"Ayo naik," kata Erik yang sekarang ada di depan gue dengan motor merahnya. Ya, sesuai yang Erik bilang tadi, hari ini gue harus pulang bareng dia.
Gue diam. Mata gue malah fokus ngelihat pemandangan di belakang Erik. Pete yang lagi ngasih helm buat Sesil. Mereka pasti pulang bereng.
Kok, gue malah ngerasa makin sakit, ya?
"Cill? Ayo," ajak Erik lagi membuat gue tersadar.
Gue langsung ambil helm dari tangan Erik. Lalu naik ke jok belakang motornya dengan pasrah.
Dari jauh sini gue bisa ngeliat motor Pete yang udah jalan, dan tentunya dibelakang Pete ada Sesil yang meluk dia. Gue menatap mereka dengan ga percaya.
Gwelah! Meluk gaes! MELUK! Udah kayak guling aja dipeluk peluk.
Gue aja selama ini dibonceng Pete masih ga pernah, tuh, meluk Pete. Dasar, sok pamer! Eh, kok malah jadi gue yang emosi ya?
"Lu ga mau peluk gua juga, Cill?" tawar Erik.
"Mauan lo!" kesal gue.
Andai itu Pete yang nawarin. Pasti langsung gue iya-in. Hiyak hiyak hiyak, halu mode on.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com