webnovel

Story Tiga

Callista sampai di kantor, setelah ia mendapatkan semua barangnya.

"Oke, kita kerjakan lagi, berkas ini...aku menyayangi kalian, tanpa kalian tak ada gaji dan tak ada fasilitas ini" Callista tersenyum lebar.

     Namun terdengar ketukan pintu yang membuatnya menghentikan ocehannya dan menghentikan pekerjaannya.

Tok, tok, tok...

"Iya, bentar" Callista bangkit dari tempat duduknya.

     Dia membuka pintu, dan ternyata itu adalah Pak Safi, seorang salah satu karyawan tua yang di beri tugas ringan.

"Eh, pak. Maaf, ada apa ya Pak?" Callista tersenyum ramah.

"Sekarang Pak Direktur sudah kembali, saya akan mengenalkan anda dengan Pak Direktur..." Pak Safi tersenyum ramah.

"Ohh, baik"

"Mari..." Pak Safi pergi mendahului Callista, Callista pun menutup pintu ruangannya dan mengikuti langkah Pak Safi.

"Hai, Pak..." Pak Safi menyalami seorang pria yang tadi Callista tabrak dadanya.

"Hai juga Pak Safi" pria itu tampak sangat akrab dengan Pak Safi.

"Apa itu direkturnya? Jangan bilang kalo itu direkturnya! Astaga naga, matilah riwayatku!" Callista terus mengoceh dalam hati, dia deg-degan saat melihat pria itu.

"Pak, kenalkan, dia sekretaris baru anda. Nona, silahkan kenalkan dirimu..." Pak Safi tersenyum ramah, mempersilahkan Callista mengenal akan dirinya.

    Callista sangat malu, entah kenapa, perasaannya tidak enak.

"Ke-kenalkan, nama saya Callista Nararya, panggil saja Callista, saya sekretaris baru anda..." Callista agak gugup memperkenalkan dirinya pada pria ini. Pria yang dia tabrak tadi! Memalukan sekali!

"Ohh, nama kamu Callista... Kenalkan nama saya Dareen Fransisco, panggil saja Deren bisa gunakan Pak" Deren pun mengulurkan tangannya, mengajak Callista bersalaman.

    Callista menelan ludah, dengan jantung yang berdetak kencang Callista menerima uluran itu.

"Nona, dia adalah Direktur kita, dia atasan mu. Kau sudah tau tugasmu kan?" Pak Safi menatap Callista.

"Su-sudah, Pak. Saya akan melakukannya dengan baik" Callista tersenyum canggung.

"Baik, saya akan pergi dulu, banyak urusan lainnya. Saya pamit ya Pak, Non" Pak Safi tersenyum lebar dan meninggalkan Deren bersama Callista di ruangan direktur yang luas itu.

"Baik, mulai sekarang kau akan menata jadwalku, dan aku punya setumpuk berkas yang harus kau kerjakan" Deren mengeluarkan map-map berwarna biru dan merah, banyak sekali.

"Nahh, ini semua adalah tugasmu!" Deren tersenyum ramah.

   Mata Callista melotot melihat setumpuk berkas itu.

"Se-semuanya...pak?" Callista mengerutkan kening.

"Iya, semua ini" Deren menyodorkan tumpukan berkas itu.

"Ba-baik, Pak..." Callista mengambil tumpukan berkas itu.

    Callista hendak pergi, namun di panggil oleh Deren.

"Eh..."

    Langkah Callista terhenti mendengar Deren.

"I-iya, pak. Ada apa ya?" muka Callista dari tadi hanya terlihat resah.

"Kerjakan dengan baik, saya tidak mau ada kesalahan sedikit pun!" Deren tersenyum yang tampak tak ikhlas, seperti orang tidak ikhlas tersenyum.

"Baik, Pak. Saya akan mengerjakannya..." Callista pun pergi keluar dari ruangan Deren.

°°°

"Aaa... Gua ngantuk" Callista merengek pada dirinya sendiri, menaruh kepalanya di atas tumpukan tangan dia yang sudah pegal.

    Callista tampak sangat lelah. Sudah dari jam delapan lebih empat puluh lima menit dia mengerjakan berkas-berkas itu, dan sampai jam sepuluh lebih lima puluh masih belum selesai.

"Yaampun! Masih setengah tumpukan!" Callista rasanya ingin berteriak.

"Baru juga muncul tuh direktur, udah ngasih banyak tugas gini! Dia kira gua robot yang bakalan ngerjain ini sampe nanti jam tiga sore terus selesai gitu?! Ya enggak lah! Gila tuh orang! Gak pernah liat gua pas marah dia!" Callista terus memaki-maki direktur yang bernama Deren itu.

"Namanya jelek lagi! Siapa tadi?! Deren? Kenapa gak sekalian duren?!" Callista mendegus kesal.

"Hai, Ra!" Karina tersenyum riang mendatangi Callista.

"Heemm" Callista masih menaruh kepalanya di atas tumpukan tangannya.

"Muka lo kenapa? Kusut gitu, kaya baju anak SD yang gak pernah di setrika!" Karina terkekeh.

"Direktur itu! Siapa namanya?! Siapa sih? Der, Der, Duren?! Siapa sih! Ahh!" Callista menunjuk ke sebelah kanan, yang merupakan ruangan Deren.

"Deren! Pak Deren! D-e-r-e-n! Deren!" Karina sampai mengeja huruf nama direktur itu.

"Nah, iya! Itu tuh! Gua benci dia! Dasar direktur kejam! Masa gua di kasih setumpuk berkas ini, di suruh ngerjain hari ini juga harus selesai, tanpa ada yang salah sedikit pun! Gila gak sih?!" Callista terus mengoceh.

"Enggak sih, dia gak salah dong, ya daripada lo ngerjain setengah sekarang, besok setengah, besok lagi setengah, ya gak kelar-kelar lah! Kalo bisa sekarang kenapa mesti besok?! Selama kita bisa, ya kerjain aja, kalo gua sih gitu..." Karina tersenyum kaku dan manaikkan kedua alisnya.

"Gak ada gunanya ternyata curhat sama lo!" Callista menghela nafas dan memijat keningnya.

"Udah lah! Pergi makan siang dulu, yuk!" Karina tersenyum lebar.

"Yaudah deh, ayo" Callista menghela nafas, membanting berkas yang dari tadi ada di pangkuannya ke meja kerjanya yang sudah berantakan.

"Kita nikmati udara segar dulu" Karina tersenyum lebar.

"Seakan lo bahagia melihat gua sengsara"

"Enggak gitu lah!"

"Udah ah, ayo!" Callista berdiri, berjalan bersama dengan Karina.

"Kita ke restoran ala china itu lagi?" Karina berjalan sambil merangkul tangan Callista.

"Iya. Ya, mau dimana lagi, restoran kepercayaan gua cuma situ. Lo jangan rangkul tangan gua dong! Risih!" Callista melepas rangkulan Karina.

   Karina pun berdecak kesal.

    Saat sampai di dalam restoran, hendak duduk, mata Callista menyorot pria yang sedang duduk sendiri sambil memandang handphone nya, dia duduk di ujung sana.

"Ehh, gak jadi lah! Kita cari tempat lain aja! Gua males di sini! Selera gua tiba-tiba berubah" Callista menarik tangan Karina keluar dari restoran.

"Terus kita mau kemana?" Karina mengerutkan kening.

"Ke...kafe itu aja! Di sana pasti juga enak kan?! Kita ke sana aja!" Callista tersenyum kikuk.

  Karina berdecak kesal lagi.

"Kau nih! Ahh, yaudah lah, ayo" Karina akhirnya hanya nurut.

°°°

"Pak, permisi. Saya sudah selesai..." Callista berdiri di depan tak jauh dari tempat Deren berdiri.

"Baik, mari bawa sini, biar saya cek dulu" Deren menyuruh Callista duduk, dan mengambil berkas yang sudah dia tugaskan pada Callista.

"Baik, Pak" Callista duduk canggung di kursi depan Deren.

"Baik, kerja kamu bagus! Terus tingkatkan kerja mu!" Deren tersenyum lebar.

"Terimakasih, Pak. Apa sekarang saya boleh pulang? Sudah jam tiga lebih dua puluh lima, sudah sore, Pak..." Callista mengerutkan kening.

"Tentu, boleh. Silahkan" Deren  masih tersenyum lebar.

"Baik, assalamualaikum, Pak..." Callista bangkit dari tempat duduknya.

"Waalaikumsalam. Eh, Callista!" Deren memanggil Callista.

    Langkah Callista lagi-lagi berhenti.

"Iya, Pak?" Callista menengok ke belakang.

"Mau saya antar?" Deren menaikkan sebelah alis nya.

"Tidak perlu, Pak. Terimakasih, ada teman saya kok" Callista tersenyum.

"Ohh, baik. Hati-hati ya..." Deren membalas senyumannya.

"Ya, Pak. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Deren menatap punggung Callista, dengan seulas senyum.

"Mungkin tidak untuk sekarang, tapi nanti aku akan mengantar mu, sambil membawa anak kecil" Deren terkekeh menyadari ucapannya.

   Entah apa yang membuatnya halu, dan semenjak kapan, dia tidak tahu.

***

"Ra, gua pinjem hape lo dong! Gua mau liat instagram orang" Karina tiduran di atas kasur Callista.

"Emang punya lo gak bisa?" Callista masih mengerjakan kerjaannya dengan laptopnya itu.

"Enggak, gua follow orang tapi gak di approve!"

"Yaudah nih, tapi jangan buka yang aneh-aneh ya!" Callista melemparkan hape nya ke kasur, tepat jatuh di depan Karina.

"Oke!" Karina mengambil hape Callista, lalu membuka instagram seorang Dareen Fransisco.

"What?! Ra! Gua gak nyangka!" Karina berteriak keras, mungkin suaranya sampai ke luar ruangan.

"Apaan sih?! Teriak-teriak gak jelas!" Callista mengerutkan kening.

"Gua nge-approve instagramnya Pak Deren, si direktur kita itu! Dan parahnya, pas pake instagram gua tuh udah ber minggu-minggu gak di buka, giliran instagram lo, gak sampe semenit udah di buka! Liat deh!" Karina berteriak heboh.

"He? Gimana? Wah lo jangan ngawur! Siniin hape gua!" Callista bangkit dari tempat duduknya dan merebut hape nya.

"Astaga Karina! Lo tuh...lo nge-like semua postingan dia juga?! Parah lo! Sumpah parah!" Callista me-unlike instagram Deren, dan men-unfollow instagramnya.

"Kenapa sih?! Kan gak papa, kayanya lo takut gitu!" Karina mengerutkan kening.

"Lo tau gak sih?! Kalo gua di kira lagi nge-stalking dia gimana?! Mau di taroh mana muka gua?!" Callista memijat keningnya.

"Aelah, gitu aja pake bingung, itu kan hal biasa!" Karina tersenyum polos, seolah tak merasa bersalah.

"Awas aja lo, jangan pinjem hape gua lagi!" Callista menghela nafas.

Bab berikutnya