Aku masih memperhatikannya yang terpaku berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun.
Sementara aku, masih terduduk penuh kekesalan terhadap Hamzah.
Aku sudah beberapa kali mengusirnya pergi dari sini, tapi dia tak memberikan respon apa pun padaku.
Terpaksa, aku mendiamkannya saja dari pada rela memberi Hamzah ruang untuk berbicara.
Tak berselang lama, pria itu seperti baru menyadari bahwa di lantai ini terdapat banyak bercak darah karena tanganku tadi.
Dia segera merogoh sesuatu dari sakunya, sebuah sapu tangan yang kala itu telah ku kembalikan pada Hamzah.
Dia mulai berjongkok kemudian membersihkan bercak darah itu dengan sapu tangannya.
Aku segera menghampirinya lalu merebut sapu tangan itu, "sekali-kali kamu jangan pernah menyentuh darahku. Aku tak butuh kebaikan mu ini. Semua yang kamu lakukan hanyalah pencitraan dan omong kosong!" Aku membersihkan darah ini sendiri hingga tak ada lagi yang tersisa di lantai.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com