webnovel

Story Dua puluh tiga

"Sayang...kita beli bunga dulu ya..." Deren menyetir mobilnya.

"Buat apa?..." Callista mengerutkan kening.

"Buat dia...biar dia seneng...kan udah lama gak njenguk, jadi biar dia seneng, di bawain bunga aja..." Deren tersenyum.

"Ohh...aku penasaran deh jadinya..." Callista membayangkan sesosok orang yang akan di temuinya.

  Salah satu tangan Deren yang sedang menyetir tiba-tiba mendarat di kepala Callista.

"Kamu bakal ketemu kok..." Deren tersenyum tanpa menatap Callista.

°°°

"Nahh...udah sampe..." Deren berhenti di sebuah tempat.

"Makam?" Callista mengerutkan kening.

"Iya..." Deren tersenyum tipis, tapi Callista tahu pasti, dari mata Deren saja sudah menggambarkan kesedihan Deren.

"Dia...udah meninggal?" Callista merasa tidak enak.

  Deren mengangguk "iya...dia meninggal...gara-gara aku..." Deren tersenyum pahit.

"Ka-kamu yang sabar, ya..." Callista tersenyum tipis.

"Yaudah...ayo turun" Deren membuka pintu mobilnya.

   Callista dan Deren berjalan menuju makam seseorang bersamaan.

      Tiba-tiba Deren berhenti di makam seseorang dan jongkok.

  Callista hanya ikutan jongkok.

"Hai Sherly...maaf baru jenguk sekarang...maaf banget...ya seperti dulu...aku sibuk...dengan urusanku...maaf aku melakukan kesalahan lagi..." Mata Deren sudah berlinang.

    SHERLY ZEMIRA

"Sherly...aku bawa orang istimewa buat kamu...kenalin...dia calon istri aku...dia...pengganti kamu...maaf karena baru sekarang aku kenalin ke kamu...kamu tahu...aku kangen sama kamu...tapi mustahil kita bisa ketemu lagi..." air mata Deren menetes.

   Tapi Deren langsung mengusapnya dengan tangannya.

"Callista...kenalin...dia mantan pacar aku...namanya Sherly...dia meninggal...karena aku...iya...karena aku yang terlalu sibuk dengan urusanku...andai waktu itu aku luangin waktu buat Sherly sebentar...pasti gak kaya gini ceritanya..." Deren masih mencoba kuat.

"Kamu yang sabar ya...mungkin tuhan sayang sama dia...tuhan gak mau kalo dia menderita terlalu lama di dunia...mungkin emang dia bukan takdir kamu..." Callista mencoba menenangkan.

  Air mata Deren menetes, kali ini Deren tidak mengusapnya...mungkin di sini lah kesedihan Deren...sedih karena menyesal akan sebuah kesalahan sepele...hanya karena waktu...entah waktu yang salah atau Deren yang salah...waktu yang terlalu cepat membawa nya pergi...atau Deren yang membuat waktu jengah menjadi bukti kisah mereka.

"Yaudah...aku pamit ya...maaf sekali lagi...aku mungkin egois sama kamu...maaf..." Deren tersenyum, lalu menaruh bunga di atas kuburan Sherly.

   Lalu Deren dan Callista bangkit lalu pergi.

"Hah! Sok dramatis sekali kalian?! Deren...aku gak akan lepasin kamu...enggak...enggak akan! Tunggu waktu yang tepat...biar aku merengutmu kembali..." Seorang perempuan berjubah hitam melempar bunga yang ada di atas kuburan Sherly, lalu menginjak nya.

"Deren...aku tahu...tidak mungkin kamu memilih wanita itu saat sudah ada aku..." Wanita itu tersenyum, lalu air matanya menetes.

*

  "Callista...nanti malem aku jemput...kita jalan-jalan..." Deren menghentikan mobilnya di depan apartemen Callista.

  Callista mengangguk "oke..." Callista tersenyum.

Deren keluar dari mobil, dan membuka kan pintu mobil untuk Callista.

"Makasih..." Callista tersenyum lebar.

  Deren mengangguk dan tersenyum...lalu Deren mendekat ke wajah Callista.

     Satu kecupan mendarat di kening Callista.

"I love you so much" Deren membisikkan lima kata di dekat telinga callista.

   Nafas Deren yang menghembus melewati leher Callista membuat jantung Callista berdegup kencang, dan bulu kuduknya berdiri.

"Apa ini...cinta?! Hah...makan itu cinta...ayolah hati...baperan amat...murahan deh..." Callista berbicara dalam hati memaki hatinya.

      Deren tersenyum.

"Tapi jujur...gua kayanya jatuh cinta deh...oke...Deren...lo berhasil...selamat..." Callista berbicara dalam hati.

"maybe i'm in love with you..." Callista menunduk dan mengucapkannya dengan sangat pelan.

   Deren terdiam.

"Apa?! Aku gak denger...bisa di ulang? Lebih keras?!" Deren mendekat pada Callista.

"Udah ah...aku mau masuk..." Callista hampir pergi.

   Tapi Deren menahan tangannya.

"Pipi kamu merah, sayang..." Deren tersenyum.

"Apaan sih!" Callista menarik tangannya lalu menutupi kedua pipinya, dan pergi masuk ke apartemennya.

  Deren terkekeh, lalu masuk ke mobil.

"Ra...udah sampe?!" Karina menaikkan kedua alisnya.

"Udah" Callista duduk di depan tv.

"Pipi lo merah kenapa?! Merona gitu!" Karina mengerutkan kening.

"Ha? Masih?!" Callista langsung menutup kedua pipi nya dengan tangannya.

"Habis di apain lo?! Di cium ya?" Karin bertanya dengan nada penuh penasaran.

  Callista langsung bangkit "enggak!" Lalu berlari ke kamar nya.

***

"Deren lihat deh...bando nya bagus banget...lucu deh..." Callista mengambil salah satu bando berbentuk telinga kelinci itu.

"Coba deh, kamu pakek..." Callista mengulurkan bando itu ke kepala Deren.

   Tapi Deren menahan tangan Callista.

"Kamu mau ngerusak citra aku?! Muka aku udah judes-judes gini masa di kasih gituan..." Deren menghindarinya.

"Ya gak papa...sekali-sekali muka nya jangan kaya moster!!" Callista masih memaksa.

"Gak mau..."

"Sekali aja...plis...ya..." Callista memohon dengan wajah imutnya.

  Deren tak tahan melihatnya.

"Yaudah iya..." Deren akhirnya pasrah.

  Callista tersenyum lebar, lalu memakaikan bando itu ke kepala Deren.

     Lalu Callista ikut memakainya.

"Kita foto dulu..." Callista mengeluarkan hape nya.

"Gak mau..." Deren menolak.

"Sekali aja...plis..." Lagi-lagi wajah imut itu yang keluar.

   Helaan nafas pasrah terdengar dari seorang Deren.

"Iyaudah sayang...iya...sama kamu doang ini aku begini..." Deren menunjukkan senyum terpaksa.

   Dengan wajah datar nya, Deren ikut berfoto.

"Haha...ini bagus banget fotonya...hancur banget citra kamu" Callista mengeser-ngeser hasil fotonya.

  Callista tertawa puas melihat hasilnya.

     Deren menatap Callista dengan wajah datar nya.

"Udah?..." Deren menaikan kedua alisnya.

"Udah..." Callista berhenti tertawa.

*

"Gimana? Puas?" Deren masih fokus menyetir.

"Puas banget...apa lagi yang foto tadi" Callista tertawa terbahak-bahak mengingat momen tadi.

"Udah dong...daritadi di ungkit-ungkit..." Deren memijat keningnya.

  Callista hanya tertawa puas.

"Dasar!" salah satu tangan Deren mengusap kepala Callista.

   "Udah sampe..." Deren menghentikan mobilnya.

"Oke..." Callista hampir keluar mobil.

   Tapi lalu menengok ke arah Deren.

"Kenapa?" Deren menaikkan salah satu alisnya.

"Emm...I Love U!"

"Ha?!" Deren terkejut mendengarnya.

"Night dear!" Callista langsung berlari masuk apartemen.

   Deren hanya tersenyum bahagia.

Bab berikutnya