Biasanya hari Sabtu akan Lily habiskan dikamar dengan membaca novel atau sekedar nonton film. Lihat dimana dia sekarang pada pukul setengah enam pagi.
Tentu masih didepan rumahnya. Menunggu Angkasa, karena mereka berencana berangkat bersama. Lily memakai celana training dan memakai hodie kebesaran yang dipinjamnya dari Angkasa semalam.
Lily hanya punya crop hodie dan tidak mungkin memakainya kesekolah.
Lily hanya membawa satu tas berisi pakaian yang harus dikenakannya nanti malam. Doni bilang, walaupun panitia kita harus tetap menikmati pesta. Hanya name tag yang menjadi tanda pengenal panitia.
Lily menggosokkan tangannya kedinginan. Mama Lily yang tadi menemani Lily masuk kedalam rumah dan keluar lagi membawa segelas teh hangat.
"Ly, minum dulu. Biar punya tenaga." Lily menerima teh manis hangat dari Mamanya. Nyonya Desi.
Setelah Lily menghabiskan segelas teh hangat buatan Nyonya Desi, Lily mendengar suara mesin mobil yang dipanaskan.
Lily segera bersiap menunggu Angkasa diluar gerbangnya. Mama Lily mengikuti Lily yang berlari kedepan.
Tak lama setelah itu mobil berwarna hitam mengkilap itu keluar dari rumah sebelah dan berhenti tepat dihadapan Lily.
"Kok hodie-nya samaan. Ganti ih." Protes Lily saat melihat Angkasa mengenakan hodie yang berwarna sama dengan Lily. Angkasa malah menjulurkan lidah, mengejek Lily.
"Ma, Lily berangkat." Setelah mencium tangan Nyonya Desi, Lily melihat Nyonya Ida yang memperhatikan kepergian Angkasa.
"Lily sama Angkasa berangkat tante!" Suara Lily menggema di pagi yang sunyi ini. Mungkin seseorang terbangun karenanya. Nyonya Ida hanya melambaikan tangan dari tempatnya.
"Tan, Angkasa pamit." Pamit Angkasa, Nyonya Desi menyambut uluran tangan Angkasa.
"Iya, Sa. Ati-ati. Jangan ngebut ya. Minta tolong anak tante di angkut ya pas pulang." Angkasa tersenyum, siap laksanakan.
Lily merasa pamitan ini seperti sungkeman. Lamaaaa banget. Angkasa memutar kearah Lily dan membukakan pintu untuk Lily. Setelah Lily masuk barulah Angkasa mengambil kemudi, menginjak gas membelah jalanan kota di pagi ini.
*
Sekolah sudah terlihat ramai, banyak panitia yang sudah datang. Kebanyakan dari mereka menikmati waktu santai yang masih tersisa sebelum mereka disibukkan dengan kegiatan.
"Sa. Kamu gak kena masalah apa? Ngupload foto pake caption kayak gitu?"
"Enggak kok. Mana ada yang berani sama aku. Aku penghasilan terbesar agensi kok." Lily menatap takjub Angkasa, benar-benar super model.
Angkasa sudah berkumpul bersama anak laki-laki lain, meninggalkan Lily sendirian. Lily hanya mengenal Rena di panitia, tapi Lily belum melihat Rena sejak Lily datang sepuluh menit yang lalu.
Lily segera memasuki Aula begitu ada pengumuman untuk breafing sebelum memulai aktifitas.
*
Lily melihat hampir lima puluh orang panitia diruangan ini. Saat ini Doni berdiri di panggung, mengabsen satu-persatu anak.
"Untuk job awal kalian akan bertugas seperti yang sudah direncanakan. Sekarang kita semua bersama-sama mendekor dan menata membantu sie.perkab."
"Silahkan bentuk lima tim terdiri dari 10-12 orang dalam hitungan lima detik." Gila, Lily langsung berhambur menuju salah satu barisan berisi delapan lelaki dan dua orang perempuan termasuk dirinya.
Lily melihat Angkasa berada dibarisan yang sama dengannya.
"Untuk tugas aku bagi melalui barisan. Untuk tim satu adalah tim barisan Angkasa kebelakang, diikuti kesamping kanan menjadi tim dua dan seterusnya."
"Tim satu bertugas memindahkan meja di gudang ke aula setelah itu di hias dengan vas. Jangan lupa taplaknya. Tim dua mendirikan stand di lapangan. Tim tiga alat elektronik seperti kipas dan alat bantu suara. Ditambah perlengkapan band. Tim empat kebersihan dan pastikan setiap sudut terdapat tempat sampah. Tim lima siapkan lighting dan kamera. Selesai. Ada pertanyaan?"
"Siap tidak." Jawab mereka serempak. Lily rasa tidak akan menikmati malam festival jika sekarang tenaganya sudah diperas.
*
Semua panitia bergegas menata tempat festival. Jika dibilang ini terlalu mendadak untuk menyiapkan dan membereskan dalam satu hari.
Mau bagaimana lagi? Karena jadwal event tahunan diadakan tepat setelah lomba kemerdekaan selesai. Jadi banyak sisa-sisa alat dan sampah acara lomba kemerdekaan.
Lily membawa tumpukan taplak meja bersama Hana. Salah satu panitia yang satu tim dengannya.
Begitu sampai di aula, beberapa meja sudah di tempatkan membentuk u menghadap panggung yang sudah mulai cantik.
Lily dan Hana membersihkan meja yang sedikit berdebu itu menggunakan sulak. Lalu menggelari meja itu dengan kain yang memanjang hingga menutup kaki meja.
Lalu anak laki-laki lain menata vas dan beberapa gelas kosong diatasnya. Beberapa meja dibiarkan kosong tanpa vas untuk meletakkan makanan ringan.
"Tes tes. Satu. Ada yang mau coba nyanyi mungkin?" Semua anak hanya diam saling menatap dan menunjuk satu sama lain.
"Aku!!" Semua yang berada didalam aula menatap Lily. Lily naik keatas panggung. Awalnya Lily merasa malu, tapi demi melepas penatnya dan orang-orang diruangan ini. Lily menerima mic dan berbisik sesuatu pada bagian musik untuk memutar musik sesuai request Lily.
"Ji ro lu pat limo enem pitu wolu." Ambyar sudah semua orang yang ada diruangan ini. Lily berhasil membawakan lagu dengan apik. Banyak anak yang berkumpul didepan panggung hanya untuk berjoget.
Angkasa melihat Lily yang menyanyi di atas panggung. Lily berhasil membuat Angkasa terkejut dengan tingkahnya. Angkasa tersenyum, dari tempatnya. Cukup baginya hanya dengan melihat.
"Lagi lagi lagi." Teriak serempak semua orang yang ketagihan dengan nyanyian Lily.
"Lagu pop?" Beberapa anak kehilangan minat. Lily tetap pada pendiriannya.
"Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
'Ku tetap teman baikmu"
Saat Lily kembali bernyanyi, semua orang ambyar. Ada yang mengayunkan tangan keatas dan ada juga yang ikut bernyanyi.
*
"Ly sini dulu." Panggil Doni yang terlihat berdiri bersama Angkasa saat Lily sedang beristirahat, melihat stand yang mulai terisi oleh pihak sponsor.
"Nanti kalian berdua bantu tim keamanan aja ya. Pastiin gak ada yang bawa miras apalagi narkoba. Jangan ada yang mojok, apalagi kalian." Lily dan Angkasa melotot tak terima. Doni tertawa.
"Bercanda. Satu lagi. Kalau ada yang berpakaian terbuka suruh pulang ganti baju. Oke?" Lily dan Angkasa mengangguk paham.
*
Doni rese, Lily sudah bekerja bagai kuda tapi Lily tidak mendapat jatah makan siang karena rupanya Lily dan Angkasa belum terdaftar. Lily dan Angkasa terpaksa mencari makan keluar sekolah.
Lily menyandarkan kepalanya di atas meja. Hanya warung mie ayam yang ada di dekat sekolahnya. Lily dan Angkasa tidak diperbolehkan menjauhi area sekolah. Lily butuh nasi bukannya tepung lentur itu.
"Capek Ly?" Lily mengangguk lemah. "Kamu nyanyinya terlalu semangat sih." Lily mendengus sebal. Lily bernyanyi juga untuk melepas penat.
"Yang harusnya disalahin ya Bu Santi, ngasih hukuman yang gak biasanya aja." Angkasa mengaduk rata mi ayam miliknya dan milik Lily yang sudah di sajikan dengan saus diatasnya.
"Tapi kamu juga mau kan gara-gara uang transportnya?" Lily mengangguk lesu. Angkasa memang tidak salah.
Angkasa dan Lily buru-buru menghabiskan mi ayam mereka, saat hp mereka sama-sama berdenting. Sebuah notifikasi grub panitia meminta semua panitia berkumpul.
*