak! Apa-apaan! Aku gak mau lulang sama kakak. Kakak juga ngapain disini?! Kak Intan gimana?" Lily menatap Sean dengan garang.

"Dia udah sadar kok." Lily mendecakkan lidahnya tidak suka. Akibat baru terbangun kepalanya semakin pusing dengan Kak Sean. Angkasa masih berusaha untuk memahami situasi ini.

"Sadar bukan berarti udah baik-baik aja Kak. Mending kakak balik lagi ke kak Intan."

"Iya, biar Lily aku aja yang anter kak." Tambah Angkasa.

"Enggak! Kalian berdua mending disini aja, biar aku pulang sendiri." Lily turun dari ranjang, memakai sepatunya dengan cepat dan segera pergi dari sana. Tak lupa meraih tasnya yang bertengger di nakas dekat ranjang.

Sena terdiam melihat kepergian Lily. Sean tahu, dirinya tidak bisa memaksa Lily dalam kondisi seperti ini.

Sedangkan Angkasa, memilih untuk berjalan mengikuti Lily dari belakang dengan jarak yang cukup jauh. Untuk memastikan Lily tetap aman. Hanya ini yang bisa Angkasa lakukan, mengingat trauma Lily yang mungkin kambuh saat berada didekatnya.

Jangan lupakan powerstone!

Terima kasih!

Chuuby_Sugarcreators' thoughts
Bab berikutnya